Teori Otonomi Daerah Montesquieu 1689-1755

masih diberi porsi untuk memberikan rancangan terhadap lembaga eksekutif. Dalam hal ini, kebijakan luar negeri berada dalam wewenang kekuasaan eksekutif. 3. Lembaga yudikatif, merupakan lembaga yang memegang wewenang sebagai fungsi peradilan atas pelangaran undang-undangan. Terutama adanya lembaga yudikatif yang dtekankan oleh Montesquieu, karena disinila letaknya kemerdekaan ndividu dan hak asasi manusia dijamin dan dipertaruhkan. 22 Kekuasaan yudikatif penting dan harus dipisahkan dari dua kekuasaan lainnya juga untuk menghindari adanya kesewenang- wenangan penguasa. Kekuasaan ini lah yang selanjutnya akan bertugas untuk menegakkan hukum yang telah disepakati. Pemikiran dari Montesquieu ini kemudian banyak diadopsi di negara-negara demokrasi di dunia. Meski memiliki perbedaan penerapan disetiap negara-negara, baik pemisahan kekuasaan separation of powers ataupun pembagian kekuasaan distribution of powers tujuannya tetap untuk menciptakan suatu pemerintahan yang baik good governance. Sebagai contoh yang menerapkan teori Trias Politica ini sendiri adalah indonesia dan Amerika serikat.

1.6.3 Teori Otonomi Daerah

Salah satu perbedaan yang paling menonjol dalam sistem pemerintahan indonesia setelah runtuhnya kekuasaan rezim Orde Baru adalah penerapan 22 Miriam Boediardjo, op cit. Hal. 283 Universitas Sumatera Utara otonomi daerah. Sistem sentralistik Soeharto digantikan dengan sistem disentralistik. Sebagai salah satu pilar yang dirancang untuk mendukung pembangunan daerah, sistem otonomi daerah memiliki landasan hukum yang tertuang dalam pasal 18 UUD 1945 yang menyangkut tentang pemerintahan lokal. Pemerintah daerah sebagai implikasi prinsip disentralsasi, dipahami terkait dengan seberapa besar dan luas pendelegasian kewenangan pemerintah pusat kepada daerah demi berbagai alasan dan pertimbangan. Semakin besar kewenangan yang diberikan kepada daerah, semakin besar pula peluang daerah dapat menggali potensi yang ada untuk pembangunan daerah sesuai dengan kehendak masyarakat. 23 Hakikat otonomi daerah adalah disentralsasi atau proses pendemokrasian pemerintahan dengan keterlibatan langsung warga masyarakat sehingga meskipun itu menggunakan pendekatan lembaga perwakilan sebagai personifikasi. Penerapan otonomi daerah yang sekarang ini berlangsung untuk mendekatkan masyarakat dengan pemerintahnya. Walaupun disebut sebagai langkah pendemokrasian dalam pemerintahan lokal, penerapan otonomi daerah masih banyak mengalami kedala seperti rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya kualita hidup menjadikan pendemokrasian jalannya pemerintahan lokal sangat rawan akan masuknya kepentingan-kepentingan elit politik semata. UUD 1945 pasal 18 merupakan rujukan yang menjadi sumber hukum pemerintahan daerah. Meskipun demikian, penjelasan mengenai pemerintahan 23 Syamsuddin Haris. 2005. Desentralisasi Otonomi Daerah. Jakarta : LIPI Press. Hal. 138 Universitas Sumatera Utara daerah yang utuh, lengkap dan jelas tidak banyak diperoleh dari rujukan undang- undang tersebut. Setidatidaknya ada 6 pokok pikiran yang mengenai pemerintahan daerah tersebut, yakni 24 : 1. Wilayah RI akan dibagi kedalam provinsi yang kemudian akan dibagi lagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil. 2. Daerah-daerah itu tidak bersifat sebagai staat. 3. Daerah-daerah itu dapat berupa daerah otonom atau administrasi belaka. 4. Daerah itu mempunyai pemerintahan. 5. Dalam membagi wilayah Indonesia serta menentukan bentuk dan struktur pemerintahannya harus dilakukan berdasarkan UU. 6. Pembagian wilayah dan penentuan struktur pemerintahan tersebut diatas terutama didaerah-daerah otonom, dilakukan dengan mengingat sistem pemusyawaratan dalam pemerintahan negara dan hak asal-usul daerah yang bersifat istimewa. Meninjau ke dalam sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, Undang-Undang otonomi daerah yang di dalamnya juga terkait tentang pemerintahan daerah telah diamandemen sebanyak 8 kali perubahan. Perubahan itu sendiri secara kronologis dapat diliha sebagai berikut 25 : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 24 Ibid. Hal. 138 25 DR. J Kaloh, 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah. Jakarta : Rineke Cipta. Hal. 2 Universitas Sumatera Utara 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1959 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Secara hukum perundang-undangan, otonomi daerah itu sendiri dapat dilihat pada pasal 1 ayat 5 mengatakan bahwa “otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur da mengurus sendiri urusan peerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang- undangan. Dan menurut pasal 1ayat 6 menyatakan “ Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendirir berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.” 26 Oleh sebab itu, otonomi daerah merupakan suatu langkah yang dapat diartkan sebagai penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepemrintahan daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan pada kehendak dan aspirasi masyarakat dalam roda pemerintahan. Walaupun demikian, bukan berarti hubungan pusat dan daerah sudah tertutup ataupun ditiadakan oleh Undang- 26 2005. Undang‐Undang Otonom Daerah Terbaru. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 5 Universitas Sumatera Utara undang. Hanya saja pemerintah lokal akan bekerja dengan sendiri tanpa ada interpensi yang berlebihan dari pusat. 1.7. Metodologi Penelitian 1.7.1

Dokumen yang terkait

Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Indonesia dan Jepang tentang Joint Crediting Mechanism 2013 untuk Kemitraan Pertumbuhan Rendah Karbon

8 193 166

Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP) Terkait dengan Hak Menerima Kunjungan Keluarga Bagi Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan

27 281 161

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan Olahraga Cabang Sepakbola Di Kota Medan

1 77 127

Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Rasio Kemandirian Daerah, Rasio Pembiayaan Hutang, Belanja Daerah, Dan Tipe Pemerintahan Daerah Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

7 57 105

Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010-2012

1 40 140

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Di Daerah Pemekaran (Studi Pada Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir)

1 36 105

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kabupaten Karo

9 107 77

Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Pelaksanaan Otonomi Daerah (Di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias)

0 60 139

BAB II PROFIL DPRD KABUPATEN DAIRI PERIODE 2009-2014 DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAIRI PERIODE 2008-2013 2.1 Profil DPRD Kabupaten Dairi - Kerjasama Lembaga Pemerintah Daerah dengan DPRD dalam Pembuatan Peraturan Daerah di Kabupaten Dairi Tahun 2009-2

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN - Kerjasama Lembaga Pemerintah Daerah dengan DPRD dalam Pembuatan Peraturan Daerah di Kabupaten Dairi Tahun 2009-2014

0 0 32