membuat Peraturan Daerah, sehingga jika produk hukum yang dibuat kurang maksimal maka kinerja dari lembaga legislatif tersebut perlu dievaluasi.
Pembuatan Peraturan Daerah dalam ruang lingkup DPRD Kabupaten dan Pemerintahan Kabupaten Dairi bukan hanya tentang Peraturan Daerah ynag baru
saja. Pembuatan Peraturan Daerah dapat juga berupa pelaksanaan amandemen terhadap Peraturan daerah yang lama. Peaturan Daerah yang lama bisa diganti
apabila dirasa tidak sesuai lagi dengan keadaan objektif masyarakat maupun pemerintahan yang sedang berlangsung. Hal ini juga dapat dialakukan apabila ada
pergantian kepriodeaan pemerintahan daerah. Dalam pembuatan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2009 dapat
berlangsung dengan baik. Namun hal ini tidak dijadikan sebagai suatu yang harus diterapkan oleh DPRD kabupaten Dairi dalam pembuatan Peraturan daerah
selanjutnya. Kurang produktifnya DPRD Kabupaten Dairi dan Pemerintahan Kabupaten Dairi dikarenakan adanya kendala-kendala yang harus dihadapi.
Beberapa hal yang menjadi kendala-kendala dalam pembuatan Peraturan Daerah di kabupaten Dairi adalah kurangnya kemampuan anggota DPRD dan masalah
pendanaan rapat.
3.2.2.1 Kurangnya Keahlian Dan Pemahaman Terhadap Konstitusi
Pelaksanaan setiap tanggung jawab dalam setiap pekerjaan seyogianya harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan terhadap tanggung
jawab tertentu. Dalam pembuatan undang-undang baik dalam ranah DPR RI, DPRD Tingkat I, DPRD Tingkat II hal terpenting adalah keahlian dan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman tentang konstitusi. Keahlian dalam memahami konstitusi merupakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh orang-orang yang terlibat dalam
pembuatan produk-produk hukum. Kurang produktifnya kinerja DPRD Kabupaten Dairi sangat dipengaruhi
oleh lemahnya pengetahuan akan konstitusi oleh sebagian besar anggota DPRD. Hal ini dibenarkan oleh anggota DPRD Kabupaten Dairi yang berasal dari komisi
C yaitu Bapak Leonard H Samosir, BA memberikan keterangan sebagai berikut “....kita akui kalau kinerja DPRD Kabupaten Dairi ini masih belum
maksimal. Ini dapat dilihat dari salah satunya tentang pembuatan peraturan Daerah. kita kurang aktif untuk membuat peraturan yang
seharusnya hal itu adalah salah satu tugas kita. Tetapi yang bisa dijadikan faktor yang mempengaruhi itu adalah kurangnya
pengetahuan sebagian anggota tentang undang-undang. Sebelum terpilih sebagai anggota DPRD banyak diantara caleg belum
memiliki kecakapan dalam perundang-undangan. Sehingga pada saat masuk ke kursi dewan disitu baru belajar. Jadi seharusnya supaya
lebih baik kinerja DPRD ini, walaupun setiap orang berhak untuk mencalonkan diri sebagai anggota dewan, sebaiknya tiap caleg itu
harus memiliki pengetahuan tentang konstitusi dulu dalam bentuk sertifikat mengikuti seminar ataupun kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pemahaman konstitusi tersebut baru bisa mencalonkan...”
34
Pengetahuan tentang konstitusi ini lebih mengarah pada tuntutan ethos kerja
dari lembaga legislatif. DPRD Kabupaten Dairi yang dianggap kurang mampu akan megakibatkan suatu proses pembuatan Peraturan Daerah membutuhkan
jenjang waktu yang cukup lama. Disamping itu, dengan kurangnya keahlian dalam pembuatan Peraturan Daerah terkesan kurang menjawab terhadap
34
wawancara peneliti dengan informan anggota DPRD Kabupaten Dairi pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2014, Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
fenomena yang berkembang dimasyarakat Dairi sehingga memungkinkan adanya penolakan terhadap Peraturan Daerah yang baru tersebut.
Salah satu indikator yang dijadikan sebagai alat ukur kurangnya keahlian anggota DPRD tersebut adalah latar belakang pendidikannya. Latar belakang
pendidikan anggota DPRD Kabupaten Dairi masih sekitar 30 yang memiliki ijaza sarjana dan sebagian lagi dari tingkat SMA sederajat. Masalah ini secara
tidak langsung dipengaruhi oleh tidak adanya aturan-aturan dalam pencalegkan mengenai keahlian konstitusi ini. Setiap caleg yang mendaftar melalui partai
politik yang menyokong akan ditentukan oleh pilihan masyarakat. Dengan kejahatan-kejahatan pemilihan umum dewasa ini, latar belakang pendidikan
terkesan diabaikan oleh pemilih. Mayoritas perancang peraturan daerah, baik di lingkungan pemerinth daerah
maupun DPRD, tampaknya belum dapat menyesuaikan kemampuannya dengan tuntutan otonomi daerah yang mensyaratkan kapasitas yang memadai untuk
menyusun peraturan. Ironisnya, pelatihan-pelatihan perancangan peraturan daerah yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perancang dan legislator masih
jarang dilakukan. Perancang yang biasanya berlatar belakang sarjana hukum tidak mendapatkan pelajaran yang cukup dalam merancang peraturan perundang-
undangan ketika mereka di bangku kuliah. Kondisi ini mungkin akibat dari ilmu peraturan perundang-undangan dan perancang peraturan perundang-undangan
belum mendapat posisi yang proporsional dalam agenda pembangunan hukum di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.2 Kurangnya Pendanaan Kegiatan-Kegiatan Rapat Anggota DPRD