Whistle Blower WB 02. Naskah laporan situasi hukum pidana 2016 14 Juni 2017 Final

111 Dari data tabel tersebut timbul pertanyaan, yaitu apakah seluruh status JC yang dikeluarkan oleh institusi penegak hukum ini diberikan pada saat proses penuntutan, atau dengan kata lain apakah diberikan sebelum atau sesudah putusan. Yang menjadi catatan penting adalah apabila status JC baru diberikan setelah putusan dijatuhkan, maka angka ini adalah angka yang sangat mengejutkan, karena secara hukum di Indonesia, JC seharusnya dinyatakan sebelum putusan atau saat proses penuntutan di lakukan. Logika ini sebenarnya logika yang sama yang diatur dalam PP 99 Tahun 2012, dimana JC menjadi syarat remisi untuk memberikan insentif atau memberikan bergain kepada penyidik dan penuntut umum agar tersangka atau terdakwa mau bekerja sama dalam mengungkap kejahatan, khususnya korupsi yang bersifat sistemik dan terorganisir. Apabila status JC diberikan pasca putusan atau proses penuntutan, maka apa guna JC diberikan selain untuk mendapatkan remisi? Dari sinilah harusnya dugaa ada a per ai a atau ko oditas a g diperjual elika dapat ditelusuri. Untuk itu, ICJR meminta agar Kepolisian, Kejaksaan dan KPK mengeluarkan nama-nama siapa aja orang-orang yang mendapatkan status JC tersebut dan apakah status JC tersebut diberikan pada saat proses penuntutan atau sebelum putusan atau malah diberikan setelah putusan dikeluarkan dan dengan alasa apa. De ga egitu aka isteri jual eli status JC dapat ditelusuri.

6.5 Whistle Blower WB

Perlindungan Whistle Blower WB kurang mendapatkan perhatian yang serius sepanjang 2016 ini. Padahal entitas WB merupakan salah satu pendukung penting dalam penegakan hukum pidana, khususnya dalam kasus-kasus kejahatan terorganisasi. Dari aspek kebijakan, tidak ada regulasi baru yang memberikan proteksi lebih kuat paska revisi UU Perlindungan saksi dan Korban, UU No 31 tahun 2014. Pemerintah Indonesia terlihat lebih berkonsentrasi mengembangkan Whistleblower System di beberapa kementerian. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015 yang kemudian dirumuskan dalam Inpres No 7 Tahun 2015, terkait pelaksanaan WBS dan penanganan pengaduan internal dan eksternal. Berdasarkan Instruksi tersebut, dilakukan pelaksanaan Whistleblowing System WBS di 17 KementerianLembaga Pemerintah dengan Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Bahkan telah terbangun Nota Kesepahaman yang terkait dengan upaya perlindungan bagi pelapor, saksi, dan saksi pelaku yang bekerjasama dalam rangka aksi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi antara LPSK dengan 17 KementerianLembaga. Namun mengenai capaian ukuran keberhasilan termasuk laporan evaluasi pelaksanaan Whistleblowing System belum diperoleh apakah ada perbaikan situasi di tahun 2016 ini. Pelaksanaan Whistleblowing System di lembagakementerian ternyata memiliki kendala karena tergantung kepada kebijakan dan sistem yang dibangun oleh masing-masing lembaga. Karena Whistleblowing System ini relatif baru, serta belum optimalnya jaringan dan system yang dibuat masih rentan. Demikian juga masalah keamanan dan kerahasiaan, tidak hanya melindungi individu agar bersedia menjadi pelapor tetapi harus dipastikan adanya tindak lanjut dan investigasi pengungkapan laporan secara memadai, profesional dan independen. Kendala lain adalah terkait faktor keamanan dari pelapor yang masih diragukan oleh pengguna, hal ini tidak jelasnya masalah reward and punishment. Bagi kalangan pegawai negeri sipil PNS hal ini masih berat, terutama yang melaporkan atasannya. Whistle Blower dari kalangan PNS rentan 112 mendapatkan ancaman, seperti dimutasi bahkan dipecat. Dan sampai sekarang, belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur permasalahan ini, termasuk UU Perlindungan Saksi dan Korban. Reward dan punishment di satu sisi baik untuk meningkatkan kinerja dari kementerianlembaga tetapi di satu sisi dapat menimbulkan permasalahan baru terkait dengan masalah fitnah, ancaman dan pengucilan yang mungkin diterima oleh pelapor apabila yang bersangkutan mendapatkan reward atas dasar pengaduan. Dari segi kasus-kasus WB yang mendapat perlindungan, tahun 2016 ini terdapat peningkatan jumlah kasus WB. Sebelumnya pada tahun 2015, LPSK hanya melindungi 4 empat orang Whistleblower pada Tindak Pidana Korupsi. Maka Pada tahun 2016 LPSK telah memberikan perlindungan kepada 36 orang berstatus WB terkait berbagai kasus tindak pidana seperti korupsi, penganiayaan, penyiksaan dan lain-lain. Berikut data WB yang masuk dalam perlindungan LPSK : Tabel 6.7. Daftar WB Perlindungan LPSK 2016 No Nama Whistleblower 1 Korupsi 26 2 Penyiksaan 4 3 Penganiayaan 4 4 Malpraktik 1 5 Penyalahgunaan Wewenang 1 Jumlah 36 Tabel 6.8. Beberapa Kasus Ancaman terhadap Pelapor tahun 2016 Pelapor Kasus Serangan balik Respon 10 orang Pelapor kasus Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan Kasus suap kepada anggota DPRD Kabupaten Tanggamus, terkait pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD tahun anggaran 2016 Diancam secara fisik, namun juga ancaman psikis dan ancaman administrasi. Ancaman tersebut mulai dari peringatan adanya Pergantian Antar Waktu PAW sebagai anggota DPRD hingga ancaman karir terhadap keluarga para pelapor yang menjadi PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Perlindungan LPSK dan Polri LSM Peduli Kota Batu 6 kasus dugaan korupsi di Kota Batu yang bersinggungan dengan pejabat di Kota Wisata Batu. Keenam kasus itu meliputi dugaan korupsi pembangunan block office, dugaan korupsi pembangunan jalan Giri Arjuno, dugaan korupsi roadshow Kaltim, Teror dan ancaman Meminta perlindungan ke polisi 113 dugaan korupsi bantuan traktor, dugaan korupsi ruislag tanah Dadaprejo dan dugaan manipulasi tanah Puskesmas Batu. H E A Pelapor dugaan korupsi dana hibah KONI Samarinda senilai Rp. 64 miliar. Usai pemeriksaan Tim Satgasus Jampidsus sekitar mengaku pernah mendapat tekanan dan ancaman dari seseorang atas laporan yang ia adukan kepada Kejaksaan Agung RI sekitar bulan Maret 2016. Ia diancam 4 huruf, yaitu mati. - S K N Pelapor dugaan tindak pidana korupsi alokasi dana desa ADD Bunkate, Kabupaten Lombok Tengah. Ada 11 item dana desa yang dirinya laporkan ke Kejaksaan Negeri Praya. Hal itu dilaporkan karena tidak ada transparansi dalam pengelolaan anggarannya. Di intimidasi, diancam keluar dari desa tempatnya tinggal Meminta pendampingan hukum kepada Solidaritas Masyarakat untuk Transparansi Somasi Nusa Tenggara Barat. Pelapor Kasus Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan di Ancaman Setelah dilaporkan oleh anggota DPRD Tanggamus yang mengetahui dan menerima uang suap, Komisi Pemberantasan Korupsi kemudian melakukan penahanan terhadap Bambang. Ia diduga keras melakukan penyuapan kepada sejumlah anggota DPRD Kabupaten Tanggamus, terkait pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD tahun anggaran 2016. Para pelapor diteror setelah melaporkan Bambang, 10 anggota DPRD Tanggamus yang melaporkan kasus tersebut kemudian meminta perlindungan LPSK. Mereka tidak hanya diancaman secara fisik, namun juga ancaman psikis dan ancaman administrasi. Ancaman tersebut mulai dari peringatan adanya Pergantian Antar Waktu PAW sebagai anggota DPRD hingga ancaman karir terhadap keluarga para pelapor yang menjadi PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Ancaman itu semakin nyata saat KPK mulai menyelidiki kasus ini.

6.6. Bantuan Rehabilitasi bagi Korban