Bantuan Rehabilitasi bagi Korban

113 dugaan korupsi bantuan traktor, dugaan korupsi ruislag tanah Dadaprejo dan dugaan manipulasi tanah Puskesmas Batu. H E A Pelapor dugaan korupsi dana hibah KONI Samarinda senilai Rp. 64 miliar. Usai pemeriksaan Tim Satgasus Jampidsus sekitar mengaku pernah mendapat tekanan dan ancaman dari seseorang atas laporan yang ia adukan kepada Kejaksaan Agung RI sekitar bulan Maret 2016. Ia diancam 4 huruf, yaitu mati. - S K N Pelapor dugaan tindak pidana korupsi alokasi dana desa ADD Bunkate, Kabupaten Lombok Tengah. Ada 11 item dana desa yang dirinya laporkan ke Kejaksaan Negeri Praya. Hal itu dilaporkan karena tidak ada transparansi dalam pengelolaan anggarannya. Di intimidasi, diancam keluar dari desa tempatnya tinggal Meminta pendampingan hukum kepada Solidaritas Masyarakat untuk Transparansi Somasi Nusa Tenggara Barat. Pelapor Kasus Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan di Ancaman Setelah dilaporkan oleh anggota DPRD Tanggamus yang mengetahui dan menerima uang suap, Komisi Pemberantasan Korupsi kemudian melakukan penahanan terhadap Bambang. Ia diduga keras melakukan penyuapan kepada sejumlah anggota DPRD Kabupaten Tanggamus, terkait pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD tahun anggaran 2016. Para pelapor diteror setelah melaporkan Bambang, 10 anggota DPRD Tanggamus yang melaporkan kasus tersebut kemudian meminta perlindungan LPSK. Mereka tidak hanya diancaman secara fisik, namun juga ancaman psikis dan ancaman administrasi. Ancaman tersebut mulai dari peringatan adanya Pergantian Antar Waktu PAW sebagai anggota DPRD hingga ancaman karir terhadap keluarga para pelapor yang menjadi PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Ancaman itu semakin nyata saat KPK mulai menyelidiki kasus ini.

6.6. Bantuan Rehabilitasi bagi Korban

Selama tahun 2015, LPSK telah memberikan layanan medis kepada 1633 seribu enam ratus tiga puluh tiga orang korban, yang terdiri dari 1571 seribu lima ratus tujuh puluh satu orang korban yang tidak terkait dengan proses pengadilan yang diberikan dalam konteks kasus pelanggaran HAM yang Berat berdasarkan Rekomendasi Komnas HAM, 50 lima puluh orang korban kejahatan yang akan memberikan keterangan sebagai saksi dalam proses peradilan pidana, serta 12 dua belas orang korban langsung Tindak Pidana Terorisme. Layanan bantuan medis yang diberikan kepada saksi danatau korban yang akan memberikan keterangan pada proses peradilan pidana pada Tahun 2015 sebanyak 50 lima puluh orang, yang 114 meliputi tindak pidana pemerkosaan, tindak pidana pencabulan, tindak pidana penganiayaan, tindak pidana perdagangan orang, tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, dan tindak pidana percobaan pembunuhan. Selama Tahun 2015, layanan bantuan psikologis diberikan kepada 439 empat ratus tiga puluh sembilan orang. Layanan bantuan psikologis diberikan kepada korban pelanggaran HAM yang Berat dengan rekomendasi Komnas HAM, korban tindak pidana tertentu berdasarkan keputusan Rapat Paripurna LPSK, serta korban Tindak Pidana Terorisme. Layanan bantuan psikologis yang diberikan kepada korban tindak pidana yang telah diputuskan oleh Rapat Paripurna Pimpinan LPSK untuk diberikan layanan bantuan psikologis sebanyak 60 enam puluh orang yang terdiri dari Tindak Pidana Perdagangan Orang, Tindak Pidana Pencabulan, Tindak Pidana Pemerkosaan, Tindak Pidana Penganiayaan, Tindak Pidana Korupsi, Tindak Pidana KDRT, Tindak Pidana Percobaan Pembunuhan. 6.6.1. Masalah Anak Korban Kejahatan Salah satu hal yang krusial adalah soal layanan anak korban pasca lahirnya UU SPPA. Pada kasus- kasus kekerasan seksual khususnya kepada anak, selama ini pemerintah hadir seperti layaknya Pe ada Ke akara ketika kasus-kasus tersebut terangkat ke media. Bahkan keadilan bagi korban terkesan ketika pelaku mendapatkan hukuman berat. Pemerintah hanya puas dengan menjatuhkan saksi yang berat untuk mendukung efek jera pada kasus-kasus kekerasan seksual anak. Sejauh ini pemerintah belum memberikan hak-hak anak korban kejahatan seksual. Problem juga terlihat ketika Undang-undang yang ada saat ini hanya mengatur secara terbatas hak-hak korban, bahkan sampai saat ini dalam praktiknya tidak jelas implementasi hak-hak korban tersebut. Tidak ada data Nasional soal berapa jumlah layanan bagi anak korban di Indonesia. ICJR melihat hanya sedikit lembaga yang secara periodik memberikan catatan dan laporan. LPSK dan P2TP2A DKI telah berupaya memberikan laporan soal ini, karena hal ini merupakan data penting. Berdasarkan data Divisi Penerimaan Permohonan di LPSK, jumlah anak korban yang mengajukan permohonan perlindungan sd 18 November sebanyak 111 permohonan 61 angka ini naik dibanding di tahun 2015 yang berjumlah 43 orang 62 . Sepanjang tahun 2016, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK telah berhasil memberikan Layanan Perlindungan anak korban pada beberapa kasus tindak pidana. 63 Di tahun 2016 Layanan Perlindungan yang telah diberikan LPSK untuk Anak Korban dalam Tindak Pidana Umum Lainnya berjumlah 7 orang, diantaranya terdiri dari 4 kasus. Anak Korban yang telah mendapatkan layanan Hak Prosedural sebanyak 7 orang, yang mendapatkan layanan hukum sebanyak 2 orang, yang mendapatkan layanan secara fisik sebanyak 2 orang, yang mendapatkan layanan medis sebanyak 2 orang, dan yang mendapatkan layanan psikologis sebanyak 6 orang. Detail Layanan perlindungan bagi anak korban yang telah diberikan LPSK per-jenis layanan, disajikan dalam tabel sebagai berikut: 61 Rekapitulasi permohonan anak saksikorban 2016 , Divisi Penerimaan Permohonan LPSK, tidak dipublikasikan. 62 Ibid 63 Rekapitulasi layanan anak di LPSK, 2016,Divisi Perlindungan LPSK, tidak dipublikasikan. 115 Tabel 6.9. Jumlah Layanan Perlindungan Anak di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK Tahun 2016 Jenis Tindak Pidana Jenis Layanan Tindak Pidana Perdagangan Orang TPPO Hak Prosedural Hukum Fisik Medis Psikologis Restitusi 15 2 2 3 13 Jumlah Kasus 5 Jumlah anak korban yang mendapatkan pelayanan 15 Penganiayaan Jenis Layanan Hak Prosedural Hukum Fisik Medis Psikologis Restitusi 6 2 4 4 Jumlah Kasus 7 Jumlah anak korban yang mendapatkan pelayanan 14 Kekerasan Seksual Jenis Layanan Hak Prosedural Hukum Fisik Medis Psikologis Restitusi 37 7 11 29 1 Jumlah Kasus 29 Jumlah anak korban yang mendapatkan pelayanan 37 Tindak Pidana Umum Lainnya Jenis Layanan Hak Prosedural Hukum Fisik Medis Psikologis Restitusi 7 2 2 2 6 Jumlah Kasus 4 Jumlah anak korban yang mendapatkan pelayanan 7 Data dari Koalisi Perlindungan Saksi dan Korban menunjukkan bahwa di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK implementasi hak ini justru sangat minim. Apabila dipersentasikan, dari informasi yang dimiliki ICJR, jumlah anak korban kekerasan seksual yang selama ini mendapatkan layanan medis dan rehabilitasi psikologis dan psikososial dari LPSK bahkan tidak mencapai angka 3 dari seluruh jumlah layanan pertahun. Problem tersebesar adalah sangat sulit mencari data resmi berapa jumlah layanan rehabilitasi yang diberikan bagi korban kejahatan seksual, khususnya anak. Ini menunjukkan data soal angka rehabilitasi korban anak sangat lemah. Pemerintah Indonesia bahkan tidak pernah menaruh perhatian pada pentingnya data tersebut. Inilah yang mengakibatkan kebijakan penanganan kasus kejahatan seksual bagi anak, utamanya hanya mendasarkan pada data di media. Penggunaan data yang 116 komprehensif tidak pernah menjadi pertimbangan sebagai dasar pembentukan kebijakan yang menyeluruh bagi penanganan kasus kejahatan seksual dan korban kejahatan seksual. Kegentingan ini yang harusnya menjadi fokus dari pemerintah.

6.6.2 Korban Pelanggaran HAM Berat

Pada tahun 2010, pertama kali korban Pelanggaran HAM Berat PHB mendapat rehabilitasi bantuan medis dan psikologis berdasarkan prosedur LPSK. Saat itu seorang korban peristiwa 1965 mengajukan permohonan bantuan medis psikologis di LPSK, yang kemudian diputuskan dan diterima oleh LPSK serta mendapatkan layanan medis dan psikologis. Setelah dikabulkannya permohonan ini, berbagai kelompok korban lainnya kemudian mengajukan permohonan bantuan medis dan psikososial ke LPSK. Tahun 2011 jumlah pemohon berjumlah 7 orang, yang merupakan korban dalam Peristiwa Tanjung Priok 1984 dan Peristiwa Penghilangan Paksa tahun 1997-1998. Pada Tahun 2012, permohonan ke LPSK meningkat drastis menjadi 217 orang, yang merupakan korban Peristiwa 1965-1966, Peristiwa Tanjung Priok 1984 dan Peristiwa Penghilangan Paksa tahun 1997-1998. Dari Permohonan tersebut, jumlah korban yang mendapatkan layanan medis dan psikologis sampai dengan bulan Desember 2012 berjumlah 127 Korban, dengan perincian layanan bantuan medis 122 orang dan layanan psikologis 125 orang. Tahun 2013 jumlah 1151 permohonan bantuan medis dan psikososial. Jumlah layanan yang menerima bantuan medis psikologis setiap tahunnya terus bertambah. Di tahun 2013 layanan medis berjumlah 452 dan psikologis 375, di tahun 2014 layanan medis bertambah menjadi 775 sedangkan psikologis menjadi 320. Di Tahun 2015 layanan medis bagi korban PHB melesat ke angka 1509 sedangkan layanan psikologis berjumlah 351. Pada Tahun ini LPSK memberikan layanan kepada 1829 Korban tindak pidana PHB. terutama pada korban Peristiwa 65 atas dasar rekomendasi dari Komisi Nasional HAM Komnas HAM. Diperkirakan korban yang akan menerima layanan akan terus bertambah di tahun 2017. Hal ini didasarkan masih banyaknya korban yang belum mendapat rekomendasi dari Komnas HAM. Tabel 6.10 Data Jumlah Terlindung Korban Pelanggaran Ham Berat No Jenis Kasus Jumlah Korban Dalam Layanan LPSK 1 Pelanggaran Ham Berat Peristiwa 65 1803 2 Talang Sari 10 3 Jambu Keupok 15 4 Tanjung Priok 1 Jumlah 1829

6.6.3 Korban Terorisme

Layanan korban Kasus tindak pidana yang belakangan juga mendapat banyak perhatian adalah korban kasus tindak pidana terorisme. Sejak tahun 2014, berdasarkan UU No 31 tahun 2014 terhadap korban terorisme, layanan bantuan medis, psikologis dan psikososial sudah dapat diberlakukan. Pada 117 tahun 2015, LPSK telah memberikan layanan bantuan rehabilitasi psikososial kepada 28 dua puluh delapan korban terorisme 64 dengan koordinasi bersama Pemerintah Daerah untuk bekerjasama memberikan bantuan rehabilitasi psikososial termasuk bantuan pendidikan dan kesehatan bagi anak korban terorisme. Di tahun 2016, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban telah memberikan bantuan medis dan rehabilitasi psikologis dan psikososial kepada 47 para korban terorisme. Tabel 6.11 Pemberian Layanan Korban Terorisme Tahun Layanan medis Layanan psikologis Jumlah korban 2016 37 23 47 2015 - 28 28 64 Korban yang tercatat berasal dari korban Bom bali 25 orang dan Bom Kuningan Jakarta 3 orang 118 BAB VII PENUTUP

7.1. Implementasi dan Kebijakan Pemidanaan