A. Latar belakang Masalah

1

BAB I PENDAHULUAN

I. A. Latar belakang Masalah

Kata globalisasi sering dipakai sebagai salah satu ciri abad 21. Globalisasi adalah suatu fakta yang tidak dapat dihindari dan sekaligus merupakan suatu proses yang sedang berkembang Soekartawi dalam Andriani, 2003. Memasuki era globalisasi ditandai dengan beberapa hal, antara lain adanya peningkatan interaksi antara warga dunia baik secara langsung maupun tidak langsung, meluasnya cakrawala intelektual, tersedianya informasi yang semakin banyak dan bervariasi, tersebarnya informasi yang semakin luas dan tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dengan waktu yang sangat cepat. Era globalisasi atau disebut juga era informasi ditandai dengan semakin banyaknya saluran media yang tersedia seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, faks, komputer, internet serta satelit komunikasi yang mengarah pada pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan serta penyajian informasi Miarso, 2004. Era globalisasi dipandang sebagai suatu proses yang berkembang pesat sebagai akibat dari semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi Soekartawi dalam Andriani, 2003. Perkembangan teknologi informasi yang pesat tersebut telah menyentuh berbagai aspek dan bidang dalam kehidupan manusia seperti pada aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya serta bidang pendidikan Widodo dalam Rosa, 2008. Bidang pendidikan, dampak globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi memperlihatkan adanya pergeseran dalam Universitas Sumatera Utara 2 proses belajar-mengajar, dalam hal ini menyangkut proses penyajian materi pengajaran dari pihak pengajar yang mulanya menggunakan peralatan papan tulis dan kapur yang kemudian teknologi berkembang menjadikan pengajar bisa memberikan materi belajar dalam bentuk slide yang ditampilkan melalui overhead projektor OHP, selanjutnya muncul model pemberian materi belajar dengan mempresentasikan melalui file presentasi seperti power point dan model berikutnya dengan menggunakan e-learning Widodo dalam Rosa, 2008. Seiring dengan hal tersebut, pergeseran mekanisme pembelajaran juga berevolusi, terlihat dengan metode belajar yang dulunya konvensional menjadi metode yang lebih terbuka yang lebih bersifat jaringan yang disebut dengan model e-learning. Metode konvensional merupakan metode belajar yang proses penyampaian materi pelajarannya masih dilakukan dengan tatap muka dalam waktu dan tempat yang bersamaan sedangkan dalam metode dengan e-learning penyampaian materi belajar melalui media internet atau intranet baik secara langsungsynchronous dan tidak langsungasynchronous Mukhopadhyay dalam Miarso, 2004. Penyelenggaraan pembelajaran dengan model e-learning harus didukung oleh berbagai institusi salah satunya adalah kalangan akademik perguruan tinggi universitas, dengan pertimbangan bahwa perguruan tinggi merupakan gudangnya ilmu pengetahuan dan perguruan tinggi juga dianggap sebagai tempat berkumpulnya para staff yang terlatih dan sangat peka terhadap perkembangan teknologi informasi. Selain hal tersebut, perguruan tinggi telah memiliki pengajaran yang telah terstruktur dan memiliki layanan perpustakaan yang menyediakan buku yang mendukung proses pembelajaran dan perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara 3 telah diakui kualitasnya secara resmi melalui akreditas Purbo, 2002. Sejalan dengan hal tersebut, Cabal dalam Simanjuttak, 1998 menyatakan bahwa Universitaspendidikan tinggi merupakan sumber bagi terwujudnya inovasi dan imaginasi, sehingga dengan pembelajaran e-learning dijadikan sebagai sarana yang memungkinkan terjadinya kontak bagi semua orang di belahan dunia manapun sehingga dapat memfasilitasi terjadinya inovasi dan imajinasi-imajinasi baru bagi peserta didik. Mendukung hal tersebut, tanggungjawab utama pendidikan tinggi adalah menyiapkan mahasiswa agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam lingkungan dunia yang kompetitif, sehingga aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan peran pendidikan tinggi adalah dengan kemajuan teknologi informasi yang mempengaruhi proses pendidikan Wijaya dalam Rosa, 2008, sehingga tugas dari pendidikan tinggi adalah dapat memperkuat daya saing bangsa dalam hal ini kemampuan sumber daya manusianya SDM, dengan demikian untuk meningkatkan daya saing tersebut diperlukan pembelajaran yang lebih efektif yang mengarah pada kurikulum yang berbasis kompetensi KBK. Pemanfaatan teknologi informasi dalam lingkungan pendidikan tinggi memiliki tujuan utama yaitu mendukung kegiatan riset, belajar-mengajar dan proses administrasi. Teknologi informasi merupakan media yang dapat membantu akses terhadap pengetahuan dan efisiensi proses administrasi kampus, dalam hal tersebut untuk membantu kegiatan belajar mengajar maka berbagai infrastruktur teknologi informasi telah dikembangkan dan diadopsi oleh pendidikan tinggi. Hal ini terlihat dari pengembangan situs yang melayani tentang lembaga, pendaftaran mahasiswa baru dan pengelolaan sumber belajar digital. Akses tersebut Universitas Sumatera Utara 4 dipermudah dengan menyediakan fasilitas hotspot areakawasan yang terbatas menyediakan jaringan internet maupun koneksi internet kabel di lingkungan kampus Wijaya dalam Rosa, 2008. Seiring dengan hal tersebut, Universitas Sumatera Utara telah menyediakan jaringan hotspot di lingkungan kampus dan telah mengarah pada pembelajaran dengan e-learning. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari Universitas Sumatera Utara, yaitu menciptakan pendekatan baru sebagi pusat belajar sesuai dengan kebutuhan yang mengikuti perkembangan teknologi informasi. Pihak Universitas Sumatera Utara mulai membangun pembelajaran dengan model e-learning, yang bentuk pengajaran dan pembelajarannya menggunakan internet, memberikan fasilitas yang dapat diakses oleh peserta didikmahasiswa secara pribadi seperti materi pelajaran, interaksi dengan pengajar atau sesama mahasiswa serta dapat mengetahui informasi tentang nilai, jadwal dan konsep pembelajaran serta mahasiswa juga dapat memperoleh layanan berupa perpustakaan digital. Hal ini terlihat dari tersedianya portal akademik Universitas Sumatera Utara. Portal akademik merupakan sebuah sistem informasi yang berfungsi sebagai integrator informasi akademik yang ada diberbagai unit akademik fakultas dan program studi sekaligus sebagai sarana komunikasi antar sivitas akademika Universitas Sumatera Utara yang dapat diakses melalui internet dengan alamat www.usu.ac.id. Penggunaan dari e-learning di Universitas Sumatera Utara dijelaskan oleh bapak Suharwinto yang bekerja pada pusat komunikasi Universitas Sumatera Utara, seperti dibawah ini: “Penggunaan e-learning yang ada di USU disediakan melalui portal akademik. Portal akademik itu sendiri merupakan sarana informasi yang disediakan pihak Universitas untuk kemudahan aktivitas sivitas akademika baik itu mahasiswa ataupun dosen. Dalam portal akademik disajikan Universitas Sumatera Utara 5 beberapa layanan yang dapat diakses oleh mahasiswa sesuai dengan kebutuhannya, seperti penggelolaan KRS, transkrip nilai, e-jurnal, kalender jadwal perkuliahan, messaging, alumni, dan masih banyak lagi fasilitas yang bisa dibuka…..tapi sampai saat ini mahasiswa belum menggunakan fasilitas yang disajikan, biasanya portal akademik banyak dibuka mahasiswa hanya pada saat pengisian KRS.” komunikasi personal, 4 maret 2008. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Universitas Sumatera Utara telah menyediakan fasilitas e-learning, tetapi e-learning di Universitas Sumatera Utara masih belum optimal dalam pelaksanaannya disebabkan oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara tidak menggunakan semua fasilitas yang sudah disediakan di dalam portal akademik. Sesuai dengan yang dikatakan oleh seorang mahasiswa mengenai pengetahuannya tentang penggunaan e-learning di Universitas Sumatera Utara, di bawah ini: “e-learning…. Oo.. yang portal itu ya. Yang saya tahu kalu mau ngisi KRS melalui portal itu ka’. Kalau saya ka’ buka portal akademik pas pengisian KRS aja kak itupun kadang-kadang saya nitip sama kawan untuk bukain… saya tahu ada fasilitas lain di portal akademik selain pengisian KRS tapi saya nggak pernah mencoba menggunakannya, soalnya kan ka..membukanya saja sulit, he..he...”A komunikasi personal, 3 Maret 2008. Dari wawancara di atas terbukti apa yang dikatakan bapak Suharwinto bahwa Universitas Sumatera Utara telah menyediaan fasilitas untuk e-learning tapi penggunaannya masih kurang optimal, karena dari kalangan mahasiswa tidak tertarik untuk membuka dan menggunakan portal akademik yang telah disajikan oleh pihak Universitas Sumatera Utara. Mendukung hasil wawancara di atas, Perbawiningsih 2005 menyatakan bahwa mahasiswa sebenarnya sangat pasif dalam mengikuti proses belajar- mengajar dan rendahnya semangat untuk belajar secara mandiri. Ciri belajar mahasiswa yang pasif mengarah pada kebiasaan mahasiswa untuk menghapal Universitas Sumatera Utara 6 seluruh materi pelajaran yang telah disajikan dosen tanpa mencari sumber lain yang mendukung materi yang telah disampaikan, mahasiswa sulit untuk menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya, mahasiswa hanya bisa mengungkap apa yang telah ditulis oleh pengarang tanpa mampu mencoba untuk menghubungkan apa yang dibaca dengan pengalaman sendiri dan tidak mampu membuat suatu kesimpulan. Ditambah lagi, pengajaran saat ini sangat memprihatinkan dimana pengajar sebagai aktor utama dalam proses belajar- mengajar, disini fungsi dari pengajar tersebut sebagai orang yang menyajikan, menjelaskan, menganalisa dan bertanggungjawab dalam proses belajar sedangkan peserta didikmahasiswa hanya bersikap pasif dalam mengikuti proses belajar- mengajar. Peserta didikmahasiswa hanya membuat catatan dari penjelasan pengajar dengan kondisi seperti ini peserta didikmahasiswa tidak menjadi komunikatif dan tidak memiliki keterampilan untuk menyatakan diri. Peserta didikmahasiswa pada umumnya lebih menekankan pada proses penghapalan materi yang diajarkan dengan kata lain jarang terjadi pengembangan secara mandiri berdasarkan aktivitas kreatif dalam konteks tipe pelajar yang bersifat eksploratif Conny, 1995. Proses pembelajaran yang berlangsung pada saat ini dapat disimpulkan masih dititik beratkan pada peran gurupengajar sebagai pusat dari proses pembelajaran yang disebut dengan teacher centered learning. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang menghasilkan model belajar yang bersifat jaringan e-learning, maka proses belajar yang berpusat pada pengajar teacher centered learning dianggap sudah tidak memadai lagi, sehingga perlu adanya perubahan metode pembelajaran yang lebih berfokus pada peserta didik student centered learning dengan harapan peserta Universitas Sumatera Utara 7 didikmahasiswa memiliki motivasi dalam diri sendiri untuk menentukan arah tujuan pembelajarannya Brojonegoro, 2005. Mendukung hal tersebut, Rahardjo Pongtuluran dalam Pannen, 1999 menyatakan bahwa pembelajaran student centered learning adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dimana peserta didiksiswa mampu untuk menjadi peserta didik yang aktif dan mandiri dalam proses belajarnya dan memiliki bertanggungjawab serta inisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya dan mampu untuk menemukan sumber- sumber informasi tanpa tergantung pada orang lain dalam hal ini pengajar. Pembelajaran dengan student centered learning lebih berfokus pada kebutuhan, kemampuan, minat dan gaya pembelajaran dari siswa dengan pengajar sebagai fasilitator pembelajaran. Pembelajaran student centered learning dipengaruhi oleh empat faktor, salah satunya adalah faktor kognitif dan metakognitif. Faktor kognitif dan metakognitif mengarah pada kemampuan untuk belajar dan mampu untuk berpikir dalam menentukan tujuan belajar, memilih strategi yang tepat serta mampu untuk memantau perkembangan dari proses belajar yang dilalui. Faktor kognitif dan metakognitif terdapat enam prinsip, salah satu dari enam prinsip tersebut adalah konteks pembelajaran. Prinsip konteks pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, salah satunya adalah teknologi dalam hal ini teknologi yang digunakan adalah dengan model e-learning. Mendukung hal tersebut, Karsen dalam Rosa, 2008 menyatakan bahwa karakteristik utama dalam pembelajaran dengan model e-learning adalah pusat pembelajarannya berfokus pada peserta didikmahasiswa, dengan demikian peserta didikmahasiswa dituntut untuk dapat aktif dan mampu untuk belajar Universitas Sumatera Utara 8 secara mandiri dan memiliki inisiatif untuk belajar serta memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan melalui internet atau media yang lainnya dan juga tidak tergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam hal ini pengajar. Seiring dengan hal tersebut, karakteristik dari e-learning hanya ada pada proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student centered learning. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student centered learning dalam penerapannya dalam model e-learning dapat memudahkan perancangan instruksi pembelajaran yang efektif untuk setiap siswa, memudahkan penyerapan materi bagi siswa serta dapat meningkatkan kemandirian maupun kemampuan komunikasi dan kolaborasi bagi siswa, dengan demikian pembelajaran student centered learning adalah kunci keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran e-learning. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melihat bagaimana gambaran student centered learnnig pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara menuju proses pembelajaran e-learning.

I. B. Tujuan Penelitian