C. Mahasiswa LANDASAN TEORI

30 melihat perkembangan siswanya secara pribadi yang meliputi guru dapat mengetahui tentang topik apa yang dipelajari siswanya sampai berapa skor nilai yang berhasil diperoleh siswanya dalam mengerjakan soal tes setelah memahami suatu materi Koesnanda, 2003

II. C. Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi Salim salim dalam kamus umum Bahasa Indonesia, 2002. Secara umum, mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi didefenisikan sebagai lembaga pendidikan formal di atas sekolah lanjutan menengah ke atas yang terutama memberikan pendidikan teori dari suatu ilmu pengetahuan, disamping mengajarkan keterampilan skill tertentu Sarwono dalam Nugraha, 2001. Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 1819 tahun sampai 2425 tahun Winkel, 1997. Rentang umur mahasiswa ini dibagi atas periode 1819 tahun sampai 2021 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester IV; dan periode waktu 2122 tahun sampai 2425 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai semester VIII Winkel, 1997. Pada rentang usia tersebut mahasiswa berada pada masa dewasa dini. Menurut Hurlock 1980 menyatakan bahwa pada masa dewasa dini disebut sebagai masa pembentukan komitmen artinya mahasiswa pada masa dewasa dini mengalami perubahan dari pelajar yang mulanya tergantung pada orang lain menjadi pelajarmahasiswa yang tidak Universitas Sumatera Utara 31 tergantung kepada orang lainpengajar dan lebih mandiri, sehingga mahasiswa mampu untuk menentukan komitmen baru, bertanggungjawab dan menjadi pribadi yang lebih mandiri. II. D. Gambaran Student Centered Learning SCL Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Menuju Proses Pembelajaran E-Learning Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menimbulkan beragam tantangan baru dalam dunia pendidikan tinggi. Tantangan dan perkembangan tersebut mempersyaratkan perguruan tinggi untuk berubah, salah satu perubahannya terjadi pada pendekatan proses pembelajaran Subagjo dalam Pannen, 1999. Pembelajaran dalam hal ini dapat diartikan sebagai kegiatan yang telah terprogram yang membantu peserta didikmahasiswa mampu untuk mengembangkan kreativitas berfikir dan juga dapat meningkatkan kemampuan untuk mengkontruksikan pengetahuan yang baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik terhadap materi perkuliahan Brodjonegoro, 2005. Seiring dengan hal tersebut, pembelajaran saat ini yang ada di dalam lingkungan perguruan tinggi masih berfokus pada pengajardosen sebagai pusat dari proses belajar, dimana pengajardosen tidak lebih hanya sekedar penyampai informasi kepada peserta didikmahasiswa yang memiliki kecenderungan pasif dalam proses pembelajarannya. Keadaan proses pembelajaran tersebut, sivitas akademik merasa perlu untuk merubah proses pembelajaran yang tadinya berfokus pada pengajardosen menjadi proses pembelajaran yang berpusat pada Universitas Sumatera Utara 32 peserta didikmahasiswa yang disebut dengan student centered learning Subagjo dalam Pannen,1999. Perubahan proses pembelajaran tersebut didorong oleh salah satu tanggungjawab perguruan tinggi untuk mampu menciptakan dan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bekerja secara efektif dalam keberagaman konteks dan mampu untuk menerapkan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin dan juga bertanggungjawab untuk menyiapkan mahasiswapeserta didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam lingkungan dunia yang kompetitif Wijaya dalam Rosa, 2008. Sejalan dengan perubahan dari proses pembelajaran di lingkungan perguruan tinggi juga didorong oleh keadaan dari salah satu masyarakat yang ada di lingkungan perguruan tinggi yaitu mahasiswa. Hurlock 1999 menyatakan bahwa mahasiswa adalah individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa dini. Pada tahap perkembangan dewasa dini, individu mulai membentuk suatu komitmen sehingga terjadi proses perubahan dari individu yang mulanya tergantung pada orang lain menjadi individu yang lebih mandiri. Tamat dalam Panen, 1999 menambahkan bahwa proses pendidikan pada individu yang dewasa ditandai beberapa hal, seperti motivasi untuk belajar timbul dari dalam diri peserta didik, mampu untuk mendiagnosa kebutuhan belajar, dapat merumuskan tujuan belajar dan dapat mengembangkan kegiatan dalam belajar tanpa tergantung pada orang lain, sehingga individu yang berada pada tahap dewasa dini mahasiswa sudah mengarah pada pembelajaran student centered learning. Rahardjo Pongtuluran dalam Pannen, 1999 menyatakan bahwa pembelajaran student centered learning Universitas Sumatera Utara 33 adalalh model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dimana peserta didiksiswa mampu untuk menjadi peserta didik yang aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, memiliki tanggungjawab serta inisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya dan mampu untuk menemukan sumber-sumber informasi tanpa tergantung pada orang lain, dalam hal ini pengajar. Mewujudkan proses pembelajaran yang berfokus pada peserta didik student centered learning, maka berbagai infrastruktur teknologi informasi telah dikembangkan dan diadopsi oleh pendidikan tinggi seperti dengan penerapan model pembelajaran yang bersifa jaringan e-learning. Pembelajaran e-learning menghasilkan peserta didik siswa dituntut untuk belajar secara mandiri bukan hanya melalui tatap muka di kelas, melainkan juga melalui media lainnya khususnya internet dan karakteristik utama dalam pembelajaran dengan model e- learning adalah pusat pembelajarannya berfokus pada peserta didikmahasiswa, dengan demikian peserta didikmahasiswa dituntut untuk dapat aktif dan mampu untuk belajar secara mandiri dan memiliki inisiatif untuk belajar serta memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan melalui internet atau media yang lainnya dan juga tidak tergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam hal ini pengajar. Seiring dengan hal tersebut, karakteristik dari e-learning hanya ada pada proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik SCL. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dalam penerapannya dalam model e-learning maka dapat memudahkan perancangan instruksi pembelajaran yang efektif untuk setiap siswa, memudahkan penyerapan materi bagi siswa serta dapat meningkatkan Universitas Sumatera Utara 34 kemandirian maupun kemampuan komunikasi dan kolaborasi bagi siswa. Seiring dengan hal tersebut bahwa SCL adalah kunci keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran e-learning. Universitas Sumatera Utara 35

BAB III METODE PENELITIAN