Jenis-Jenis Fiduciary Duty TINJAUAN UMUM TENTANG DOKTRIN

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa seseorang yang menerbitkan suatu kerugian harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sehingga seorang direksi yang merupakan wakil dari perseroan juga harus mengganti rugi atas kerugian yang telah diterbitkannya.

B. Jenis-Jenis Fiduciary Duty

Director Fiduciary Duties After Sarbanes-Oxley mengemukakan ada 4 jenis fiduciary duty, dengan 2 jenis kewajiban pokok yaitu 114 : a. Duty of Loyalty, is a duty requires a director, affirmatively and in good faith, to protect the interests of the company and its stockholders, and to refrain from doing anything that would injure the company or deprive the company of profit or an advantage that might properly be brought to the company for it to pursue” Untuk memenuhi Duty of Loyalty, “a director must act in a manner that he or she believes in good faith to be in the best interest of the company and its stockholders”. b. Duty of care, is a duty requires a director to perform his or her responsibilities with a care that a reasonably prudent person would exercise under similar circumstances, while acting in an inform manner”. Untuk memenuhi duty of care ini , “a director must proceed with a “critical eye” in assessing information presented to him or her, and with inquisitive nature in confirmning that he or she has been presented with all material information.” c. Duty of good faith d. Duty of disclosure. artinya: a. kewajiban untuk setia, yaitu suatu kewajiban yang menghendaki direktur, dengan persetujuan dan dengan jujur, melindungi kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya, dan untuk menghentikan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan atau mencabut dari perusahaan sebuah keuntungan atau suatu keuntungan yang mungkin dibawa ke perusahaan yang dalam proses. Untuk memenuhi kewajiban untuk setia, seorang direktur harus berbuat dalam cara yang ia percaya dengan jujur merupakan kepentingan terpenting dari perusahaan dan pemegang sahamnya 114 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op. Cit., Hlm 45 Universitas Sumatera Utara b. kewajiban peduli, adalah sebuah kewajiban yang menghendaki direktur untuk menjalankan tanggung dengan hati-hati yang mana seorang yang berhati-hati dengan alasan akan menggunakan dibawah keadaan yang sama, ketika bertindak dalam cara yang berbeda. Untuk memenuhi kewajiban berhati-hati ini , seorang direktur harus meneruskan dengan pandangan kritisdalam menilai informasi yang diberikan kepadanya, dan dengan sifat ingin taju dalam memastikan bahwa dia telah diberikan semua materi informasi c. Kewajiban untuk jujur d. Kewajiban keterbukaan Duty of Loyalty dan Duty of care adalah 2 jenis kewajiban pokok dan duty of good faith dan duty of disclosure merupakan 2 jenis kewajiban fidusia lain. Dengan demikian di samping pembagian fiduciary duty ke dalam dua jenis kewajiban pokok sebagaimana disebut di atas, perkembangan selanjutnya ilmu hukum juga memperlihatkan kewajiban-kewajiban tambahan yang terkait dengan fiduciary duty ini. Ada sebagian pihak yang menyatakan perkembangan kewajiban- kewajiban tambahan yang terkait dengan fiduciary duty ini. Ada sebagian pihak yang menyatakan perkembangan kewajiban-kewajiban yang ada sebagai tambahan terhadap fiduciary duty yang sudah ada, namun tidak kurang juga hanya menyatakan tambahan-tambahan tersebut sebagai perkembangan interpretasi dari kedua jenis fiduciary duty yang telah ada 115 . Phillip Lipton and Abraham Herzberg membagi fiduciary duty ke dalam duty of loyalty and good faithkewajiban setia dan jujur dan duty to exercise care and diligencekewajiban peduli dan rajin. Selanjutnya duty of loyalty and good faith dikelompokkan lagi ke dalam, the duty 116 : 1. To act bona fide in the interest of the company berbuat dengan jujur untuk kepentingan perusahaan; 115 Ibid. 116 Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Op. Cit., Hlm 25. Universitas Sumatera Utara 2. To exercise power for their proper purpose untuk menggunakan kewenagannya sesuai tujuan; 3. To retain discretion powersuntuk memakai kebijaksanaan; 4. To avoid conflicts of interestsuntuk menghindari benturan kepentingan 1. Duty To act bona fide in the interest of the company Duty to act bona fide in the interest of the company ini menunjukkan bahwa kewajiban direksi untuk mengurus perseroan hanya untuk kepentingan perseroan semata-mata. Untuk menentukan sampai sejauh mana suatu tindakan telah diambil oleh direksi perseroan yang dilakukan untuk kepentingan perseroan, maka hal tersebut harus dikembalikan kepada direksi perseroan. Direksi perseroan harus memiliki dan mengetahui penilaian sendiri tentang tindakan yang menurut pertimbangannya merupakan sesuatu yang harus dilakukan atau tidak dilakukan untuk kepentingan perseroan. Suatu putusan yang dikeluarkan oleh Lord Greene MR dalam smith and Fawcett Ltd [1942] 1 All Er. 542 telah mengambil pertimbangan bahwa “they must exercise their bona fide in what they consider – not what the court may consider – to be in the interest of the company, and not for any collateral purposes”.artinya: mereka harus menggunakan kejujuran yang mereka pikirkan- bukan yang mungkin dipikirkan pengadilan- untuk kepentingan perusahaan, dan bukan untuk kegunaan lain Paul L. Davies mengatakan bahwa selain pemegang saham ada juga kepentingan keuangan lain yang harus diperhatikan yaitu para kreditor. Menurutnya : Universitas Sumatera Utara In insolvency, the creditors “become prospectively entitled, through the mechanism of liquidation, to displace the power of the directors and shareholders to deal with the company’s assets. This suggest that the directors’ duties should be seen as being owed to those who have the ultimate financial interest in the company : the shareholders when the company is going concern and the creditors once the company’s capital has been lost. artinya: dalam keadaan bangkrut, kreditur-kreditur “ menjadi calon yang berhak, dengan mekanisme likuidasi, untuk menggantikan kewenagan direktur dan pemegang saham untuk memperlakukan aset perusahaan. Ini mengusulkan bahwa kewajiban direksi seharusnya dilihat telah dimiliki oleh siapa yang mempunyai pokok kepentingan di perusahaan : para pemegang saham ketika perusahaan akan diurus dan para kreditur seketika saat modal perusahaan telah hilang Paul L. Davies juga menunjukkan perkembangan undang-undang perseroan di Australia, dengan memperlihatkan pada kita semua bahwa sebelum tahun 1980, undang-undang perseroan di Australia tampak semata-mata hanya memperhatikan kepentingan pemegang saham saja. Namun dengan semakin berkembangnya kegiatan dunia usaha yang ditandai dengan makin banyaknya chairman perusahaan-perusahaan terkemuka yang menyatakan bahwa “this company recognises that it has duties to its members, employees, consumers of its product and to the nation”, maka nilai-nilai kepentingan perusahaan pun mulai bergeser menjadi lebih luas hingga meliputi seluruh pihak-pihak yang terkait dengan perseroan, yang antara lain terdiri dari 117 : a. Pemegang saham shareholders; b. Karyawan atau pegawai employees; c. Managers; d. Pelanggan customers; e. Pemasok suppliers; f. Kreditor debtholders g. Masyarakat communities; h. Pemerintahgovernment; Yang disebut dengan nama stakeholder. 117 Ibid. Universitas Sumatera Utara 2. Duty to exercise power for proper purposes Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, direksi sebagai satu-satunya organ dalam perseroan yang diberikan hak dan kewenangan untuk bertindak untuk dan atas nama serta bagi perseroan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa jalannya perseroan, termasuk dalam pengelolaan harta kekayaan perseroan bergantung sepenuhnya pada direksi perseroan. Artinya tugas pengurusan perseroan oleh direksi juga meliputi tugas pengelolaan harta kekayaan perseroan. Sebagai orang kepercayaan perseroan, yang diangkat oleh rapat umum pemegang saham untuk kepentingan para pemegang saham secara keseluruhan, direksi diharapkan agar dapat bertindak adil dalam memberikan manfaat yang optimum bagi pemegang saham perseroan. Lipton dan Herzberg menekankan sekali penting dan luasnya makna duty to exercise power for proper purpose bagi direksi dan perseroan, dengan menyatakan bahwa “directors may breach this duty even if they honestly believe their actions are in the best interest of the company as a whole” Beberapa persoalan yang sering disoroti sehubungan dengan duty to exercise power for proper purpose ini adalah masalah penerbitan saham baru, pencatatan pengalihan kepemilikan saham dalam perseroan, dan “pencaplokan” perseroan hostile takeovers. Sebagai trustee bagi perseroan, maka sudah selayaknyalah jika dalam melakukan tindakan atau perbuatan yang mengatasnamakan kepentingan perseroan, direksi harus melakukannya secara benar dan tidak memihak bagi keuntungan atau kepentingan manapun juga Universitas Sumatera Utara Direksi diberikan kepercayaan oleh seluruh pemegang saham melalui mekanisme rapat umum pemegang saham untuk menjadi organ perseroan yang akan bekerja untuk kepentingan perseroan, serta kepentingan seluruh pemegang saham yang mengangkat dan mempercayakannya sebagai satu- satunya organ yang mengurus dan mengelola perseroan. Setelah rapat umum pemegang saham menyetujui pengangtkatan direksi perseroan, maka seluruh pemegang saham tidak lagi berhubungan dengan direksi perseroan, oleh karena itu maka direksi tidak dapat mempergunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya tersebut untuk dipergunakan dalam kapasitasnya, untuk merugikan kepentingan satu atau lebih pemegang saham tertentudalam perseroan, khususnya pemegang saham minoritas, meskipun tindakan yang dilakukannya tersebut baik bagi perseroan, menurut pertimbangannya. 3. Duty to retain discretion Direksi dalam undang-undang dan anggaran dasar dan kadangkala melalui RUPS telah diberikan kewenangan fiduciary untuk bertindak seluas-luasnya, walaupun demikian hal tersebut haruslah dilakukan dan diselenggarakan untuk kepentingan perseroan, dan oleh karena itu maka tidak selayaknyalah direksi kemudian melakukan pembatasan dini, atau membuat suatu perjanjian yang akan ataupun dapat mengekang kebebasan mereka untuk bertindak untuk tujuan dan kepentingan perseroan. Dalam hal ini tidaklah berarti direksi tidak boleh mengadakan, membuat atau menandatangani suatu kesepakatan pendahuluan seperti misalnya memorandum of understanding, letter of intend dan sebagaimana sebelum suatu perjanjian yang mengikat dibuat dan Universitas Sumatera Utara ditandatangani. Pada saat perjanjian yang mengikat tersebut dibuat dan ditandatangani, direksi sudah harus memiliki suatu pandangan, sikap dan kepastian bahwa tindakan yang dilakukan tersebut hanya memberikan manfaat bagi kepentingan perseroan semata-mata. 4. Duty to avoid conflict of interest Dalam konsep fiduciary duty ini. Direksi memiliki kewajiban untuk menghindari dibuat, diadakan, dan ditandatanganinya perjanjian, atau dilakukannya perbuatan yang menyebabkan direksi tersebut ditempatkan dalam suatu keadaan yang tidak memungkinkan dirinya untuk bertindak secara wajar demi tujuan dan kepentingan perseroan not an arms length transaction. Kewajiban ini bertujuan untuk mencegah direksi memperoleh keuntungan dari perseroan, yang mengangkat dirinya menjadi direksi, secara tidak layak. Lebih jauh lagi kewajiban ini sebenarnya melarang dengan cara mencegah direksi untuk menempatkan dirinya pada suatu keadaan yang memungkinkan direksi bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, pada saat yang bersamaan mereka harus bertindak mewakili untuk dan atas nama perseroan. Selanjutnya Anthony Collins dalam The Duties and Responsibilities of Directors mengemukakan adanya tujuh jenis fiduciary duty yaitu 118 : 1. Duty to act in good faith kewajiban bertindak dengan jujur; 2. Duty to manage the company’s affairs with the proper degree of skill and care kewajiban untuk mengelola urusan perusahaan dengan derajat kemampuan dan kepedulian yang benar ; 118 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op. Cit., Hlm 47 Universitas Sumatera Utara 3. Duty to act strictly within the provisions of the constitution and to satisfy yourself of its terms kewajiban untuk bertindak tepat dalam syarat konstitusi dan mememuaskan diri sendiri dari syarat tersebut; 4. Duty to act within the scope of any given authority for proper purposekewajiban bertindak dalam bidang yang diberikan kewenangannya untuk tujuan tertentu; 5. Duty to act personally kewajiban bertindak secara pribadi; 6. Duty not to take personal benefitprofit kewajiban untuk tidak mengambil keuntungan pribadi; 7. Duty to secure the proper and effective use of property kewajiban untuk menggunakan fasilitas dengan benar dan efektif.

C. Tuntutan Terhadap Pelanggaran Fiduciary Duty

Dokumen yang terkait

Akuisisi Pada Perusahaaan Perbankan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroaan Terbatas Dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

1 50 150

Sinkronisasi Antara Hukum Pajak Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

1 75 183

Pertanggungjawaban Direksi Dalam Melaksanakan Duty Of Loyalty Dan Duty Of Care Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 40 127

Tinjauan Duty Of Loalty Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

2 51 107

Prinsip Fiduciary Duty Terhadap Pertanggungjawaban Direksi Bank Dalam Pembayaran Letter Of Credit

1 61 151

Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 37 97

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 (Studi Pada PT. Mondrian Klaten).

0 0 11

Tinjauan Yuridis Mengenai Penerapan Doktrin Fiduciary Duty Terhadap Tanggung Jawab Direksi Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 (Studi: PT.Bank Permata, TBK.)

0 0 9

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG DOKTRIN FIDUCIARY DUTY A. Pengertian Fiduciary Duty dan Tanggung Jawab - Tinjauan Yuridis Mengenai Penerapan Doktrin Fiduciary Duty Terhadap Tanggung Jawab Direksi Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 (Studi: PT.Bank Permata, T

0 1 59