2. Fraud On Minority Lipton dalam Understanding Company Law mengatakan bahwa termasuk dalam
kategori fraud on minority adalah keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan yang tidak dilakukan dengan “Bona fide for the benefit of the
company as a whole”, yaitu keputusan yang : a.
Mengambil alih harta kekayaan Perseroan b.
Mensahkan tindakan direksi yang melanggar fiduciary duty; Seperti telah dijelaskan di atas, secara umum dikatakan bahwa Rapat
Umum Pemegang Saham berhak untuk mensahkan setiap tindakan atau perbuatan Direksi yang melanggar fiduciary duty. Namun
demikian ternyata tidak semua tindakan atau perbuatan Direksi yang melanggar fiduciary duty yang dapat disahkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham mengikat pemegang saham minoritas. Atas tindakan-tindakan anggota Direksi yang mengutamakan
kepentingannya sendiri di atas kepentingan Perseroan dapat digugat oleh pemegang saham minoritas.
c. Mengambil alih harta kekayaan minoritas. Ini dapat terwujud melalui
mekanisme dilusi secara tidak sah.
D. Kaitan Fiduciary Duty Dengan Pranata Hukum Lain
Pemberlakuan prinsip fiduciary duty akan banyak bersentuhan dengan prinsip pranata-pranata hukum lain, sehingga berbagai pranata hukum tersebut
akan berlaku secara berbarengan. Di samping itu, fungsi direksi sebenarnya unik, dalam arti bahwa hubungan hukum antara direksi dengan perseroannya dapat
dilihat dari berbagai segi dalam struktur teori hukum. Misalnya dari segi fiduciary duty, keagenan, pelayan servant terhadap perusahaan, dan hukum
perburuhan atau sebagai profesional yang mandiri, seperti juga hubungan antara seorang lawyerakuntan dengan kliennya
125
1. Direksi sebagai pemegang amanah Trustee terhadap perseroan
125
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Op. Cit.,Hlm 53
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori ilmu hukum perusahaan dapat dilihat bahwa sebenarnya asal muasal dari teori fiduciary duty dari direksi bersumber dari hukum tentang trust,
sehingga direksi perseroan mempunyai kedudukan sebagai trustee terhadap perusahaannya. Karena kedudukannya sebagai trustee maka dia mempunyai
fiduciary duty yang bersumber dari ikatan hukum direksi dengan perseroan yang disebut dengan hubungan fiduciary fiduciary relation
126
. Sebagai trustee, maka direksi perseroan haruslah menjalankan fiduciary
duty, di mana kepedulian dan kemampuan duty of care and skill, atau itikad baik, atau loyalitas dari direksi tersebut terhadap perusahaan yang dipimpinnya
haruslah dengan “derajat yang tinggi”high degree.dikatakan sebagai Trustee karena direksi melakukan pengurusan terhadap harta kekayaan perseroan
127
. Namun demikian, menurut teori hukum perseroan, kedudukan direksi dari suatu
perseroan tidaklah persis sama dengan kedudukan trustee dalam hukum trust. Pada prinsipnya, kedudukan direksi perseroan dalam hukum sangat unik. Mirip
dengan kedudukan beberapa pranata hukum yang lain, seperti trustee, agen, pemegang kuasa, ataupun pekerja, tetapi tidaklah persis sama dengan kedudukan
semua pihak tersebut di atas.dengan demikian, tidak mengherankan jika terdapat banyak perbedaan antara kedudukan direksi sebagai trustee terhadap perseroan
dengan trustee terhadap beneficiary dalam pengertian teknis yang terdapat dalam hukum tentang trust. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut
128
: a.
Dari segi luasnya tanggung jawab b.
Luasnya kewenangan
126
Ibid.
127
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas,Op Cit. Hlm 65
128
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Op. Cit. hlm 54
Universitas Sumatera Utara
c. Luasnya prinsip kepedulian, loyalitas dan keterampilan
Pemberlakuan prinsip fiduciary duty kepada direksi perseroan mengharuskan direksi dalam menjalankan tugasnya memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut
129
: a.
Harus selalu beritikad baik b.
Harus jujur honest kepada perseroan c.
Memiliki skill yang wajar seperti yang dimiliki secara wajar oleh umumnya orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
sama dengannya. d.
Mempedulikan perseroan Duty of Care e.
Loyalitas loyalty yang tinggi f.
Mengambil keputusan yang reasonable secara bisnis, sungguhpun mungkin bukan keputusan yang optimal.
2. Antara prinsip Fiduciary Duty dengan keagenan
Direksi dikatakan sebagai agen ketika direksi bertindak keluar untuk dan atas nama Perseroan Terbatas
130
. Karena itu, adalah logis jika beberapa prinsip hukum keagenan berlaku juga terhadap direksi dalam menjalankan tugasnya yang
demikian. Misalnya, berlaku prinsip bahwa seorang agen tidak dibenarkan memperoleh keuntungan tersembunyi secret profit. Hal ini saling mengait
dengan prinsip fiduciary duty, sebab sebagaimana telah dijelaskan bahwa hubungan fiduciary sebagai konsekuensi logis dari eksistensi teori fiduciary duty
tersebut terdapat bukan hanya dalam hubungan hukum antara trustee dengan beneficiary, melainkan juga dalam berbagai hubungan hukum lainnya, termasuk
hubungan hukum antara direksi dengan perseroannya atau hubungan hukum antara agen dengan prinsipalnya. Dengan demikian, jika diakui bahwa direksi
dalam batas-batas tertentu berkedudukan sebagai agen perseroan, demi hukum by
129
Ibid.
130
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas,Loc Cit.
Universitas Sumatera Utara
the operation of law prinsip fiduciary duty ikut tertarik juga untuk berlaku, terlepas apakah hukum perseroan yang bersangkutan mengakui atau tidak
terhadap berlakunya prinsip fiduciary duty dalam hukum perseroannya
131
. Akan tetapi, eksistensi hubungan fiduciary duty dari direksi tidak hanya ketika dia
bertindak sebagai agen dari perseroan, tetapi juga dalam pelaksanaan manajemen secara keseluruhan. Seperti telah dijelaskan bahwa direksi mempunyai fungsi
tidak hanya sebagai representasi mewakili perseroan yang kepadanya berlaku prinsip-prinsip hukum keagenan, tetapi juga direksi memiliki fungsi manajemen,
yang terhadap fungsi ini tidak berlaku prinsip keagenan, tetapi prinsip fiduciary duty tetap berlaku
132
. Hukum di negara-negara Eropa Kontinental memang lebih menekankan
direksi dalam hubungan dengan prinsip keagenan dari prinsip fiduciary. Jadi, di negara-negara Eropa kontinental, direksi lebih dianggap sebagai agen ketimbang
trustee dari perusahaan yang dipimpinnya. Konsep direksi sebagai agen dari perseroan ini berasal dari hukum Prancis, tepatnya dari UU Perusahaan Prancis
tahun 1867, yang menganggap direktur hanya sebagai agen mandataries dari perseroan sehingga kekuasaan direksi diatur oleh hukum keagenan mandat.
Pendekatan keagenan terhadap direksi model Prancis ini diikuti juga oleh banyak negara Eropa lainnya.
Pendekatan hukum keagenan terhadap direksi juga dilakukan oleh hukum Jerman sungguhpun dengan pengertian dan konsep yang berbeda dengan sistem
Prancis. Sistem hukum Jerman, yang lebih complicated tersebut, dengan berbagai
131
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Op. Cit.,Hlm 57
132
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
modifikasi kemudian diikuti oleh negara-negara Eropa lainnya seperti Swiss dan Italia
133
. 3.
Antara prinsip Fiduciary Duty dengan hubungan perburuhan Sungguhpun sampai batas-batas tertentu seorang direksi dapat
dikategorikan sebagai “pekerja” dalam suatu perseroan, sehingga sampai batas- batas tertentu hukum tenaga kerja berlaku kepadanya, dimana direksi sebagai
buruh dan perseroan bukan pemegang saham adalah sebagai majikannya. Sehingga sering juga dikatakan bahwa direksi adalah the officer of the company.
Akan tetapi, direksi bukanlah pekerja worker atau buruh labor dalam arti yang strict. Kedudukan hukum dari direksi lebih mendekati kedudukan para profesional
seperti lawyer, akuntan, sehingga dia berkedudukan mandiri terbebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk perubahan-perubahan yang fundamental
dari perseroan merupakan kewenangan organ perusahaan yang lain, atau setidak- tidaknya memerlukan persetujuan dari organ perusahaan yang lain tersebut seperti
dari komisaris atau rapat umum pemegang saham. Perubahan fundamental tersebut misalnya perubahan anggaran dasar, merger dan akuisisi, penjualan
sebagian besar aset perseroan, dan lain-lain. Pada prinsipnya direktur dibebani prinsip fiduciary duty terhadap
perseroan, bukan terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya perusahaan yang dapat memaksa direksi untuk melakukan tugas fiduciary tersebut. Akan tetapi,
dalam menjalankan fungsinya sebagai direktur, secara umum dia juga harus
133
Ibid., hlm 58.
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan kepentingan stakeholders seperti pihak pemegang saham dan buruh perseroan
134
. 4.
Antara Fiduciary Duty direksi dengan hubungan profesional Hubungan fiduciary antara direksi dengan perseroan yang dipimpinnya
juga mirip hubungan fiduciary antara pihak profesional seperti lawyer, kurator, akuntan, dokter, konsultan dan lain-lain dengan kliencustomernya. Masing-
masing mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas untuk kepentingan kliencustomer-nya dengan baik.
Namun demikian, sungguhpun tanggung jawab hukum antara direksi perseroan dengan pihak profesional serupa, tetapi ada perbedaan yang mencolok antara
tanggung jawab keduanya. Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan tersebut terletak pada derajat tanggung jawabnya. Umumnya diakui dalam ilmu
hukum perseroan bahwa tanggung jawab hukum dari pihak profesional relatif lebih tinggi dari tanggung jawab direksi kepada perusahaannya. Hal ini
disebabkan adanya keadaan-keadaan sebagai berikut
135
: a.
Ada banyak hal yang menyebabkan kesamaan kepentingan antara direksi dengan pemegang saham. Misalnya, jika dalam perusahaan
yang dipimpin oleh pemiliknya atau jika direksi ikut memegang saham, atau banyak insentif lain yang akan didapatkan oleh direksi jika
perusahaannya berhasil dengan baik.
b. Dalam deal antara para profesional seperti lawyer, dokter, dan lain-
lain. Terdapat adanya janji yang implisit atau eksplisit untuk melaksanakan jasanya dengan sebaik-baiknya high degree of care,
janji mana tidak terdapat pada direksi.
c. Pihak pemegang saham telah melakukan asumsi resiko dengan
misalnya mengangkat direksi yang kurang kompeten dan dapat menghindari resiko dengan melakukan investasi di perusahaan lain.
134
Ibid.
135
Ibid.,hlm 59
Universitas Sumatera Utara
d. Akan halnya dengan direksi yang berasal dari orang luar perusahaan
outside director, maka akan terdapat waktu yang terbatas dari direksi untuk digunakan untuk kepentingan perseroan.
e. Direksi dari perusahaan terbuka atau perusahaan besar tidak mungkin
mengevaluasi atau mengikuti sendiri setiap aktivitas perseroan, tetapi mereka hanya menerima dalam bentuk laporan, yang riskan terhadap
terjadinya bottleneck informasi, sehingga informasi yang diterimanya mungkin akan kurang akurat, yang menyebabkan tindakan dan
kesimpulan yang diambil oleh direksi menjadi tidak akurat pula.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENERAPAN DOKTRIN FIDUCIARY DUTY TERHADAP TANGGUNG