harian berbahasa Indonesia, satu diantaranya yang mempunyai peredaran luas dalam wilayah negara Republik Indonesia dan satu lainnya yang terbit di tempat
kedudukan perseroan yang ditentukan oleh direksi dan pemberitahuan tentang pembubaran itu kepada kreditor dan melaporkannya kepada menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal Pasal 29 ayat 7 Anggaran Dasar Perseroan
Hal-hal tersebut diatas yang termuat dalam Anggaran Dasar Perseroan merupakan wujud dari kewajiban direksi Bank Permata untuk melakukan
keterbukaan disclosure terhadap pihak ketiga, atas setiap kegiatan perseroan, yang dianggap dapat mempengaruhi kekayaan perseroan. Hal ini mengingat bank
merupakan lembaga keuangan yang melibatkan segenap masyarakat. Ketika direksi mengeluarkan keputusan penting, ia harus benar-benar memikirkan
dampak apa yang akan timbul apabila keputusan tersebut telah diaplikasikan di lapangan, baik menyangkut internal bank sendiri, nasabah, bank lain, pemerintah
dan Bank Indonesia
150
.
D. Penerapan Doktrin Fiduciary Duty Terhadap Tanggung Jawab Direksi
Dalam Keputusan Tanpa Persetujuan Rapat Umum Pemegang SahamRUPS
Seperti telah dijelaskan di bab sebelumnya Rapat Umum Pemegang Saham RUPS adalah organ perseroan yang mewakili kepentingan seluruh
pemegang saham dalam perseroan terbatas. RUPS merupakan organ perseroan yang tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan.
150
Hasil wawancara dengan Staf Legal Yanty Astari, SH di PT Bank Permata Tbk. Pada Tanggal 11Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan fungsional antara direksi dan RUPS ibarat pisau bermata 2, di satu pihak direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Karena itu dalam hal
ini direksi haruslah tunduk kepada RUPS sebagai konsekuensi dari kedudukan RUPS sebagai organ yang memiliki kekuasaan tertinggi. Akan tetapi di lain pihak
kedudukan direksi adalah independen, dalam arti tidak berada di bawah salah satu dari organ peusahaan lainnya. Secara hukum, kedudukan direksi bukanlah hanya
“pesuruh” dari pemegang saham atau RUPS. Hal ini disebabkan
151
: 1.
Hakikat dari tugas direksi sebagai pihak yang menjalankan perusahaan dan mengambil kebijaksanaan mengenai bisnis perusahaan;
2. Konsekuensi dari ketentuan dalam Pasal 97 ayat 2 dan 3 UUPT yang
mewajibkan direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha perseroan bukan hanya untuk kepentingan RUPS.
Dan direksi dapat digugat di pengadilan bahakan oleh pemegang saham yang hanya memegang 10 sepuluh persen saham.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa direksi dalam menjalankan kepengurusannya berdasarkan prinsip fiduciary duty yang merupakan merupakan
pendelegasian wewenang dari perseroan kepada direksi untuk mengelola perseroan, walaupun RUPS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dari suatu
perseroan, tetap tidak mempunyai hak untuk menekan direksi mengambil suatu keputusan yang menguntungkan pemegang saham saja. Namun adakalanya
persetujuan RUPS diperlukan untuk hal-hal tertentu yang dianggap sangat vital seperti penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perseroan.
151
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit., hlm157
Universitas Sumatera Utara
Menurut UUPT, Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk : 1.
Mengalihkan kekayaan perseroan; atau Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan; yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah
kekayaan bersih perseroan dalam 1satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. Pasal 102 ayat 1 UUPT
2. Mengajukan permohonan pailit atas perseroan sendiri kepada pengadilan
niaga, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam UU tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang Pasal 104
ayat 1 UUPT 3.
Mengajukan permohonan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perseroan Pasal 125 ayat 4 UUPT
Direksi wajib memperoleh persetujuan RUPS sebelum mengajukan permohonan pembubaran perseroan Pasal 144 ayat 1 jo. Pasal 142 ayat 1
butir a UUPT. Dalam hal direksi melakukan tindakan : mengalihkan kekayaan perseroan;
atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1satu
transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, maka perbuatan hukum tersebut tetap mengikat perseroan sepanjang pihak lain dalam
perbuatan hukum tersebut beritikad baik
152
. Dalam hal direksi melakukan tindakan : permohonan pailit atas perseroan
sendiri; permohonan penggabungan, peleburan , pengambilalihan, atau pemisahan
152
Pasal 102 ayat 4 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
dan dalam hal pembubaran perseroan, UUPT tidak mengatur mengenai tanggung jawab direksi bila keputusan diambil tanpa persetujuan RUPS, seharusnya direksi
sama sekali tidak dapat mengambil keputusan tersebut tanpa persetujuan RUPS, terutama perusahaan besar dimana anggota direksi tidak merangkap jabatan
sebagai pemegang saham, karena seperti yang diatur dalam UUPT misalnya dimana dalam hal perseroan bermaksud untuk melakukan penggabungan,
peleburan dan pengambilalihan direksi wajib mengumumkan ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 surat kabar sebelum pemanggilan RUPS
153
, dengan diumumkan di surat kabar maka pemegang saham yang tergabung dalam RUPS
bisa saja sudah mengetahui akan diadakannya tindakan hukum tersebut. Tetapi jika memang direksi beritikad buruk maka direksi dikenakan tanggung jawab
pribadi. Dalam Anggaran Dasar Bank Permata, persetujuan RUPS diperlukan
direksi dalam melakukan hal-hal berikut di bawah ini : 1.
Saham yang akan dikeluarkan yang masih dalam simpanan, dapat dilakukan oleh direksi setelah mendapat persetujuan RUPS pada waktu dan dengan cara
dan harga serta persyaratan yang ditetapkan oleh rapat direksi berdasarkan keputusan RUPS Pasal 4 ayat 3 Anggaran Dasar Bank Permata;
2. Mengalihkan hak atas atau mengagunkan untuk menjadi jaminan kekayaan
perseroan yang bernilai lebih dari 50 lima puluh persen dari nilai kekayaan bersih perseroan yang ternyatadisahkan oleh RUPS tahunan perseroan,
sebagaimana dinyatakan secara tertulis oleh akuntan publik yang mengaudit
153
Pasal 127 ayat 2 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
buku-buku perseroan, baik dalam satu transaksi yang berdiri sendiri-sendiri ataupun yang berkaitan satu sama lain Pasal 18 ayat 5 Anggaran Dasar
Bank Permata 3.
Mengenai Penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan, hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS Pasal 28 ayat 1 Anggaran
Dasar Bank Permata. Dalam Anggaran Dasar Bank Permata juga tidak disebutkan bagaimana
jika Direksi mengambil keputusan tersebut tanpa persetujuan RUPS terlebih dahulu, tetapi dapat ditafsirkan bahwa direksi Bank Permata tidak dapat
mengambil keputusan sama sekali sebelum mendapat persetujuan RUPS mengingat ada pengaturan dalam Anggaran Dasar perseroan yang memuat kata
“hanya dapat dilakukan” berdasarkan keputusan RUPS, sehingga jika direksi tetap tidak meminta persetujuan hal ini akan menimbulkan konsekuensi bahwa
keputusan yang telah diambil dan dilaksanakan tidak mengikat bank dan pihak ketiga. Bila menimbulkan kerugian terhadap pihak Bank dan pihak ketiga, direksi
yang bersangkutan akan bertanggung jawab secara pribadi atas segala konsekuensi yang ditimbulkan
154
. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS terdapat kekuasaan untuk
menyetujui suatu rencana kerja perseroan, tetapi apabila menurut dewan direksi dan business judgement dari dewan direksi, rencana tersebut wajib dirubah, maka
dewan direksi wajib menjalankan rencananya tersebut yang menurut pertimbangannya paling baik untuk kepentingan perseroan. Dengan demikian,
154
Hasil wawancara dengan Staf Legal Yanty Astari, SH di PT Bank Permata Tbk. Pada Tanggal 11Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
manakala kepentingan perseroan tidak sejalan dengan putusan RUPS, maka dewan direksi harus mengutamakan kepentingan perseroan, sebab pada akhirnya
dewan direksi tidak dapat bersembunyi dibalik RUPS atau komisaris apabila ternyata keputusannya tersebut salah. Dengan kata lain, pemberian persetujuan
oleh RUPS maupun komisaris tidak dapat membebaskan direksi dari tanggung jawab atas kepengurusannya
155
. Perbuatan tidak benar yang dilakukan direksi apabila dalam hal ini
disetujui oleh RUPS maka direksi yang tetap harus bertanggung jawab, sejauh tugas tersebut memang merupakan tugasnya direksi, memang ada negara yang
hukumnya membebaskan direktur dari tanggung jawabnya secara pribadi, berdasarkan teori “ratifikasi” oleh RUPS, yang berarti tindakan tersebut telah
diterima oleh perusahaan sebagai badan hukum. Tetapi di Indonesia UUPT dalam hal yang demikian tidak memberlakukan prinsip ratifikasi sehingga konsekuensi
hukumnya direksi yang harus bertanggung jawab
156
. Jika RUPS menilai direksi tidak menjalankan kepengurusannya sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan, maka RUPS dapat sewaktu-waktu memberhentikan direksi perseroan dengan menyebutkan alasannya, hal ini tertera
dalam Pasal 105 ayat 1 UUPT. Dalam Anggaran Dasar Bank Permata hal ini diatur dalam Pasal 17 ayat 3 Anggaran Dasar Perseroan. Direksi diberikan
kesempatan untuk membela diri dalam RUPS
155
http:re-searchengines.combadriyahamirudin.html diakses tanggal 16 april 2009
156
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Ketiga ,Op. Cit., Hlm102
Universitas Sumatera Utara
E. Penerapan Doktrin Fiduciary Duty Terhadap Tanggung Jawab Direksi