3. Duty to act strictly within the provisions of the constitution and to
satisfy yourself of its terms kewajiban untuk bertindak tepat dalam syarat konstitusi dan mememuaskan diri sendiri dari syarat tersebut;
4. Duty to act within the scope of any given authority for proper
purposekewajiban bertindak dalam bidang yang diberikan kewenangannya untuk tujuan tertentu;
5. Duty to act personally kewajiban bertindak secara pribadi;
6. Duty not to take personal benefitprofit kewajiban untuk tidak
mengambil keuntungan pribadi; 7.
Duty to secure the proper and effective use of property kewajiban untuk menggunakan fasilitas dengan benar dan efektif.
C. Tuntutan Terhadap Pelanggaran Fiduciary Duty
Berkaitan dengan gugatan pemegang saham perseroan, perlu dibedakan adanya 3 jenis gugatan yang diatur dalam UUPT, yaitu seperti berikut
119
: a.
Gugatan pemegang saham yang menggunakan lembaga derivative action b.
Gugatan pemegang saham yang bersifat keperdataan c.
Gugatan pemegang saham berkaitan dengan penyelenggaraan RUPS 1.
Derivative Action Istilah derivative action lahir pertama kali di Amerika Serikat dalam putusan
perkara Wallersteiner v. Moir No.2 di tahun 1975 yang dijatuhkan oleh Court of Appeal. Dalam kata tersebut mengandung arti : “the individual shareholder is
enforcing a right which is not his or hers but rather is “derived from” the company” artinya: pemegang saham individu menyelenggarakan sebuah hak
yang bukan miliknya tetapi lebih “diperoleh dari” perusahaan. Deskripsi tersebut telah mengakar dan kemudian dirumuskan dalam Peraturan Mahkamah Agung
Supreme Court Rules sebagai: “begun by writ by one or more shareholders of a company where the cause of action is vested in the company and relief is
119
Try Widiyono,Op Cit., Hlm 51
Universitas Sumatera Utara
accordingly sought on its behalf”. Ini berarti dalam derivative action, seorang atau lebih pemegang saham, diberikan hak, untuk bertindak untuk dan atas nama
perseroan melakukan tindakan hukum dalam bentuk pengajuan surat gugatan terhadap anggota Direksi Perseroan, yang telah melakukan pelanggaran terhadap
fiduciary dutynya. Derivative action ini berbeda dari gugatan perorangan yang diajukan oleh satu atau lebih pemegang saham untuk kepentingannya sendiri
sebagai pemegang saham dalam perseroan
120
. Selanjutnya dikatakan oleh
Davies bahwa di samping perbedaan tersebut, ada beberapa perbedaan lainnya antara gugatan pribadi pemegang saham dengan derivative action. Derivative
action dapat dilakukan oleh setiap pemegang saham tanpa memperhatikan apakah suatu tindakan yang digugat, yang dilakukan oleh anggota Direksi Perseroan yang
melanggar fiduciary duty, telah dilakukan sebelum ia menjadi pemegang saham dalam perseroan, selama dan sepanjang tindakan yang digugat tersebut memang
merugikan kepentingan perseroan. Sedangkan hak gugatan pribadi pemegang saham hanya dapat dilakukan terhadap tindakan anggota direksi yang merugikan
kepentingannya. Untuk keperluan ini perlu diperhatikan bahwa derivative action hanya dapat dilaksanakan dan berlangsung secara penuh di pengadilan jika hal
tersebut disetujui oleh pengadilan as a matter of court’s discretion. The court thought that the standing of the plaintiff to bring the derivative action should be
decided as a preliminary matter before the trial of the action
121
.artinya: pengadilan berpikiran bahwa pendirian penggugat untuk melakukan gugatan
120
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT,Op. Cit. hlm 67
121
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
derivatif seharusnya ditentukan sebagai masalah persiapan sebelum percobaan tindakannya.
Tidak setiap gugatan yang diajukan oleh pemegang saham untuk dan atas nama Perseroan dapat diakui sebagai derivative action. Ada beberapa syarat yang
memungkinkan dilakukannya derivative action
122
: a.
Pemegang saham tidak dapat mengajukan gugatan dalam bentuk derivative action, jika yang digugat merupakan tindakan atau perbuatan anggota direksi
yang dapat disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan persetujuan sederhana ordinary resolution;
b. Walaupun tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anggota Direksi
Perseroan tersebut adalah tindakan atau perbuatan yang tidak dapat disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan karena merupakan tindakan
yang dikategorikan sebagai “fraud on the minority”, derivative action hanya berhasil apabila anggota Direksi yang melakukan tindakan atau perbuatan
yang melanggar fiduciary duty tersebut merupakan anggota Direksi yang dominan dan memegang kendali dalam Perseroan, dan dalam hal tertentu telah
disetujui oleh sebagian besar pemegang saham. Gugatan derivatif merupakan bentuk penyelesaian remedy yang paling
penting, dimana pemegang saham minoritas yang dirugikan berhak untuk meminta pertanggung jawaban Direksi, karyawan, maupun pemegang saham
mayoritas atas kesalahan dalam melakukan pengurusan perseroan
122
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Op. Cit., Hlm 44
Universitas Sumatera Utara
mismanagement, pengalihan harta kekayaan Perseroan, dan tindakan manipulasi yang merugikan Perseroan
123
. Menurut Cox, O’Neal, dan Hazen, gugatan-gugatan berikut ini termasuk gugatan
derivatif
124
: a.
An action seeking recovery due to managerial misconduct, producing a proportionate decline in the company’s shares such as the waste of
corporate assets or usurpation of corporate opportunities; b.
An action against the purchaser of corporate assets seeking rescission of sale;
c. An action where the corporation has purchased or sold securities and
the Individual shareholder is precluded from relief because he is neither a purchaser nor seller of securities;
d. An action to recover for injuries to corporate assets caused by fraud or
by third parties; e.
An action to recover damages for an ultra vires act; f.
A suit to compel the directors to dissolve the corporation due to director misconduct;
g. An action on a contract between the corporation and a third party.
Artinya: a.
Sebuah tindakan mencari ganti rugi atas perbuatan jahat pengelola, menghasilkan penurunan yang sebanding dari saham perusahaan seperti sisa
dari aset perusahaan atau perebutan dari kesempatan perusahaan; b.
Sebuah tindakan melawan pembeli aset perusahaan yang mencari membatalkan pembelian;
c. Sebuah tindakan dimana perusahaan telah membeli atau menjual jaminan dan
individu pemegang saham dihalangi dari pertolongan, karena ia bukan pembeli maupun penjual jaminan;
d. Sebuah tindakan mengganti rugi kerugian kepada aset perusahaan karena
kelalaian dari pihak ketiga; e.
Sebuah tindakan untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan dari tindakan di luar maksud dan tujuan perseroan;
f. Sebuah gugatan untuk memaksa direktur untuk membubarkan korporasi
didasarkan pada perbutan jahat direktur; g.
Sebuah tindakan dalam sebuah kontrak antara perusahaan dengn pihak ketiga.
123
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT,Op. Cit. hlm 70
124
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2. Fraud On Minority Lipton dalam Understanding Company Law mengatakan bahwa termasuk dalam
kategori fraud on minority adalah keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan yang tidak dilakukan dengan “Bona fide for the benefit of the
company as a whole”, yaitu keputusan yang : a.
Mengambil alih harta kekayaan Perseroan b.
Mensahkan tindakan direksi yang melanggar fiduciary duty; Seperti telah dijelaskan di atas, secara umum dikatakan bahwa Rapat
Umum Pemegang Saham berhak untuk mensahkan setiap tindakan atau perbuatan Direksi yang melanggar fiduciary duty. Namun
demikian ternyata tidak semua tindakan atau perbuatan Direksi yang melanggar fiduciary duty yang dapat disahkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham mengikat pemegang saham minoritas. Atas tindakan-tindakan anggota Direksi yang mengutamakan
kepentingannya sendiri di atas kepentingan Perseroan dapat digugat oleh pemegang saham minoritas.
c. Mengambil alih harta kekayaan minoritas. Ini dapat terwujud melalui
mekanisme dilusi secara tidak sah.
D. Kaitan Fiduciary Duty Dengan Pranata Hukum Lain