BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini, harus diperhatikan dimana masing-masing sistem hukum dari negara yang satu mempengaruhi negara lainnya, maka
pemerhati hukum wajib mengetahui implikasi pencampuran berbagai sistem hukum yang bersumber dari sistem hukum yang berbeda dengan sistem hukum di
Indonesia. Karena banyak dari sistem hukum negara lain kini telah di reseptiediterima sebagai hukum positif di Indonesia
1
, termasuk pada hukum perseroan
Doktrin-doktrin hukum modern yang bersumber dari sistem hukum Anglo Saxon Inggris dan Amerika, maupun dari Continental Eropa sangat
mempengaruhi sistem hukum perseroan di Indonesia. Pengaruh ini sangat nampak pada berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan korporasi,
sejak berlakunya UU No. 1 tahun 1995 yang telah disempurnakan menjadi UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Doktrin-doktrin hukum seperti
piercing the corporate veil, fiduciary duty, prinsip kehati-hatiancorporate prodential, business judgement rule, intravires, ultravires, public document rule
doctrine of separate legal personality in company, dan lain-lain, kini mewarnai
1
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas, Jakarta:Ghalia Indonesia,2004,Hlm.1.
Universitas Sumatera Utara
berbagai peraturan perundang-undangan dalam lapangan hukum perseroan, termasuk digunakan dalam argumentasi dan proses litigasi
2
. Munculnya reformasi hukum ekonomi tersebut tidak terlepas dari adanya
semangat menciptakan perusahaan yang berdasarkan asas good corporate governance, dengan menyeimbangkan berbagai kepentingan yang melingkupi
perseroan, baik kepentingan shareholder, stakeholder, maupun organ-organ perseroan. Oleh karena itu, mengetahui berbagai doktrin hukum dari sistem
hukum tersebut sangat urgen, baik yang telah diimplementasikan dalam hukum positif di Indonesia maupun yang belum serta perkembangannya
3
. Dalam praktek sangat banyak dijumpai perusahaan berbentuk perseroan
terbatas. Bahkan, berbisnis dengan membentuk perseroan terbatas ini, terutama untuk bisnis yang serius atau bisnis yang besar, merupakan model berbisnis yang
lazim dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah dari perseroan terbatas di Indonesia jauh melebihi jumlah bentuk bisnis lain, seperti Firma, Perusahaan
Komanditer, Koperasi dan lain-lain
4
. Perseroan Terbatas PT merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang
paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawaban yang bersifat terbatas, perseroan terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik pemegang
sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut
5
. Dominasi
2
Ibid.
3
Ibid.
4
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, Hlm.1.
5
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, seri hukum bisnis, Perseroan Terbatas, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1999, Hlm.1.
Universitas Sumatera Utara
perseroan tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Terjadinya kondisi yang demikian dikarenakan perseroan
diyakini dapat menjadi sarana untuk pemupukan modal yang lebih besar jika dibandingkan dengan bentuk badan usaha lain.
6
Kemudian alasan bentuk badan usaha perseroan sangat disukai juga karena karakteristik khasnya, dimana
perseroan merupakan asosiasi modal yang berbentuk badan hukum yang mandiri, yang memberikan pertanggungjawaban yang bersifat terbatas kepada para
pemegang sahamnya.
7
Perseroan terbatas sebagai legal personality atau sebagai separatis legal entity hanya merupakan personifikasi. Seluruh aktivitas perseroan terbatas
dilakukan atas dasar dan untuk kepentingan manusia, di mana manusia ini di dalam hukum disebut juga sebagai subjek hukum
8
. Praktik hukum menunjukkan bahwa pada dasarnya hanya subjek hukum
yang berhak menjadi penyandang hak dan kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau harta kekayaan tertentu. Subjek hukum tersebut adalah
inidividu orang perorangan yang dinilai mampu untuk dan memiliki kecakapan untuk bertindak dalam hukum dan mempertahankan haknya di dalam hukum, dan
badan hukum yang merupakan artificial person, yaitu sesuatu yang diciptakan oleh hukum guna memenuhi kebutuhan perkembangan kehidupan masyarakat.
Ketentuan tersebut dapat ditemukan pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 519 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dari ketentuan Pasal ini dapat diketahui
6
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan dalam Peraturan Perundang-undangan, Bandung : Nuansa Aulia, 2006, hlm 13.
7
Menurut Pasal 1642 KUH Perdata, pemegang saham tidak ikut bertanggung jawab atas segala kerugian perseroan yang dilakukan atas nama perseroan.
8
Try Widiyono, Op. cit., hlm. 7.
Universitas Sumatera Utara
bahwa selain negara yang dapat menjadi pemilik sebagai suatu subjek hukum, adalah orang perorangan biasa, baik dalam perseorangan atau lebih, atau badan
kesatuan sebagai suatu badan hukum
9
. Kepemilikan badan hukum atas harta kekayaan tertentu pada pokoknya
bersumber dari harta kekayaan yang dipisahkan oleh orang perorangan secara khusus, yang diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan maksud dan
tujuan badan hukum tersebut. Maksud dan tujuan pemisahan harta kekayaan tertentu untuk keperluan perseroan terbatas
10
Sebagai “artificial person”, perseroan tidak mungkin dapat bertindak sendiri. Perseroan tidak memiliki kehendak, untuk menjalankan dirinya sendiri.
Dalam hukum perseroan, untuk menggerakkan perseroan, perseroan dibagi-bagi ke dalam organ-organ yang masing-masing organ memiliki tugas dan kewenangan
sendiri. Di Indonesia ada tiga jenis organ yang dikenal, dari ketiga jenis organ tersebut yang ada dalam perseroan, direksi adalah organ yang oleh undang-
undang diberikan hak dan kewajibandiberikan tugas melakukanmelaksanakan kegiatan pengurusan dan perwakilan untuk dan atas nama perseroan dan bagi
kepentingan perseroan, di bawah pengawasan dewan komisaris. Walau demikian, organ perseroan itu sendiri adalah juga sesuatu yang fiktif. Untuk menjadikannya
suatu hal yang konkrit, maka organ-organ tersebut dilengkapi dengan anggota- anggota yang merupakan orang-orang yang memiliki kehendak, yang akan
menjalankan perseroan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian perseroan. dengan demikian berarti pada dasarnya perseroan juga dijalankan oleh
9
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Jakarta: Forum sahabat, 2008, Hlm.1.
10
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
orang perorangan yang duduk dan menjabat sebagai pengurus perseroan Direktur yang berada dalam satu wadahorgan yang dikenal dengan nama
Direksi
11
. Keberadaan direksi dalam perseroan terbatas ibarat nyawa bagi perseroan.
Tidak mungkin suatu perseroan tanpa adanya suatu direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada direksi tanpa adanya perseroan. Oleh karena itu, keberadaan direksi
bagi suatu perseroan sangat penting
12
. Keberadaan direksi adalah untuk mengurus perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab. Dengan demikian keberadaan direksi sangat dibutuhkan oleh perseroan
13
. Mengurus perseroan bukan merupakan hal yang mudah. Oleh karena itu,
agar perseroan tersebut terurus sesuai maksud didirikannya perseroan, maka untuk menjadi direksi perlu persyaratan dan keahlian. Pendelegasian wewenang dari
perseroan kepada direksi untuk mengelola perseroan tersebut lazim disebut sebagai fiduciary duty
14
. Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada
prinsipnya memberlakukan tugas fiduciary duty dari direksi ini, aturan-aturan yang tegas mengatur mengenai fiduciary duty pada direksi dalam perseroan
terbatas, yaitu: Pada Pasal 92 ayat 1 mengatur mengenai kewenangan direksi, di mana dikatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk
11
Ibid, hlm. 41
12
Try Widiyono, Loc. Cit.
13
Ibid, hlm.8
14
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
15
. Selanjutnya dalam Pasal 97 angka 1 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007
tentang perseroan terbatas juga memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan
16
. Berkaitan dengan prinsip kepercayaan fiduciary duty tersebut, secara
umum ada dua hal yang dapat dikemukakan di sini
17
: 1.
Direksi adalah trustee bagi perseroan. Sebagai trustee, direksi bertanggung jawab kepada perseroan sehubungan dengan berkurangnya nilai harta
kekayaan perseroan yang dipercayakan untuk diurus olehnya. 2.
Direksi adalah agen bagi perseroan dalam mencapai tujuan dan kepentingannya. Sebagai agen, direksi mewakili perseroan dalam setiap
hubungan hukum perseroan dengan pihak ketiga. Direksi mengikat perseroan dan bukan pemegang saham perseroan. Sebagai agen, direksi juga tidak
bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang dilakukan olehnya untuk dan atas nama perseroan.
Pada prinsipnya ada 2dua fungsi utama dari direksi suatu perseroan, yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi manajemen, dalam arti direksi melakukan tugas memimpin
perusahaan. Fungsi manajemen ini dalam hukum Jerman disebut dengan Geschaftsfuhrungsbefugnis, dan
15
Lihat Pasal 92 ayat 1 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
16
Lihat Pasal 97 ayat 1 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
17
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 24
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi representasi, dalam arti direksi mewakili perusahaan di dalam dan di
luar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan di luar pengadilan menyebabkan perseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan transaksi atau kontrak-
kontrak yang dibuat oleh direksi atas nama dan untuk kepentingan perseroan. Fungsi representasi ini dalam hukum jerman disebut dengan
Vertrettungsmacht. Prinsip fiduciary duty berlaku bagi direksi dalam menjalankan tugasnya.
Baik dalam menjalankan fungsinya sebagai manajemen maupun sebagai representasi dari perseroan.
Dalam menjalankan tugasnya direksi juga merupakan pihak yang berwenang mewakili suatu perseroan, karena kedudukannya yang bersifat
fiduciary, maka tanggung jawab dari direksi menjadi sangat tinggi high degree. Direksi tidak hanya bertanggung jawab atas ketidakjujuran yang disengaja
dishonesty, tetapi direksi juga bertanggung jawab secara hukum terhadap tindakan mismanagement, kelalaian atau gagal atau tidak melakukan sesuatu yang
penting bagi perusahaan
18
. Direksi hanya berhak dan berwenang untuk bertindak atas nama dan untuk
kepentingan perseroan dalam batas-batas yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasar perseroan. Setiap tindakan
yang dilakukan oleh direksi di luar kewenangan yang diberikan tersebut tidak mengikat perseroan, kecuali dalam hal diatur lain oleh undang-undang. Ini berarti
18
Munir Fuady, Op Cit,hlm.82.
Universitas Sumatera Utara
direksi memiliki limitasi dalam bertindak atas nama dan untuk kepentingan perseroan.
Dari peraturan yang telah disebutkan di atas jelaslah bahwa kewenangan pengurusan perseroan diberikan oleh undang-undang kepada direksi untuk
melakukan tindakan-tindakan hukum yang diperlukan. Atau kewenangan pengurusan dipercayakan kepada direksi agar direksi dengan itikad baik
senantiasa bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan perseroan duty of loyalty, Namun demikian ada kalanya dalam pengurusan, dijumpai hal-hal
sebagai berikut
19
: Sebagai contoh terkaitnya” pertentangan atau benturan kepentingan”
conflict of interest antara direksi secara pribadi dengan perseroan, antara lain sebagai berikut:
1. Direktur tidak boleh menggunakan kekayaan atau uang perseroan untuk
membuat keuntungan bagi dirinya. Apabila terjadi demikian, dia tidak hanya melanggar tugasnya breach of his
duty, tetapi keuntungan yang diperoleh akan menjadi milik perseroan. Direktur yang menyalahgunakan kekayaan perseroan untuk keuntungan
sendiri bisa dituntut secara pidana karena harta perseroan hanya boleh digunakan untuk tujuan yang telah ditentukan
2. Direktur tidak boleh menggunakan informasi yang diperoleh dari jabatannya
untuk membuat keuntungan bagi dirinya.
19
I.G Rai Widjaja, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta: megapoin, 2000, Hlm.75.
Universitas Sumatera Utara
Maksudnya adalah menggunakan informasi tersebut guna memperoleh keuntungan bagi dirinya atau untuk orang lain yang mengakibatkan kerugian
pada perseroan. Direktur mengetahui bahwa perusahaannya menghadapi resiko likuidasi dan
menggunakan informasi tersebut untuk melindungi dirinya dan perusahaan lain yang dia juga sebagai direkturnya interlocking directorate dari
konsekuensi likuidasi tersebut, terhadap kerugian para kreditor yang bertindak secara tidak wajar.
3. Direktur tidak boleh menggunakan jabatannya untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Apabila direktur menggunakan jabatannya untuk memperoleh keuntungan pribadi, dia bertanggung jawab kepada perusahaan .
Ini analog dengan tugas “agent” yang tidak membuat “secret profits” keluar dari jabatannya. Jadi apabila direktur menerima suap karena jabatan, dan
secara jelas melanggar fiduciary duty 4.
Direktur tidak boleh menahan keuntungan yang dibuat dengan alasan dan di dalam “fiduciary relationship”nya dengan perusahaan
Peraturan terhadap direktur “making a secret profit” sangat keras. Keuntungan atau manfaat tersebut harus dilaporkan kepada perusahaan dan disetujui. Bila
tidak, direktur harus bertanggung jawab.
B. Perumusan Masalah