Stroma Histologi Lobulus Hati

Hati mempunyai peran yang dominan seperti tempat utama untuk aktivitas sintesis, katabolisme, dan detoksifikasi dalam tubuh, menetukan ekspresi pigmen darah heme serta berperan dalam reaksi imunologi Robbins, 2004 dalam Kusuma, 2010. Hati juga berfungsi menghasilkan enzim pencernaan berupa garam empedu untuk menghidrolisa lipid dan metabolisme karbohidrat Ganong, 2002. Terganggunya fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat akan mengakibatkan turunnya produksi glikogen dalam tubuh. Menurunnya produksi glikogen dan tidak adanya masukan lipid tubuh mengakibatkan turunnya berat badan Oktavianti et al., 2005. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang luar biasa meskipun sel-selnya diperbaharui secara lambat. Percobaan pada hewan tikus, hati dapat memulihkan kehilangan sampai 75 berat total hati hanya dalam waktu satu bulan Junqueira Carneiro, 2007. Sel yang mengalami nekrosis dapat digantikan dengan sel baru melalui mitosis hepatosit yang berdekatan Lu, 1995. Kesempurnaan pemulihan sangat tergantung pada keutuhan kerangka dasar jaringan. Pada hati yang cedera, jika kerangka retikulum endoplasma masih utuh akan terjadi regenerasi sel hati yang teratur dan struktur lobuli yang kembali normal serta fungsinya akan pulih kembali Robbins, 2004 dalam Kusuma, 2010.

2.3.1 Stroma

Hati dibungkus suatu lapisan tipis jaringan ikat kapsula glison yang menebal di hilus, tempat vena porta dan arteri hepatika memasuki hati dan keluarnya duktus hepatika kiri dan kanan serta pembuluh limfe dari hati. Pembuluh-pembuluh dan duktus ini dikelilingi jaringan ikat disepanjang perjalanannya ke bagian ujung distal atau bagian asal di dalam celah portal antar lobuli hati. Ditempat ini terbentuk jaringan serat retikulin halus yang menopang hepatosit dan sel endotel sinusoid dilobulus hati Junqueira Carneiro, 2007. Vena-vena central bergabung untuk membentuk vena hepatika, yang mengalir ke dalam vena kava inferior. Waktu transit rata-rata untuk darah melintasi lobulus hati UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dari venula portal ke vena hepatika sentral adalah sekitar 8,4 detik. Sel endotel sinusoid banyak melekat makrofag sel kupffer yang berproyeksi ke dalam lumen Ganong, 2002. Sel kupffer berbentuk stelat dengan sifat histologis seperti vakuola jernih, lisosom dan reticulum endoplasma granular tersebar di seluruh sitoplasma, hal ini lah yang membedakan sel-sel kupffer dan sel-sel endotel Junqueira Carneiro, 2007. Sel kupffer bersifat “endogeneous peroxidase activity” dan bergenerasi atau berpoliferasi dengan sendirinya. Sel kupffer juga berperan dalam produksi imunologi, fagositosis, dan formasi darah Jones, 1993 dalam Kusuma, 2010. Darah yang berasal dari tunggul vaskuler mengalir ke venula hepatika terminal yang terdapat di luar asinus. Dengan cara ini, sel-sel yang terdekat dengan vaskular akan menerima darah yang masih kaya oksigen dan sel ke perifer asinus mendapat darah yang relatif lebih rendah oksigennya, sehingga lebih rentan terhadap kerusakan akibat anoksia Ganong, 2002.

2.3.2 Histologi Lobulus Hati

Sel hati atau hepatosit berbentuk polihedral dengan 5 sampai 12 sisi, dengan garis tengah antara 15 sampai 23 μm. Intinya bulat dan tampak pucat, sitoplasmanya mengandung granula glikogen, lemak, feritin dan pigmen hemosiderin. Permukaan sel yang menghadap ke arah kanalikuli biliaris ditaburi mikrovili dan terdapat banyak granula membran berkumpul dekat lumen Bajpai, 1987. Hepatosit memiliki banyak retikulum endoplasma, baik halus maupun kasar. Pada hepatosit, retikulum endoplasma kasar tersebar di sitoplasma biasa disebut dengan badan basofilik. Organel ini bertanggungjawab atas proses oksidasi, metilasi, dan konjugasi yang diperlukan untuk menonaktifkan atau mendetoksifikasi berbagai zat sebelum di eksresikan dari tubuh Junqueira Carneiro, 2007. Tiap lobus hati Gambar 2 dibalut oleh peritoneum pars viseralis dengan sel- sel mesotel melekat pada kapsula tipis. Jaringan ikat dari kapsula menjulur ke dalam ruang interlobularis sambil menunjang sistem vascular dan saluran empedu. Jalinan serabut retikuler halus mengitari sel-sel hati dan sinusoid. Kandungan serabut kolagen meningkat dari 0,05 pada hewan belum dewasa, sampai 0,7 pada hewan dewasa. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sel-sel otot polos kadang-kadang terdapat juga pada kapsula dan jaringan ikat interlobularis. Jaringan ikat yang menunjang pembuluh limfe dan percabangan dari arteri hepatika, vena porta, dan saluran empedu, tampak pada tiap sediaan hati Dellman Brown, 1992. Gambar 2. Skema lobulus hati, asini hati, dan lobulus porta. Lobulus hati terdiri dari vena sentralis CV dan dibatasi oleh garis yang menghubungkan celah porta PS. Romawi I, II, dan III adalah pembagian zona asinus hati Junqueira Carneiro, 2007. 2.3.3 Hepatosit Sitoplasma hepatosit agak berbutir, tetapi dapat tergantung pada perubahan nutrisi serta fungsi selular. Mitokondria relatif banyak dan apparatus golgi lazimnya terletak dekat kanalikuli empedu atau dapat juga bersifat jukstanuklear. Lisosom banyak tersebar, kelompok ribosom bebas, rER dan sER cukup berkembang dan sering berdampingan. Dengan pengamatan lebih teliti glikogen tampak sebagai butir dengan konfigurasi roset. Pada sedian histologi biasa, glikogen tampak sebagai rongga-rongga yang tidak teratur, sedangkan rongga yang ditepati oleh lemak tampak kosong dan bulat, sebab glikogen dan lemak larut dalam silol serta air dipakai pada metode UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pewarnaan biasa HE. Tidak heran tampak pigmen empedu dalam hepatosit normal Dellman Brown, 1992. Setiap hepatosit memiliki sekitar 2000 mitokondria. Komponen sel lainnya yang umum dijumpai adalah droplet lipid dengan jumlah yang bervariasi. Lisosom hepatosit sangat penting untuk pergantian dan degradasi organel intrasel. Peroksisom merupakan organel yang mengandung enzim yang banyak dijumpai di hepatosit. Selain itu fungsinya adalah mengoksidasi kelebihan asam lemak, pemecahan hidrogen peroksida yang dihasilkan dari proses oksidasi tersebut, pemecahkan kelebihan purin AMP, GMP menjadi asam urat, dan berpartisipasi dalam sintesis kolesterol, asma empedu, dan sejumlah lipid yang digunakan untuk membentuk mielin Junqueira Carneiro, 2007.

2.4 Kerusakan Hati

Dokumen yang terkait

Penentuan Lc50 Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

1 60 75

Uji Antimuagenik Ekstrak Etanol Bunga Jantan Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Jantan yang Diinduksi dengan Siklofosfamid

3 63 76

Pengaruh Vitamin E Terhadap Pemulihan Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Yang Mendapat Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (TU)

1 49 94

Gambaran Histologis Testis Mencit (Mus musculus L.) Yang Mendapat Kombinasi Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (TU)

3 88 72

Pemulihan Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) dengan Vitamin C setelah Pemberian Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU).

0 55 85

Pengaruh Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU) Terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus L.)

0 86 70

Studi Testosteron Plasma, Kuantitas Dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Kombinasi Hormon Testosteron Undekanoat (Tu) Dan Ekstrak Air Biji Blustru (Luffa Aegyptica Roxb.)

1 43 100

Ultrastruktur Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (Tu)

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pepaya (Carica papaya L.) - Ultrastruktur Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (Tu)

0 0 9

ULTRASTRUKTUR HEPAR MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK AIR BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) dan TESTOSTERON UNDEKANOAT (TU) SKRIPSI GUSTIKA MARYATI 070805013

0 0 13