Fenomena yang terjadi di dalam masyarakat mengenai pelacuran yang dilakukan
Dalam KUH Pidana tidak dijumpai satu pasal pun mengenai perbuatan pelacuran anak akan tetapi yang ada adalah pasal yang mengenai perbuatan cabul
dan tidak jelas apakah anak-anak atau dewasa. Oleh karena KUH Pidana tidak secara tegas dan jelas mengatur mengenai sanksi pidana yang diancamkan
terhadap pelaku pelacuran anak-anak di bawah umur ini, maka harus berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagai lex spesialist. Undang-undang yang khusus dapat mengenyampingkan undang-undang yang lebih umum, ini dikenal dalam sistem pidana di Indonesia
yang lebih lengkapnya dikenal dengan lex spesialist derogat lex generalist.
71
B. Peneraan Beberapa Undang-Undang Mengenai Perlunya Anak Dilindungi Dari Pelacuran
Untuk melindungi hak-hak anak dari perbuatan melacurkan anak dilakukan segala daya upaya secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga
pemerintah dan swasta yang bertujuan untuk mengusahakan pengamanan, penguasaan, pemenuhan kesejahteraan fisik, mental dan sosial anak, yang sesuai
dengan kepentingan dan hak asasinya. Segala daya upaya bersama yang dilakukan secara sadar oleh perorangan,
keluarga masyarakat, badan-badan pemerintah dan swasta tersebut terhadap anak yang berusia 0-21 tahun, tidak dan belum pernak menikah sesuai dengan hak asasi
dan kepentingannya agar dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungin.
71
Adam Chazawi., Loc, cit, hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum mengkaji beberapa undang-undang yang berhubungan dengan perlindungan terhadap hak anak, terlebih dahulu diketahui apa sebenarnya maksud
dari hukum perlidungan anak itu sendiri. Hukum Perlindungan anak dikemukakan oleh beberapa ahli hukum berikut ini.
Menurut Arif Gosita, “Hukum perlindungan anak adalah hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang menjamin anak benar-benar dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya”.
72
Bismar Siregar, menyebutkan bahwa, “Hukum perlindungan anak lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur
hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum yuridis anak belum dibebani kewajiban”.
73
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak
Berdasarkan pengertian mengenai hukum perlindungan anak tersebut di atas, dapat diketahui bahwa, hukum perlindungan anak tersebut adalah sebagai
keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur mengenai perlindungan hak-hak setiap anak, seperti yang diatur Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Pelindungan Anak, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tetang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut
harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan
72
Arif Gosita., Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademi Pressindo, 1989, hal. 10.
73
Bismar Siregar., ”Masalah Penahanan dan Hukuman Terhadap Kejahatan Anak”, Dalam Majalah Hukum dan Pembangunan No. 4 Tahun X, Juli 1990, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara