Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak

Sebelum mengkaji beberapa undang-undang yang berhubungan dengan perlindungan terhadap hak anak, terlebih dahulu diketahui apa sebenarnya maksud dari hukum perlidungan anak itu sendiri. Hukum Perlindungan anak dikemukakan oleh beberapa ahli hukum berikut ini. Menurut Arif Gosita, “Hukum perlindungan anak adalah hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang menjamin anak benar-benar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya”. 72 Bismar Siregar, menyebutkan bahwa, “Hukum perlindungan anak lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum yuridis anak belum dibebani kewajiban”. 73

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak

Berdasarkan pengertian mengenai hukum perlindungan anak tersebut di atas, dapat diketahui bahwa, hukum perlindungan anak tersebut adalah sebagai keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur mengenai perlindungan hak-hak setiap anak, seperti yang diatur Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tetang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan 72 Arif Gosita., Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademi Pressindo, 1989, hal. 10. 73 Bismar Siregar., ”Masalah Penahanan dan Hukuman Terhadap Kejahatan Anak”, Dalam Majalah Hukum dan Pembangunan No. 4 Tahun X, Juli 1990, hal. 23. Universitas Sumatera Utara anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara. Upaya perlindungan terhadap hak-hak anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 delapan belas tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan terhadap hak-hak setiap anak. Pada Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak yang dimaksud dalam Pasal 1 tersebut harus memperoleh perlindungan dari segala bentuk tindakan yang mengancam hak-hak anak. Perbuatan melacurkan anak merupakan salah satu bentuk yang mengancam hak anak tersebut. Oleh karena itu harus dilindungi hal ini dilakukan mengingat anak adalah generasi penerus bangsa yang memiliki masa depan yang masih panjang untuk berkontribusi terhadap negara Republik Indonesia. Sejalan dengan itu, Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa, “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Universitas Sumatera Utara Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatur beberapa hak-hak setiap anak yang wajib untuk dilindungi, hak- hak anak tersebut diuraikan dari beberapa pasal dalam undang-undang perlindungan anak tersebut adalah sebagai berikut: a. Berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 4. b. Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan Pasal 5. c. Berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua Pasal 6. d. Berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku Pasal 7. e. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial Pasal 8. f. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak Universitas Sumatera Utara memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus Pasal 9. g. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan Pasal 10. h. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri Pasal 11. i. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial Pasal 12. j. Berhak mendapat perlindungan dari perlakuan, diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya Pasal 13. k. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan danatau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir Pasal 14. l. Berhak untuk memperoleh perlindungan dari, penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan pelibatan dalam peperangan Pasal 15. Universitas Sumatera Utara m. Berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi, berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum, penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir Pasal 16. n. Berhak untuk, mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, dan membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan Pasal 17. o. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya Pasal 18.

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak