140
5.3.1. Kontribusi Berdasarkan Jam Kerja
Pasal 77 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa jam kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan, dapat dilakukan siang danatau malam hari. Ketentuan jam kerja diatur dalam dua sistem, yaitu:
- 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja.
- 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja.
http:www.gajimu.commainpekerjaan-yanglayakkompensasijam- kerjapertanyaan-mengenai-jam-kerja-di-indonesia
Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja dapat dianggap sebagai waktu kerja lembur, sehingga pekerja buruh berhak atas upah
lembur. Ketentuan ini tidak sepenuhnya berlaku terhadap buruh aron pada umumnya dan buruh aron perempuan pada khususnya. Hal ini dikarenakan pekerjaan mereka
yang sifatnya musiman, artinya hanya jika ada yang memakai jasa atau tenaga mereka untuk mengelola lahan saja baru mereka bisa mendapatkan pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian, jika sedang ada lahan yang dikerjakan, terdapat 8 dari 10 informan kunci yang bekerja mengikuti ketentuan jam kerja, yaitu 7 jam
kerja dalam 1 hari dan 6 hari kerja dalam 1 minggu. Informan-informan kunci tersebut adalah informan kunci I, II, III, VI, VII, VIII, IX, dan informan kunci X.
Seperti yang diungkapkan salah satu informan kunci dalam wawancara: “Bibik berangkat kerja jam 8 pagi. Jam 9 lah itu mulai kerja di ladang.
Jam 12 sampai jam 1 itu istirahat, baru mulai lah lagi kerja sampai jam 5 sore lah bibik siap kerja. Kadang-kadang juga jam-jam 6 bibik
baru siap...” Suryani, 34 th.
Universitas Sumatera Utara
141
Kemudian terdapat 2 dari 10 informan kunci yang bekerja tidak mengikuti ketentuan jam kerja, dimana mereka bekerja selama 7 jam dalam 1 hari dan 5 hari
dalam 1 minggu. Informan-informan tersebut adalah informan IV dan informan V. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa tidak ada informan kunci yang
melakukan pekerjaan melebihi ketentuan waktu kerja lembur. Hal ini disebabkan karena mereka bisa dibilang memiliki peran ganda, yaitu sebagai tenaga kerja buruh
aron dan juga sebagai istri dan ibu rumah tangga. Buruh aron perempuan mengatur waktu sedemikian rupa sehingga semua peran yang disandangnya dapat dilaksanakan
dengan seimbang. Namun, jika waktu yang mereka miliki lebih banyak dipakai untuk bekerja pasti ada kendala yang akan dialami dalam melaksanakan peran ganda
tersebut. Salah satunya adalah pembinaan keluarga cenderung akan terbengkalai dan terabaikan. Oleh karena itu, meskipun sudah melakukan pekerjaan di luar rumah,
buruh aron perempuan harus tetap memiliki waktu untuk keluarga dan tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Seperti yang
diungkapkan oleh informan utama I dalam wawancara: “Ya walaupun bibik juga udah kerja dari pagi sampai sore, tetap di
kerjakan lah pekerjaan-pekerjaan rumah. Kalau pagi masak dulu biar ada sarapan sama bekal makan siang di ladang, beres-beres rumah
dulu sebelum pergi kerja. Anak-anak juga di bantu siap-siap mau ke sekolah. Pulang kerja pun gitu juga, masak untuk makan malam gitu
lah. Tetap diurus lah anak- anak.” Perdana Ginting, 40 th
Hal senada juga diungkapkan oleh informan utama II dan IV dalam wawancara: “Ya sebelum pergi kerja ya harus disiapkan dulu lah pekerjaan-
pekerjaan rumahnya, harus masak untuk sarapan sama untuk bekal
Universitas Sumatera Utara
142
makan siang di ladang. Anak-anak pun kan juga harus makan siang setelah pulang sekolah. Pulang kerja pun gitu juga. Kalau sampai
rumah sama anak-anak enggak terurus, pulang kerja enggak nyiapkan makan malam ya saya suruh enggak usah kerja lagi ajalah. Tapi
untungnya tetap dikerjakan.” Hesron Pandia, 35 th “Udah kerja pun istri bapak, ya tetap juga nya ada waktu untuk ngurus
rumah tangga. Ya tiap pagi sama tiap pulang kerja ya masak, bersihkan rumah, nyuci, ngurus nenek yang struk pun istri bapak
sendiri. Enggak ada dia nyewa-nyewa atau nyuruh-nyuruh orang lain untuk ngurus nenek. Sebelum pergi kerja disiapkannya dulu semua
kebutuhan nenek di samping tempat tidurnya. Makannya, minumnya, obat-obatnya, sebelum kerja di mandikan dulu nenek, pulang kerja pun
gitu juga. Jadi tetap terurus lah semuanya.” Kokna Sitepu, 44 th
Hal ini juga diungkapkan oleh seluruh informan utama. Dari kutipan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa informan utama, yaitu suami dari buruh aron
yang perempuan, lebih memilih istri mereka bekerja sesuai dengan ketentuan waktu kerja. Meskipun bekerja lembur akan memberikan penghasilan yang lebih besar,
seluruh informan utama tidak menginginkan dan tidak menyetujui hal tersebut karena akan menyita waktu yang dimiliki istri mereka untuk menjalankan perannya
sebagai istri dan ibu rumah tangga.
5.3.2. Kontribusi Berdasarkan Peningkatan Aset Finansial