Saran Strategi Bertahan Hidup

171 sendiri oleh keluarga mereka. Tanaman yang ditanam seperti sayur-sayuran, cabe, bawang, dan lain-lain. Hasil dari pemanfaatan pekarangan rumah ini dijual langsung dengan menawarkannya ke rumah-rumah warga, atau dengan cara dititipkan ke warung-warung. 6. Kontribusi buruh aron perempuan berdasarkan pencarian alternatif sosial dilakukan buruh aron perempuan dengan cara mencari danatau melakukan peminjaman uang. Meminjam uang akhirnya harus mereka lakukan ketika keadaan keuangan rumah tangga mereka berada di posisi sangat sulit, dimana terdapat kebutuhan yang mendesak yang harus dipenuhi sementara penghasilan dan tabungan mereka masih belum cukup untuk memenuhinya. Meminjam uang ini mereka lakukan pada sanak saudara dan sanak saudara, dan di lembaga keuangan seperti koperasi kredit atau yang lebih dikenal dengan istilah Credit Union.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka penulis ingin memberikan saran kepada buruh tani perempuan serta pemerintah setempat khusunya yang ada di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo sebagai berikut : 1. Bagi buruh aron perempuan, di dalam mengahadapi zaman yang sekarang ini semakin moderen dan desakan ekonomi juga semakin meningkat, perlu adanya peningkatan kreativitas dan keterampilan dalam bekerja, agar dikemudian hari tidak mudah tersingkirkan oleh zaman dan bisa bertahan hidup meskipun hanya sebagai buruh aron. Universitas Sumatera Utara 172 2. Bagi pemerintah, agar tetap meningkatkan dan memberdayakan sumber daya manusia SDM agar dapat mengimbangi sumber daya alam SDA yang ada. Selain itu, perlu adanya keterlibatan serta partisipasi dari pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan khusunya buat para buruh aron perempuan yang ada di Desa Beganding supaya mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kodratnya. Universitas Sumatera Utara 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontribusi

2.1.1. Pengertian Kontribusi

Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. 2006:264 ”Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Sementara menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yandianto 2000:282 diartikan: ”Sebagai uang iuran pada perkumpulan, sumbangan.”http:a-research.upi.eduoperatoruploadbab_ii12.pdf. Bertitik tolak pada kedua kamus di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; kontribusi adalah merupakan sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan. Kontribusi berarti individu berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya Astarhadi, 1995. Dari rumusan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi. Universitas Sumatera Utara 14

2.2. Buruh Aron

2.2.1. Pengertian Buruh Aron Aron

adalah sebuah konsep pola kerjasama dan tolong menolong pada masyarakat Suku Karo di Sumatera Utara, baik dalam menghadapi ancaman dari pihak lain atau dalam mengerjakan sesuatu. Istilah aron berasal dari Bahasa Karo, yaitu sisaro-saron saling membantu yang diwujudkan dalam bentuk kelompok kerja orang muda atau dewasa mulai 6 hingga 24 orang dalam satu kelompok. Dalam pembentukan aron, jumlah laki-laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan. Hal ini dilakukan melihat kemampuan kaum perempuan dalam mengerjakan aktivitas aron tersebut. Adapun kegiatan aron diketahui tidak dibayar dengan uang atau pertimbangan yang bersifat ekonomi, namun dibayar berupa tenaga, di mana aron yang dibentuk adalah atas dasar kesepakatan bersama para anggotanya https:id.wikipedia.orgwikiAron.

2.2.2. Pola Kerja Buruh Aron

Aktivitas aron dimulai pada pagi hari, yaitu pukul 08.00 WIB - 17.00 WIB. Dalam pola kerjanya terdapat keteraturan antara sesama anggota dengan tujuan agar tetap terjaga hubungan yang baik. Pola kerja dilakukan secara bergiliran, sesuai dengan kebutuhan dalam mengerjakan sawah maupun ladang para anggota. Seperti contoh, ketika anggota A akan menanam padi, maka anggota aron yang lainnya wajib datang ke ladang si A untuk mengerjakan sawahnya. Demikian seterusnya hingga selesai secara bergilir bagi setiap anggota aron. Bila salah satu anggota ingin mendahulukan sawahnya atau ladangnya tetapi belum pada gilirannya, maka anggota tersebut dapat meminta supaya sawahnya didahulukan dikerjakan oleh Universitas Sumatera Utara 15 peserta aron lainnya. Hal ini disebut dengan pinjam tenaga petangkapken atau biasa juga disebut dengan istilah pinjam gegeh https:id.wikipedia.orgwikiAron.

2.2.3. Perubahan Makna

Seiring dengan perkembangannya, mulai tahun 1980 hingga saat ini secara perlahan-lahan pengertian aron telah mulai berubah. Hal tersebut dapat terlihat pada saat musimpanen misalnya, seseorang pemilik sawah harus menyewa pekerja aron untuk mengerjakan sawahnya dan membayar upah mereka sesuai dengan waktu mereka berkerja. Selain itu jumlah aron yang tersedia juga semakin sedikit dibandingkan jumlah aron sebelum tahun 1980. Dalam hal jam kerja juga terdapat perbedaan yang dulunya sebelum 1980, aron bekerja dalam satu hari selama delapan jam, tetapi pada saat ini aron bekerja hanya sekitar lima jam dalam satu hari yang dimulai pukul 10.00 WIB hingga 16.30 WIB dan dengan gaji sekitar Rp 40.000hari. Selain itu keberadaan aron juga telah banyak didatangkan dari luar Tanah Karo. Seperti aron-aron di Berastagi misalnya, kebanyakan dari mereka didatangkan dari Samosir danSidikalang, di mana kebanyakan di antara mereka adalah berasal dari suku Batak Toba https:id.wikipedia.orgwikiAron.

2.3. Strategi Bertahan Hidup

Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para buruh harian lepas aron dengan situasi lingkungan yang berubah. Sedangkan adaptasi struktural merupakan aplikasi tindakan, kibiasaan para buruh harian lepas aron dalam Universitas Sumatera Utara 16 menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Strategi adaptasi adalah cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh buruh harian lepas aron untuk mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis sebagai buruh aron. Edi Suhartono, seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa definisi dari strategi bertahan hidup Coping Strategies adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan. Suhartono: 2007 Berdasarkan konsep ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut “The Aset Vurnerability ”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup, seperti: a. Aset Tenaga Kerja Labor Asets Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga. b. Aset Modal Manusia Human Capital Asets Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang atau bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja return terhadap tenaga yang dikeluarkannya. Universitas Sumatera Utara 17 c. Aset Produktif Produuctive Asets Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya. d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga Household Relation Asets Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja daan mekanisme “uang kiriman” remittances. e. Aset Modal Sosial Social Capital Asets Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi kredit informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga. Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup Coping Strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara, yaitu: a. Strategi Aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan sebagainya. b. Strategi Pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya pengeluaran sandang, pangan, papan, dan sebagainya. c. Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupu formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan misalnya meminjam uang tetangga, berhutang ke warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya Suhartono:2007 Universitas Sumatera Utara 18 Konsep mata pencaharian Livelihood sangat penting dalam memahami Coping Strategies karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama dengan strategi mata pencaharian Livelihood Strategies . Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan baik yang bersifat tunai maupun barang, lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan. Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset nyata dan asset tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah Livelihood Capabilities, asset nyata menunjuk pada simpanan makanan, emas, tabungan dan sumber-sumber tanah, air, sawah, tanaman, binatang ternak, sedangkan asset tidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan kesempatan-kesempatan untuk menggunakan sumber, simpanan, pelayanan, informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan.

2.4. Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Perempuan