40
= sudut yang dibentuk dari garis normal luminer dengan garis lurus antara luminer dengan titik yang dituju
h = tinggi sumber cahayatiang tiang PJU meter I = intensitas cahaya pada sudut ,
iv. Efikasi cahaya
Efikasi cahaya merupakan perbandingan antara fiuks cahaya yang dihasilkan larnpu dengan daya listrik yang dipakainya, secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
K =
3.8 dimana :
K = efikasi cahaya lmwatt P = daya lampu watt
= fluks cahaya lumen
v. Efisiensi Penerangan
Efisiensi penerangan adalah perbandingan antaran fluks cahaya yang dipancarkan oleh armatur atau dapat juga diartikan sebagai fluks cahaya yang
sampai ke objek dengan fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya atau fluks cahaya awal, secara matematis dirumuskan :
ɳ =
g
3.9
dimana :
ɳ
= efisiensi cahaya penerangan
= fluks cahayayang dipancarkan oleh sumber cahayalumen
g
= fluks cahayayang dipancarkan oleh armatur lumen
Universitas Sumatera Utara
41
Efisiensi penerangan juga dapat dihitung melalui perhitungan indeks ruang atau indeks bentuk k.
x l
p h
l p
k
3.10 dimana :
k
= indek ruang atau bentuk
p
= panjang permukaan jalan m
l
= lebar permukaan jalan m
h
= tinggi tiang PJU m Lalu melalui Tabel 3.1 dapat dilihat indeks bentuk k dan efisiensi penerangan
maksimum dan minimumnya. ɳ = ɳ
+ −
� ���
−
ɳ − ɳ
3.11 Sistem penerangan yang dipakai untuk penerangan jalan adalah sistem
penerangan langsung.
Tabel 3.1 Efisiensi Penerangan dari Armatur Penerangan Langsung PJU
Melalui Perhitungan Indeks Ruang k
r
p
0,7 0,5
0,3
r
w
0,5 0,3
0,1 0,5
0,3 0,1
0,5 0,3
0,1
r
m
0,1 0,1
0,1 K
ɳ ɳ
ɳ 0,5
0,28 0,23 0,19 0,27 0,23 0,19 0,27 0,22 0,19 0,6
0,33 0,28 0,24 0,32 0,28 0,24 0,32 0,27 0,24 0,8
0,42 0,36 0,33 0,41 0,36 0,32 0,40 0,36 0,32 1,0
0,48 0,43 0,40 0,47 0,43 0,39 0,46 0,42 0,39 1,2
0,52 0,48 0,44 0,51 0,47 0,44 0,50 0,46 0,43 1,5
0,56 0,52 0,49 0,55 0,52 0,49 0,54 0,51 0,48 2,0
0,61 0,58 0,55 0,60 0,57 0,54 0,59 0,56 0,54 2,5
0,64 0,61 0,59 0,63 0,60 0,58 0,62 0,59 0,57 72
3 0,66 0,64 0,61 0,65 0,63 0,61 0,64 0,62 0,60
4 0,69 0,67 0,65 0,68 0,66 0,64 0,66 0,65 0,63
72 5
0,71 0,69 0,67 0,69 0,68 0,66 0,68 0,66 0,65
Keterangan : r
p
= faktor refleksi dinding r
m
= faktor refleksi bidang pengukurannya
Universitas Sumatera Utara
42
r
w
= faktor refleksi langit-langit Dimana : 0.1
= warna gelap 0.3
= warna sedang 0,5
= warna muda 0,7
= warna putih dan warna sangat muda
3.4.1.2 Tiang dan Stang Ornament
Tiang merupakan salah satu dari komponen penting pada penerangan jalan umum. Fungsinya sebagai tempat untuk meletakkan lampu beserta armaturnya,
stang ornament, panel surya, baterai, inverter, dan lain sebagainya. Untuk menentukan sudut kemiringan stangornamen, agar titik penerangan
mengarah ke tengah – tengah jalan:
a
b Gambar 3.2 Perencanaan Penerangan Jalan Umum
a Tampak atas ; b Tampak depan Maka, untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen, agar titik
penerangan mengarah ketengah – tengah jalan
T = √h + c
3.12
Universitas Sumatera Utara
43 cos
−
φ =
3.13
dimana: h = tinggi tiang T = jarak lampu ke tengah jalan
c = jarak horizontal lampu ke tengah jalan w
1
= jarak tiang ke horizontal lampu w
2
= jarak horizontal lampu ke ujung jalan b = lebar batu jalan
o = jarak batu jalan ke horizontal lampu T = batas kemiringan stang ornamen
φ = sudut kemiringan stang ornamen
3.4.1.3 Penghantar Listrik
Kabel merupakan rakitan satu penghantar atau lebih, baik penghantar itu pejal maupun pintalan, masing-masing dilindungi isolasi, dan keseluruhannya
dilengkapi dengan selubung pelindung bersama. Dimana pada umumnya bagian- bagian untuk kabel tegangan rendah adalah:
penghantar isolasi
lapisan pembungkus inti pelindung mekanis
selubung luar Pada proses pemasangan instalasi untuk penghantar lsitrik penerangan
jalan umum konvensional menggunakan kabel tegangan rendah, penggunaan kabel menurut tempat pemakaiannya terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
44
a. Kabel yang dipasang dari SUTR Saluran Udara Tegangan Rendah yang sudah ada menuju panel penerangan jalan umum atau disebut juga kabel
induk. b. Kabel yang dipasang dari Perangkat Hubung Bagi penerangan jalan
umum ketitik-titik sambung LPJU. Biasanya PHB diletakkan dalam bawah tanah, sehingga penghantar listrik dengan kabel tanam.
c. Kabel yang dipasang dari titik sambung penerangan jalan umum menuju lampu.
Tembaga dan alumunium. Termasuk ke dalam bahan penghantar listrik yang baik. Untuk kabel tanah umumnya digunakan penghantar tembaga,
sedangkan alumunium digunakan untuk penghantar udara. Untuk mengetahui ukuran luas penampang kabel berpenghantar yang dibutuhkan, digunakan
persamaan dibawah ini : untuk tegangan 3 fasa :
A =
√ L
L
ρ φ
∆V
3.14 untuk tegangan 1 fasa :
A =
L
L
ρ φ
∆V
3.15 persentase jatuh tegangan :
∆V =
∆V V
x
3.16 dimana :
A = luas penampang penghantar m
2
L = panjang penghantar m cos φ = faktor daya
ρ = tahanan jenis logam penghantar
∆V = drop tegangan volt V
= tagangan jala-jalasumber
Universitas Sumatera Utara
45
∆V = persentase drop tegangan
I
L
= arus beban Nomenklatur kabel adalah tata cara pemberian nama suatu kabel dengan
kode - kode tertentu. Beberapa arti huruf-huruf kode yang biasa digunakan pada kabel :
N = kabel jenis standar dengan penghantar tembaga
NA = kabel jenis standar dengan penghantar alumunium Y
= selubung isolasi dari PVC 2X
= selubung isolasi dari XLPE 2Y
= selubung isolasi dari polyethylene F
= perisai kawat baja pipih R
= perisai kawat baja bulat Gb
= spiral pita baja Re
= penghantar pejal solid Rm = penghantar pintalan
3.4.1.4 Pembatas dan Pengaman Listrik
Pembatas dan pengaman listrik biasanya diletakkan di dalam suatu box yang disebut PHB. PHB adalah panelbox yang merupakan perlengkapan untuk
mengendalikan dan membagi tenaga listrik dan atau mengendalikan dan melindungi rangkaian circuit listrik.
Berdasarkan penempatannya PHB terbagi dua yaitu: a PHB Pasangan Dalam
PHB yang ditempatkan dalam ruangan bangunan tertutup sehingga terlindung dari pengaruh cuaca secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
46
b PHB Pasangan Luar PHB yang ditempatkan di luar ruangan bangunan sehingga terkena
pengaruh dari cuaca secara langsung. Alat pembatas yang digunakan adalah MCB Mini Circuit Breaker 3 fasa.
Untuk mendapatkan spesifikasi MCB yang sesuai, digunakan rumus berikut :
I =
V
L−L
φ
3.17 Dan alat yang digunakan sebagai pengaman pada instalasi PJU adalah
menggunakan fuse dengan jenis NHF use. Sedangkan besar pengaman yang digunakan dapat dihitung dengan rumus :
arus nominal pada masing fasa :
I =
V
L−N
φ
3.18 maka arus rating pengaman :
I = � x I
3.19 dimana :
P = besar daya yang digunakan watt
I
= arus nominal pada masing-masing fasa amper
I
= besar arus yang dibutuhkan atau arus rating pengaman amper V
L−
= tegangan fasa-netral volt
�
= faktor beban lebih
3.4.1.5 Perencanaan LPJU Solar Cell
Dalam merencanakan LPJU solar cell yang sesuai dengan SNI digunakan perhitungan
– perhitungan yang tepat dan sesuai kebutuhan. Beberapa kmponen penting LPJU solar cell akan dijelaskan satu per satu di bawah ini.
a. Lampu LED Light Emitting Diode