Solar charge controller Baterai

50

c. Solar charge controller

Merupakan peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi dan diambil dari baterai ke beban. Solar charge controller mengatur overcharging kelebihan pengisian – karena baterai sudah penuh dan kelebihan tegangan dari panel surya. Ukuran atau rating untuk alat pengontrol aliran masuk dan keluar dari aki ditentukan dalam satuan Ampere, yakni dengan rumus : � = I x + ɳ 3.28 � = V x + ɳ 3.29 dimana : � = arus rating solar charge controller ampere P = banyak panel surya x P nom watt

d. Baterai

Baterai adalah alat penyimpanan tenaga lsitrik arus searah DC yang dibangkitkan oleh panel surya.Kapasitas baterai yang tertulis dalam satuan Ah ampere hour, yang menyatakan kekuatan baterai, seberapa lama baterai dapat bertahan mensuplai arus untuk beban lampu. Maka untuk menentukan total kapasitas baterai berdasarkan periode penyimpanan yang diinginkan sebagai berikut: � = E V + A ɳ 3.30 dimana : � = kapasitas baterai AhAmpere.hour V = tegangan baterai volt DOD = deep of discharge Universitas Sumatera Utara 51 E = banyak panel surya x E Gambar 3.3 di bawah ini menunjukkan hubungan kerja antara satu komponen dengan komponen lain yang ada pada LPJU solar cell. Gambar 3.3 Diagram Kerja LPJU Solar Cell

3.4.2 Analisa Ekonomi

Penerangan jalan umum solar cell adalah penerangan yang menggunakan energi matahari sebagai sumber energi dan energinya dapat dibangkitkan sendiri ataupun sebuah perusahaan. PJU sistem solar cell mempunyai biaya operasi dan perawatan yang rendah dan bahkan terkadang tidak ada pada suatu periode, ini dikarenakan PJU solar cell tidak memerlukan bahan bakar dalam pengoperasiannya. Namun sistem pembangkitannya memerlukan biaya investasi yang sangat besar. Sedangkan PJU konvensional sebaliknya, biaya investasi yang rendah, namun biaya operasionalnya besar dan selalu ada setiap periode.

3.4.2.1 Biaya Investasi

Yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka menyiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik.Biaya ini biasanya dilakukan pada awal-awal Universitas Sumatera Utara 52 kegiatan usaha dalam jumlah yang relatif besar ya berdampak jangka panjang untuk berkesinambungan usaha tersebut. Investasi sering dianggap juga sebagai modal dasar usaha yang dibelanjakan untuk penyiapan dan pembangunan sarana prasarana dan fasilitas usaha termasuk pembangunan dan peningkatan sumber daya manusianya.

3.4.2.2 Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjalankan aktifitas usaha tersebut sesuai dengan tujuan. Biaya ini biasanya dikeluarkan secara rutin atau periodik pada waktu tertentu dan dalam jumlah yang relatif sama atau sesuai dengan jadwal produksi. Biaya operasional pada PJU konvensional sangat bergantung pada TDL Tarif Dasar Listrik yang telah ditetapkan pemerintah. Tarif dasar listrik sendiri ditentukan pemerintah melihat kondisi harga dan pasokan BBM Bahan Bakar Minyak. Biaya pemakaian listrik PJU konvensional selama satu bulan didapat dengan mengalikan E load dengan banyak hari dalam sebulan 30 dan dikali besar TDL yang ditetapkan pemerintah untuk penerangan jalan : Biaya pemakaian listrik = E x t x TDL 3.31 dimana : TDL = Tarif dasar listrik yang ditetapkan pemerintah untuk penerangan jalan Rp –Kwh t =waktu pemakaian lampu jalan dalam satu periode hours Sedangkan pada PJU solar cell, karena biaya bahan bakar tidak ada jadi biaya operasional tidak ada. Karena biaya kegiatan operasional dilakukan secara berkala dan akan terus naik biayanya setiap beberapa periode, maka untuk menghitung total keseluruhan Universitas Sumatera Utara 53 biaya operasional PJU konvensional dan solar cell sampai pada waktu periode yang diinginkan, digunakan metode nilai masa depan future value annuity: FVA = A + N − 3.32 FVAn = A FVAnA, i, N 3.33 dimana :FVAn = Nilai mendatang future worth, nilaiekuivalen satu atau lebih aliran kas cash flow pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu mendatang A = Aliran kas akhir pada periode yang besarnya sama untuk bebeapa periode yang berurutan annual worth N = Jumlah periode pemajemukan i = Tingkat bunga efektif per periode

3.4.2.3 Biaya Perawatan

Untuk tetap mempertahankan kualitas dan kemampuan dari LPJU perlu dilakukan perawatan yang rutin salah satunya adalah pergantian material. Pergantian material dilakukan ketika material LPJU sudah rusak atau sudah tidak layak dipakai, baik yang disebabkan oleh alam bencana alam, ulah manusia pencurian atau perusakan maupun karena umur dari material tersebut. Harga suatu material dari LPJU tidak akan selalu sama dengan ketika awal pendirian LPJU biaya investasi, ada kenaikan harga tiap material tersebut setiap suatu periode. Sehingga untuk menentukan harga material pada masa yang akan datang digunakan metode Future Value, dimana rumusnya adalah : Fv = Pv + i 3.34 Fv = Pv Fv Pv , i, N 3.35 Universitas Sumatera Utara 54 Total biaya suatu material didapat dengan menjumlahkan setiap nilai mendatang dengan periode yang telah ditentukan usia material, pada suatu jumlah periode yang diinginkan. Dirumuskan : ∑Fv = Pv + i + + i + . . . . . + + i X 3.36 dimana : P V = Nilai sekarang present worth atau nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas cash flow pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu saat ini F V = Nilai mendatang future worth, nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas cash flow pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu mendatang N= Jumlah periode pemajemukan ditentukan Usia Material X= Jumlah periode pemajemukan yang diinginkan 10 tahun i= Tingkat bunga efektif per periode Seluruh material dari penerangan jalan memiliki umur yang berbeda-beda, sehingga untuk mendapatkan biaya perawatan dari LPJU adalah dengan mengalikan harga untuk tiap satu material dengan total pergantian satu material pada selutuh LPJU tersebut, kemudian ditotalkan dengan pergantian material- material yang lain.

3.4.2.4 Break Even Point BEP LPJU

Break even point merupakan suatu kondisi dimana penghasilan yang diterima perusahaan sama dengan biaya yang dikelurkan dengan mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan dari komposisi produk yang diperlukan selama periode tertentu. Sehingga dari pengertian diatas break even point terjadi apabila Universitas Sumatera Utara 55 TRTotal RevenuePendapatan Total = TC Total CostBiaya Total. 3.37 Beberapa manfaat analisa break even point untuk memanajemen suatu proyek atau perusahaan, yaitu : a Hubungan antara penjualan biaya dan laba. b Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel. c Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. d Untuk mengetahui hubungan antara volume, harga dan laba. Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Sekalipun Analisa break even point ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. Universitas Sumatera Utara 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Eksisting PJU di Jalan Tol Belmera