57
mengingat daerah ini merupakan daerah hijau. Seperti penuturan salah satu warga dan juga pserta FGD Rospitawati Simbolon 52 tahun
“Pertama kali kami tinggal pada tahun 2002, di sini belum ada akses listrik masuk, namun setelah kami sesama warga berembuk dan bertepan ada
yang mengenal pihak dari PLN dan kami meminta tolong agar memberikan akses listrik ke daerah kami ini. Pada tahun 2005 daerah ini telah mendapat akses
terhadap listrik, namun tidak dengan akses air” Daerah ini tidak mendapat akses air dari PAM, dikarenakan masih
termasuk daerah hijau sehingga untuk mengakses air bersih harus setiap rumah tangga harus menggali sumur. Penggunaan jenis sumur juga terbagi atas dua yaitu
sumur biasa dan sumur bor . Bagi rumah tangga dengan ekonomi yang menengah
di tempat ini, biasanya menggunakan sumur bor, namun bagi rumah tangga yang kurang mampu di tempat ini hanya menggunakan sumur biasa, terdpat juga rumah
tangga yang menumpang dengan sumur rumah tangga lainnya.
2. Kondisi Aset FinancialEkonomi
Untuk mengetahui gambaran Asset FinancialEkonomi pada pemulung keluarga utuh dilihat dari indikator diantaranya adalah pendapatan dan
pengeluaran, tabungan atau simpanan dan akses untuk meminjam. Berdasarkan hasil FGD Aset Ekonomi adalah aset yang terendah yaitu menempati angka 1.
Kondisi pendapatan pemulung keluarga utuh terbilang rendah karena pendapatan dari hasil memulung hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari yang
pada umunya untuk biaya makan, biaya anak sekolah dan lainnya bahkan cenderung kurang. Pendapatan pemulung keluarga utuh rata-rata Rp 30.000- Rp
50.000 dalam sehari begitu juga dengan pengeluaran mereka sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
58
Menurut peserta FGD , hampir setiap hari mereka bekerja dimulai pagi hari tepat nya saat subuh. Bagi mereka yang tidak memiliki gerobak sampah atau
yang lebih dikenal becak barang biasanya menjelang siang mereka akan kembali kerumah untuk makan siang dan beristarahat sejenak. Jarak daerah memulung
yang tidak terlalu jauh karena keterbatasan akan transportasi, memungkinkan mereka untuk kembali ke rumah menjelang sinag hari. Setelah itu mereka kembali
lagi memulung ke daerah lainya hingga menjelang sore hari bahkan malam hari. Penghasilan sebagai pemulung tidak menentu jumlah dan waktunya,
terkadang mereka dapat menjual perhari, dua kali dalam seminggu dan ada juga yang satu kali dalam sehari. Biasanya mereka akan menjual hasil memulung pada
hari sepulang mereka memulung, namun jika harga jual rendah maka biasanya mengumpulkan serta menyimpan barang bekas tersebut dalam beberapa waktu
hingga harga normal kembali. Hal ini juga menjadi kendala bagi mereka, tidak menetapnya harga jual barang bekas yang setiap waktu dapat turun drastis. Jika
hal tersebut terjadi artinya selama menunggu harga barang tersebut naik, mereka tidak mendapatkan pengahasilan. Selama masa menunggu harga jual naik
biasanya mereka mencari barang bekas yang bernilai tinggi. Jika harga jual barang cenderung rendah biasanya mereka akan meminjam pada pemulung lainya
ataupun tetangga untuk modal bagi mereka yang memulung menggunakan transportasi.
Bagi mereka yang memiliki becak barang , biasanya mereka akan cenderung berada di luar rumah seharian untuk memulung. Pemulung yang seperti
ini biasanya disebut pemulung luar kota. Daerah-daerah untuk memulung bagi mereka yang memiliki gerobakbecak barang cenderung lebih jauh dan luas
Universitas Sumatera Utara
59
cakupannya, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk kembali ke rumah menjelang siang hari.
Namun terdapat juga pemulung yang memiliki becak barang hanya menyusuri daerah sekitar Kelurahan Helvetia Timur saja. Mereka menyusuri
tempat-tempat sampah dan pulang ke rumah pada siang hari atau menjelang sore hari.
Bagi pemulung cuaca juga menjadi penentu bagi pekerjaan mereka, jika hujan biasanya pemulung cenderung jarang bekerja, dan jika musim hujan tiba biasanya
mereka akan pulang lebih awal. Oleh karena itu dapat juga dikatakan musim hujan dapat menjadi salah satu faktor pendapatan mereka berkurang. Faktor lainnya
yang menyebabkan pendapatan mereka berkurang yaitu diantarnya minimnya fasilitas kerja. Bagi mereka yang memulung hanya dengan berjalan kaki dan
dengan alat seadanya , pendapatan mereka cenderung lebih rendah , namun lain hal nya bagi mereka yang memiliki pekerjaan sampingan.
Persaingan wilayah yang semakin tinggi antar sesama pemulung juga menjadi faktor rendahnya pendapatan. Sebagai pekerjaan yang dapat dikerjakan tanpa
modal jumlah pemulung semakin meningkat, akibatnya wilayah-wilayah untuk mencari barang bekas semakin berkurang dan berdampak pada menurunya
pendapatan. Belum lagi nilai barang bekas yang berbahan karton, plastik ataupun alumimum yang dapat bernilai ekonomi, mengakibatkan semakin sedikit
ketersediannya di tempat-tempat sampah. Karena sudah dapat bernilai ekonomi banyak orang yang telah menyimpan barang bekas dan menjualnya kembali. Hal
tersebut juga berpengaruh pada kehidupan ekonomi para pemulung. Hal tersebut juga menggambarkan persaingan untuk mendapatakan barang bekas bukan hanya
Universitas Sumatera Utara
60
dikalangan sesama pemulung saja. Maka dari itu untuk mengatasi masalah persaingan antar sesama pemulung, tak jarang mereka menyusuri daerah yang
lebih jauh lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi. Sebagai jenis pekerjaan non formal yang di pandang sebelah mata, kehidupan
serba kekurangan sangat melekat bagi pemulung. Mayoritas dalam keluarga pemulung utuh, keduanya mencari nafkah dengan memulung namun ada juga
yang salah satu pihak saja yang bekerja sebagi pemulung. Oleh karena itu tak jarang pemulung mengatasi masalah ekonomi dengan meminjam kepada teatngga
atau berhutang pada warung. Peserta FGD Pemulung keluarga utuh, menyatakan bahwa mereka hanya
melakukan pinjaman kepada tetangga dan berhutang pada warung ataupun rentenir. Bahkan dari keseluruhan peserta FGD terdapat hanya satu peserta yang
meninjam pada rentenir. Peserta lainnya mengaku bahwa mereka tidak sanggup untuk untuk meminjam kepada rentenir karena dikenakan bunga yang tinggi,
sehingga meminjam kepada tetangga dan warung adalah pilihan terbaik bagi mereka.
Bagi mereka tidak ada akses untuk meminjam ke Bank atau pun lembaga keuangan lainya seperti BPR, Koperasi, CU. Mereka menuturkan alasannya ialah
tidak adanya agunan yang dapat di jadikan jaminan. Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa asset lainya sangat mempengaruhi asset ekonomi. Terbatasnya
asset fisik berupa alat kerja yang minim mempengaruhi sedikitnya hasil memulung, begitu juga tidak adanya akses pinjaman modal ke Bank dan lembaga
keuangan lain karena tidak adanya asset fisik yang dapat dijadikan jaminan. Hal
Universitas Sumatera Utara
61
ini menjadikan mereka sulit untuk mengembangkan usaha karena keterbatasan modal. Sehingga tidak heran mereka tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.
3. Nature Capital Sumber Daya Alam