78
sampah akhir, seharusnya menjadi lahan yang tepat bagi pemulung untuk mengais rejeki, namun justru mereka tidak diperbolehkan masuk ke daerah Kontainer.
Adanya adanya individu dan kelompok penguasa bahkan atas kepemilikan sampah- sampah di Kontainer. Menurut penuturan Marida Siahaan 52 tahun
yang mengatakan: “ Kami para pemulung dilarang masuk dan mencari barang bekas
di Kontainer, karena kata petugas di sana semua sampah-sampah maupun barang bekas di tempat ini sudah ada orang-orang yang memiliki.
Sementara itu kalau mau mencari ke TPA jauh sekali, belum lagi lebih banyak pemulung di sana apalagi yang tinggal di daerah TPA itu.”
4. Kondisi AsetModal Fisik
Kondisi modalasset fisik dapat dilihat dari keberadaab Infrastruktur berupa fasilitas umum seperti fasilitas perhubungan yaitu jalan dan transportasi
umum sudah memadai di daerah ini. Begitu juga dengan fasilitas umum lainnya yaitu fasilitas pendidikan seperti sekolah, baik tingkat SD , SMP, maupun SMA.
Fasilitas kesehatan dan Kantor Kelurahan juga terdapat di aderah ini, dengan kondisi yang cukup memadai dan baik. Menurut penuturna peserta FGD terdapat
fasiltas kesehatan seperti puskemas yang berada di Helvitia Timur , begitu juga dengan Kantor Keluarahan.
Terkait fasilitas listrikpenerangan, terdapat akses listtrik di daerah ini walaupun terbatas dan kapasitas rendah bagi setiap rumah. Penerangan di
sepanjang lorong jalan tempat tinggal mereka juga sudah memadai . Akses air dari PAM Perusahaan Air Mimum belum masuk di dearah ini, mengingat daerah ini
termasuk jalur hijau. Karena merupakan jalur hijau, sehingga tidak ada ijin untuk mendapat akses air bersih dari Perusahan Air Minum PAM.
Universitas Sumatera Utara
79
Terkait kepemilikan rumah atau tempat tinggal 5 dari 12 peserta mengaku memiliki rumah sendiri, 4 mengontrak dan 3 diantarnya menumpang dengan
keluarga atau kerabat. Terkait falitas kerja 8 dari 12 pesreta mengaku tidak memiliki transportasi saat memulung yang artinya mereka memulung dengan
berjalan kaki, dan sisanya memiliki alat transportasi untuk memulung berupak gerobak becak ataupun gerobak motor.
Bagi mereka yang tidak memiliki tranportasi mereka hanya menyusuri wilayah-wilayah operasi untuk mencari barang bekas atau mengandalkan kerja
sama dengan sekolah. Terdapat salah satu pemulung orang tua tunggal yang dipercayai untuk mengangkut sampah-sampah di salah satu sekolah daerah
Inspeksi tersebut.
5. Kondisi Modal Sosial
ModalAsset Sosial pada pemulung dalam hal ini dilihat dalam wujud jejaring sosial atau keterikatan baik vertikal maupun horizontal. Selanjutanya
modal sosial dapat dilihat dalam wujud keanggotaan kelompok tertentu seperti kelompok agama, marga, lingkungan atau kelompok sesama pemulung, juga
dalam wujud hubungan timbal- balik berdasarkan kepercayaan, pertukaran ataupun kerja sama.
Modal sosial ini menempati posisi tertinggi , tentunya hal ini menyimpulkan bahwa modal sosialah yang paling diandalkan oleh pemulung
dalam melangsungkan hidup. Praktik Jejaring sosial pada pemulung dapat dilihat dari hubungan antara pemulung dan tokeh yaitu yang saling bergantung namun
tidak terikat. Saling bergantungnya hubungan mereka memperjelas adanya hubungan seperti patron dan klien hal tersebut terlihat dari tokeh membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
80
para pemulung sebagai pemasok barang bekas dan tanpa pemulung sulit unutk mengumpulkan barang bekas. Begitu juga dengan pemulung membutuhkan tokeh
sebagai tempat penolakan barang bekas. Tidak terikatnya hubungan antar pemulung dan tokeh terbukti dari,
kebebasan pemulung memilih tokeh sebagai tempat penolakan barang bekas. Pemulung bebas memilih tempat penolakan, biasanya pemulung akan memilih
tempat penolakan dengan harga jual tertinggi. Selain itu hubungan antar pemulung dan tokeh dapat dilihat dari kebersedian tokeh untuk meminjamkan uang untuk
modal kepada pemulung dengan catatan pemulung tersebut sudah lama berlangganan dengan tokeh itu sendiri.
Terkait praktik jejaring sosial lainnya yaitu hubungan antar pemulung, menurut pengakuan para peserta pemulung keluarga tunggal tidak ada jaringan
khusus bagi sesama pemulung. Pekerjaan mereka yang bersifat kompetitif mengharuskan mereka lebih memilih untuk mengupayakan usaha nya masing-
masing, namun tidak dalam hal berbagi informasi mengenai kondisi harga jual barang bekas.
Wujud modal sosial selanjutnya yaitu keanggotaan dalam kelompok tertentu. Perkumpulan agama yaitu gereja yang paling banyak dimasuki oleh ,
namun tidak dalam pekumpulan marga dari keseluruhan peserta hanya 4 keluarga yang tergabung dalam perkumpulan marga. Menurut pengakuan seluruh peserta di
daerah Inspeksi ini tidak ada organisasi atau perkumpulan sesama pemulung. Sebelumnya pernah ada penggagas pembentukan perkumpulan pemulung di
daerah tersebut namun sanietelah para pemulung dimintai investasi dana berupa
Universitas Sumatera Utara
81
iuran anggota, hingga saat ini perkumpulan para pemulung tersebut belum juga terbentuk.
Mereka berharap dengan adanya perkumpulan para pemulung tersebut dapat dijadikan wadah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan mereka . Lewat
keberadaan perkumpulan pemulung tersebut juga diharapkan pemerintah lebih dengan mudah menjangkau mereka agar dapat berdaya, seperti misalnya
pemberian modal untuk mengembangkan usaha mereka. Wujud Modal Sosial selanjutnya ialah Hubungan timbal balik yang ada
pada kehidupan para pemulung. Praktik hubungan timbale balik tersebut dapat dilihat dari adanya pertukaran informasi namun hanya seputar harga jual barang
bekas serta tempat penampungan yang mampu memberikan harga tinggi. Selain itu, praktik hubungan timbal balik yang terjadi berupa kebersedian sesama
pemulung untuk meminjamkan uang baik untuk modal ataupun kebutuhan sehari- hari. Biasanya salah satu pemulung akan meminjam uang kepada pemulung
lainnya dan satu kali nanti pemulung lainnya juga meminta pinjaman kepada pemulung tersebut. Hal tersebut bukan hanya terjadi pada sesama pemulung tetapi
juga pada tetangga sekitar yang bukan pemulung.
Universitas Sumatera Utara
82
4.3 Analisis Komparasi Pentagonal Aset Antara Keluarga Pemulung Orang Tua Utuh dan Orang Tua Tunggal
Bagan Aset Keluarga Pemulung O.T Utuh Bagan Aset Keluarga Pemulung O. T Tunggal
Bagan Komparasi Aset Antara Pemulung Keluarga Utuh dan Keluarga Tunggal
Keterangan: Diagram Asset Pemulung Keluarga Utuh
Diagram Asset Pemulung KeluargaTunggal 1. Asset Manusia Sumber Daya Alam
Berdasarakan hasil FGD yang telah dilakukan baik bersama pemulung keluarga utuh maupun pemulug keluarga tunggal
,memperlihatkan bahwa sumber daya manusia pada pemulung keluarga utuh menempati posisi lebih tinggi dibandingkan dengan sumber daya
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
1 2
3 4
5
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
SDA
E F
S SDM
1 2
3 4
5 1
2 4
5 1
2 3
4 5
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
SDA
E F
S SDM
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
1 2
3 4
5
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
SDA
E F
S SDM
Universitas Sumatera Utara
83
manusia pada pemulung keluarga tunggal. Sumber daya manusia pada keluarga utuh menempati posisi 3 sementara itu , pada pemulung keluarga
tunggal sumber manusia menenpati posisi pertama. Berdasarkan hasil FGD memperlihatkan bahwa indikator-indikator
yang terkait sumber daya alam rendah seperti riwayat pendidikan formal maupun non formal, ketrampilan, pekerjaan sampingan, serta pengetahuan
dan kemampuan mengolah hasil memulung cenderung belum memadai namun karena perbedaan persepsi membedakan juga keberadaan posisi
asset sumber daya manusia yang mereka miliki. Rendahnya tingkat pendidikan para pemulung mengakibatkan
rendahnya skillkemampuan yang dimiliki sehingga mengharuskan mereka memilih pekerjaan non formal seperti memulung. Pada umumnya masalah
keterbatasan ekonomi menjadi faktor utama rendahnya pendidikan yang mereka miliki , disusul dengan keterbatasn fisik, intelektual dan motivasi
diri, serta didapati nilai budaya patriarki dalam keluarga. Dari hal tersebut dapat dinilai bahwa adanya keterkaitan antara nilai budaya yang dianut
tehadap kualitas pendidikan, dan pendidikan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.
Rendahnya ketrampilan yang dimiliki pemulung baik untuk mencari pekerjaan sampingan maupun untuk mengolah barang hasil
memulung. Seperti siklus hidup yang mengakibatkan pemulung terjerat didalamnya. Rendahnya pendidikan baik formal mapun non formal yang
dimiliki mengakibatkan rendahnya pengetahuan dan ketrampilan mereka,
Universitas Sumatera Utara
84
akibatnya kemampuan mereka unutk mencari pekerjaan sampingan dan mengolah barang hasil memulung sangatlah terbatas.
Perbedaan posisi sumber daya manusia antara kedua kelompok keluarga pemulung diakibatkan oleh perbedaan persepsi yang mereka
miliki. Bagi pemulung keluarga utuh pendidikan tidak begitu penting, yang terpenting adalah produktivitas. Berbeda halnya dengan pemulung
keluarga tunggal gambaran hasil FGD yang memperlihatkan rendahnya pendidikan, tidak ada nya ketrampilan tertentu serta ketidakmampuan
mengolah barang hasil memulung, sehingga mereka member penilaian bahwa sumberdaya alam yang dimiliki pemulung keluarga tunggal adalah
rendah.
2. Asset Ekonomi