Kondisi Aset Fisik Analisis Pentagonal Aset Keluarga Pemulung Orang Tua Utuh

63 barang bekas karena seluruh sampah yang terdapat di sana sudah ada bagian-bagiannya yang memiliki. Tidak bisa sembarangan masuk ke tempat tersebut. Saya pernah pergi mencari sampah ke sana, tetapi sesaat saya mencari-cari sampah sesaat itu juga petugas dengan truk sampah nya mengejar-ngejar saya dan terpaksa saya pun pergi. Sejak saya itu saya tidak pernah lagi pergi ke Kontainer.” Dari penuturan salah satu peserta FGD diatas dapat diketahui bahwa dalam pencarian sampah dan barng bekas juga terdapat persaingan di dalamnya yaitu persaingan wilayah dalam mendapatkan sampah dan barang bekas. Barang bekas mengalami pergeseran nilai, kini barang bekas dapat bernilai ekonomi sehingga semakin banyak yang mencarinya. Semakin bernilai suatu barang maka akan semakin banyak peminatnya dan semakin sedikit ketersedianya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah satu peserta FGD, Rosmawaty Lubis 44tahun yang mengatakan: “Dulu masih lebih enak memulung dibandingkan dengan masa sekarang- sekarang ini. Dulu belum banyak orang tau barang bekas seperti karton, plastik bisa bernilai uang jadi belum banyak yang mencari. Kalau sekarang sudah semakin sulit mencarinya karena sudah banyak yang tahu barang bekas bernilai ekonomi, bahkan orang-orang kaya itu seperti “orang-orang Cina “ itu sekarang ini tidak mau membuang barang bekasnya yang berupa karton dan sebagianya yang bisa di jual. Bisa nanti kita lihat di tempat tokeh itu justru orang-orang Cina itu nanti yang banyak menjual barang bekas berupa karton-karton. Banyak nanti itu, uniknya pada naik mobil pribadi itu mengantarkan barang nya” Dari penuturan informan tersebut dapat diketahui bahwa pesaing mereka untuk menacari barang bekas bukan hanya sesama pemulung saja. Hal ini juga membuktikan bahwa mereka sebagai kelompok masyarakat yang termajinalkan, akan terasingkan bahkan selalu tergusur oleh kelompok masyarakat kelas atas.

4. Kondisi Aset Fisik

Asset modal fisik merupakan salah satu modal penunjang kehidupan masyarakat, asset tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya Universitas Sumatera Utara 64 meliputi infrastruktur, fasiltas umum, tempat tinggal, alat produksitransportasi, ketersedian listrik dan air bersih, sanitasi serta bantuan yang di terima dari pemerintah. Bantuan pemerintah dijadikan indikator terhadap assetmodal fisik pemulung, karena bantuan dari pemerintah turut berpengaruh pada kehidupan mereka sebagai masyarakat kurang mampu. Bedasarkan hasil FGD AsetModal Fisik pada pemulung kelurga utuh berada pada angka 3, hal tersebut dikarenakan beberapa hal berikut: yaitu terkait infrastruktur seperti kondisi jalan sudah memadai terbukti dengan jalan disekitar tempat tinggal mereka yang tidak berlubang serta mudah dijangkau dengan transportasi umum. Fasilitas umum seperti fasilitas pendidikan sudah tersedia SD,SMP dan SMA dengan kondisi yang cukup baik dan cukup mudah diakses. Fasilitas Kesehatan dan lembaga pemerintahan seperti Kantor Kelurahan yang dinilai peserta FGD cukup baik, namun mereka harusu cukup jauh untuk mengakses fasilitas kesehatan yang berada di dekat kantor Kelurahan Helvetia Timur. Terkait kondisi fasiltas listrik di tempat ini menurut peserta FGD, sudah terdapat akses listrik dan penerangan yang memadai di daerah ini walaupun setiap rumah kapasitas aliran listrik terbatas. Berbeda hal nya dengan akses air bersih, seluruh peserta FGD mengaku bahwa daerah ini belum mendapat akses air bersih dari PAM Perusahaan Air Minum. Untuk mengakses air bersih mereka harus membuat sumur. Terkait asset infrastrukturfisik berupa fasilitas kerja peserta FGD mengaku mayoritas dari mereka yaitu 7 dari 12 pesreta mengaku menacri barang bekas berjalan kaki dan hanya menggunakan alat sederhana seeperti goni. 4 dari Universitas Sumatera Utara 65 12 peserta menggunakan alat transportasi berupa “becak barang” dan 1 dari 12 peserta mengaku menggunakan sepeda untuk memulung. Terkait keberadaan tempat tinggalrumah 11 dari 12 peserta mengaku memiliki tempat tinggal sendiri yang hanya berupa hak pakai saja dan suatu saat dapat digusur. Dari 12 peserta hanya 1 keluarga yang mengontrak rumah, alasanya karena biaya mengontark rumah di daerah ini lebih murah dibanding daerah lainnya. Terkait kondisi sanitasi seluruh peserta mengaku saluran sanitasi rumah tangga mereka langsung dialirkan menuju sungai yang tepat berada di depan rumah mereka. Hal tersebut dikarenakan dengan alasan lebih mudah dan praktis serta tidak memerlukan biaya lebih, belum lagi keterbatasan lahan tempat tinggal mereka. Terkait bantuan dari pemerintah selaku masyarakat miskin mayoritas mereka menerima bantuan dari pemerintah seperti BPJS atau Kartu Sehat, bantuan Raskin beras miskin, BLT Bantuan Langsung Tunai dan juga kartu pintar. Terdapat juga peserta yang mengaku tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah karena ke tidak jelasan data. Menurut salah satu peserta Hadian Obaja 40 tahun : “ Keluarga kami berasal dari luar daerah Helvetia Timur dan pada saat pindah ke tempat ini, pendataan terkait bantuan pemerintah juga sudah dilakukan lama sebelum kami pindah ke tempat ini. Sehingga kami tidak terdata untuk mendapat bantuan, namun walaupun itu kami sudah mengurus kelengkapan data untuk kepentingan penerimaan bantuan hingg a kini tetap saja kami belum menerima bantuan jenis-jenis bantuan tersebut.” Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan salah satu peserta FGD lainnya, Dina Mariani 34 tahun : “ Sebelumnya saya tinggal di daerah Medan Barat, karena lahan tempat tinggal saya sekarang ini tidak memiliki ijin sehingga sulit bagi kami mendapat surat pindah kewargaan menjadi warga Medan Helvetia. Oleh karena itu hingga sekarang kami masih menjadi warga Medan Universitas Sumatera Utara 66 Barat, sementara itu unutk mendapat bantuan pemerintah di daerah ini harus memiliki KK Medan Helvetia Timur. Jadi sampai skarang kami terkendala untuk mendapat bantuan ” Dari pernyataan tersebut menggambarkan bahwa status daerah tempat tinggal mereka yang berada pada pemukiman liar tanpa ijin, berpengaruh pada terkendalanya mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah. Hal ini juga menggambarkan keterkaitan antara satu aset dengan aset yang lainnya. Keterbatasan ekonomi mereka mempengaruhi keberadaan asset fisik mereka berupa tempat tinggal dan akses mendapat bantuan dari pemerintah. Bantuan dana dari pemerintah cukup berpengaruh bagi kehidupan mereka , karena tidak dapat dipungkiri bantuan dari pemerintah banyak membantu ekonomi mereka. Bantuan dari pemerintah tersebut cukup mambantu biaya hidup mereka. Mereka cenderung bergantung pada bantuan tersebut hal ini diperkuat oleh salah satu peserta FGD, Rospitawati Simbolon 52 tahun yang mengatakan : “Bantuan pemerintah sangat membantu sekali lah bagi saya terutama, karena biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang banyak berkurang karena bantuan itu. Kalau bantuan itu terlambat datang saja udah was-was kami ini, ga tahu mau kemana lagi. Jika ada nanti isu bantuan terlambat datang udah heboh nanti satu kampung ini , sibuk cari pinjaman kalau tidak ya cari beras dan kebutuhan pokok yang paling murah nanti.”

5. Kondisi Asset Sosial