Tinja sebagai hasil buangan metabolisme tubuh manusia yang sarat dengan kuman penyebab penyakit, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber
kuman penyakit diare yang ditularkan kepada manusia lain melalui sumber air bersih yang terkontaminasi maupun melalui vektor pembawa penyakit seperti serangga dan
binatang pengganggu. Kuman-kuman penyakit yang bersumber dari tinja manusia dapat berupa virus, bakteri maupun parasit seperti Rotavirus, Shigella, Salmonella,
Escherichia coli, Compylobacter, Staphylococcus, Clostridium perfringens, Cryptosporidium, Giardiasis, Cholera dan Amoebiasis.
Hasil analisis yang dilakukan oleh Muhajirin 2007 dua faktor menunjukkan risiko anak balita dari keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik cukup
besar, yaitu 1,76 kali bila dibandingkan dengan anak balita dari kelurga yang menggunakan kakus yang dilengkapi tangki septik. Dalam analisis beberapa faktor
hubungan jenis kakus ini tetap bermakna OR=1,73, dengan demikian penggunaan kakus yang dilengkapi dengan tanglu septik ini perlu diupayakan mengingat
pentingnya faktor ini dalam menekan kejadian diare, sebelum perpipaan dan unit pengolahan air kotor dapat dibangun.
5.1.6. Kejadian Diare Pada Balita Responden
Hasil penelitian dari 50 responden di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan. Responden dengan kategori kejadian diare pada balita
yang paling banyak berada pada kategori Tidak diare yaitu sebanyak 41 orang
82,0 dan pada ketegori diare yaitu sebanyak 9 orang 18,0. Secara teoritis penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya 3 hari perhari diserati
Universitas Sumatera Utara
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dengan episode lebih dari 1
–2 kali dalam satu tahun Suraatmaja, 2007 dan penularan penyakit diare pada balita melalui jalur fecal oral terutama karena menelan
makanan yang terkontaminasi, kontak dengan tangan yang terkontaminasi, tidak memadainya penyediaan air bersih, kekurangan sarana kebersihan dan pencemaraan
air, penyiapan dan penyimpanan makanan tidak secara semestinya, tindakan penyapihan yang jelek sehingga untuk mencegah terjadinya diare dapat dilakukan
upaya pencegahan diantaranya kebersihan perorangan pada anak, membiasakan anak defekasi dijamban, Kebersihan lingkungan untuk menghindari penyakit, makanan
harus tertutup dan bersih, penyediaan makanan yang hygienis dalam pengolahan makanan Ngastiyah, 2005.
Pada penelitian Yusiana 2013 didapatkan kejadian diare pada balita dalam satu tahun mempunyai rata
–rata 2,8 kali yang menurut peneliti setiap ibu tidak mempunyai pola hygiene yang tidak baik yang terjadi pada 23 responden sehingga
banyak makanan yang tidak hygiene yang menyebabkan makanan terkontaminasi dan tertelan oleh balita sehingga banyak balita yang menderita penyakit diare yang
berasal dari faktor makanan karena pada ibu mempunyai pola hygiene yang tidak baik yang dapat mempengaruhi kesehatan balita.
Diare ada yang akut dan ada juga yang kronis. Diare akut merupakan kejadian diare dengan awal yang mendadak pada seseorang yang sebelumnya dalam keadaan
sehat. Kejadian ini paling sering disebabkan oleh peradangan akut usus akibat infeksi bakteri, virus maupun parasit. Diare kronis merupakan kejadian diare dengan awal
Universitas Sumatera Utara
yang berangsur-angsur dan bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, baik dalam bentuk serangan diare yang terus-menerus atau hilang timbul.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengantanpa darah danatau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Mansjoer, 2005. Kejadian diare ini dilihat dari kejadian diare yang dialami oleh
anak todler dalam satu bulan terakhir. Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak
di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada
anak penderita diare. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia,
radang tenggorokan, dan otitis media. Purwidiana, Anjar, 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadia diare tidak terlepas jauh dari kondisi sosial ekonomi
yang ada disekitarnya. Karena banyak berkaitan dengan penyakit infeksi, yang mana pada umumnya penyakit infeksi banyak menduduki peringkat pertama didunia
berkembang. Pencegahan penyakit diare yang berasal dari makanan dapat dilakukan dengan
memperhatikan pola hygiene perorangan yang bertujuan untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan dan juga meningkatkan kesehatan individu
agar dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene perorangan harus diperhatikan
yang salah satunya adalah tingkat pengetahuan yaitu pengetahuan hygiene perorangan
Universitas Sumatera Utara
sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan tetapi berbekal pengetahuan tidak cukup karena kedewasaan seseorang akan memberi
pengaruh tertentu pada kualitas orang tersebut karena pengetahuan penting dalam meningkatkan status kesehatan individu Wartonah, 2006.
Balita dengan fungsi sistem organnya belum maksimal sehingga menybebabkan pembentukan imunitas yang belum sempurna serta mempunyai sifat
yang masih rentan terhadap penyakit diare, sehingga mudah sekali terjadi gangguan dan keluhan keluhan misalnya gangguan motilitas usus dimana hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare dan apabila ketahanan tubuh mereka yang lemah dapat menyebabkan
penyakit mudah masuk ke tubuh mereka. Maka dapat disimpulkan bahwa anak balita yang tidak mengalami diare
jarang lebih tinggi dari pada yang mengalami diare sering. Bisa disimpulkan bahwa kemampuan ibu dalam merawat anak balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Asahan sudah baik.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Analisis Bivariat 5.2.1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Diare Pada Balita