5.2.4. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare Pada Balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita p=0,001.
Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan pola hygiene ibu dengan frekuensi kejadian diare pada balita di Desa Sei Dua Hulu. Hal ini disebabkan karena
responden mempunyai pola hygiene ibu yang baik dengan rata –rata kejadian diare
yang rendah pula, jika responden memiliki pola hygiene ibu yang baik maka seseorang itu akan bersikap baik pula pada balita karena kebiasaan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi hygiene perorangan. Salah satu perilaku hidup bersih yang umum dilakukan ibu adalah mencuci
tangan sebelum memberikan makan pada anaknya. perilaku cuci tangan ibu yang tidak memenuhi syarat higiene berpotensi untuk meningkatkan risiko terjadinya diare
akut pada balita. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusiana 2013
yang menyatakan bahwa ada hubungan pola hygiene ibu dengan frekuensi kejadian diare pada balita di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri, dengan correlation
coefficient menunjukkan hubungan antar variabel berbanding terbalik dengan nilai correlation coefficient -749 yang artinya mempunyai hubungan yang kuat yaitu
apabila pola hygiene ibu baik maka kejadian diare akan turun dan juga sebaliknya apabila pola hygiene ibu buruk maka kejadian diare akan naik.
Berdasarkan hasil penelitian Muhajirin 2007 diketahui bahwa praktek personal hygiene responden baik yang menderita diare ada 36,7 sedangkan yang
mempunyai praktek personal hygiene responden kurang yang menderita diare ada
Universitas Sumatera Utara
63,3. Ada perbedaan praktek personal higiene dengan kejadian diare pada anak balita OR = 2,983 dan bermakna secara statistik, nilai p = 0,006 begitu juga dengan
hasil analisis secara multivariate juga mendapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p = 0,001.
Hasil penelitian ini sama dengan pendapat dari Dirjen PPM PLP dalam bukunya materi program P2 diare pada pelatihan P2ML terpadu bagi dokter
Puskesmas bahwa Personal hygiene adalah langkah pertama untuk hidup lebih sehat. Dasar kebersihan adalah pengetahuan. Banyak masalah kesehatan yang timbul akibat
kelalian kita, tetapi standar hygiene dapat mengontrol kondisi ini. Personal hygiene mencakup praktek kesehatan seperti mandi, keramas, menggosok gigi, dan memcuci
pakaian. Memelihara personal hygiene yang baik membantu mencegah infeksi dengan membuang kuman atau bakteri yang hidup di permukaan kulit. Faktor
perilaku mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan menurunkan angka kejadian diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan mempunyai risiko 1,88 kali
lebih besar akan menderita diare dibanding yang mencuci tangan. Mencuci tangan dapat menurunkan risiko terkena diare sebesar 47. Depkes RI, 1993
Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Prayitno 2005 yang menunjukkan bahwa penyakit diare banyak dipengaruhi sekitar 53 oleh berbagai
faktor diantaranya factor kebersihan perorangan, kondisi sanitasi, kesehatan lingkungan, keadaan gizi masyarakat maupun status imunisasi. Kejadian diare di
wilayah Puskesmas Plupuh 2 untuk tahun 2003 sebanyak 784 kasus. 194 kasus diantaranya menyerang anak usia balita. merupakan 2 desa yang fasilitas kesehatan
lingkungannya masih kurang dan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
Universitas Sumatera Utara
tentang pentingnya personal hygiene sebagai salah satu upaya dalam pencegahan penyakit diare. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor
personal hygiene dan Fasilitas Sanitasi dengan kejadian diare pada anak umur 2-5 tahun di wilayah Puskesmas Plupuh 2. Penelitian dilasanakan pada bulan Februari
2005,lingkup sasaran dalam penelitian ini adalah anak berumur 2-5 tahun. Dalam penelitiannya Prayitno 200 juga menyatakan bahwa personal hygiene dari
ibukeluarga yang tidak baik dapat menyebabkan kejadian diare pada anak umur 2-5 tahun namun fasilitas sanitasi tidak ada hubungan dengan kejadian diare pada anak
umur 2-5 tahun. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu lebih mengintensifkan penyuluhan
kelompok, utamanya di Posyandu-Posyandu untuk lebih meningkatkan pengetahuan ibu balita maupun kader Posyandu di dalam kaitannya dengan personal hygiene
dalam pencegahan penyakit diare. Dari hasil penelitian disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan khususnya bagi ibu yang mempunyai bayi
tentang diare, penyebab dan penanggulangannya, serta untuk masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan pola asuh anak dan perilaku hidup sehat.
5.2.5. Hubungan Kondisi Sanitasi Jamban dengan Kejadian Diare Pada Balita