Sementara itu menurut Josep Soemardi 1999 pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit
penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika. Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena
jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang itdak dikelola dengan baik.
Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam
peningkatan sanitasi jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja. Adapun bagian-bagian dari sanitasi pembuangan tinja adalah sebagai berikut
Kumoro, 1998
1. Rumah Kakus
Rumah kakus mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya aman. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika.
Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.
2. Lantai Kakus
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga
disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.
3. Tempat Duduk Kakus
Melihat fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jadi tempat
Universitas Sumatera Utara
pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat Simanjuntak P, 1999.
4. Kecukupan Air Bersih
Untuk menjaga keindahan jamban dari pandangan estetika, jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung sampai kotoran tidak mengapung di lubang jamban atau
closet .Tujuan menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih selain itu kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga mencegah penyakit
menular.
5. Tersedia Alat Pembersih
Alat pembersih adalah bahan yang ada di rumah kakus didekat jamban. Jenis alat pembersih ini yaitu sikat, bros, sapu, tissu dan lainnya. Tujuan alat pembersih ini
agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin.
6. Tempat Penampungan Tinja
Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat mengumpulkan kotorantinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhana
berupa lobang tanah saja.
7. Saluran Peresapan
Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur kotorantinja.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Jenis Jamban Keluarga
Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang
tercukupi dan berada di dalam rumah. Jambankakus dapat dibedakan atas beberapa macam Azwar,1990 :
1. Jamban cubluk Pit Privy adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan
penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan menotori
air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter Mashuri, 1994. 2.
Jamban Empang Overhung Latrine, Adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar
begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam. 3.
Jamban Kimia Chemical Toilet, Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang
dan lain-lain. Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai kertas tissue toilet paper. Jamban kimia sifatnya
sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu di buang lagi.Jamban kimia ada dua macam, yaitu :
a. Tipe lemari commode type
b. Tipe tangki tank type
Universitas Sumatera Utara
4. Jamban Leher Angsa Angsa Trine, Jamban leher angsa adalah jamban leher
lubaang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-
binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan Warsito, 1996.
2.3.3. Syarat Jamban Sehat
Menurut Depkes RI 2004, jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air minum. 2.
Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. 3.
Cukup luas dan landaimiring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan
7. Lantai kedap air
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih.
Sedangkan menurut Menurut Depkes RI 2007, jamban yang memenuhi syarat adalah:
1. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air permukaan
2. Cukup terang
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak menjadi sarang serangga nyamuk, lalat, lipan, dan kecoa
4. Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
5. Cukup lobang angin.
6. Tidak menimbulkan kecelakaan.
2.3.4. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
2.3.5. Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut:
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3. Tidak ada sampah berserakanan
4. Rumah jamban dalam keadaan baik
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7. Tersedia alat pembersih
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki
Universitas Sumatera Utara
Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapt dilakukan dengan :
1. air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember
2. sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak bau
dan mengundang lalat. 3.
lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak membahayakan pemakai.
4. tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban.
5. tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja
Kemudian menurut Menurut Depkes RI 2007, dalam menjaga jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:
1. Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur
2. Bersihkan jamban secara rutin
3. Cuci dan bersihkan tempat duduk jika ada dengan menggunakan sabun dan air
bersih 4.
Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu 5.
Jangan membuang sampah di lantai 6.
Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan 7.
Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya 8.
Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat 9.
Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar 10.
Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Transmisi Penyakit dari Tinja
Tinja manusia ialah buangan padat yang kotor dan bau juga media media penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme
pathogen yang dibawa air, makanan, lalat menjadi penyakit seperti : salmonella, vibriokolera, amuba, virus, cacing, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dll. Kotoran
mengandung agen infeksi masuk ke saluran pencernaan. Warsito, 1996. Terjadinya penularan penyakit dari tinja manusia adalah karena pembuangan
tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan, karena tinja mengandung mikro organisme bibit penyakit seperti : vibrio, cholera, amuba, salmonella, virus dan
infeksi cacing. Organisme penyebab penyakit dikelompokkan 4 bagian : virus, bakteri, protozoa, cacing Hartoyo Kusnoputranto, 1997
Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan penduduk bisa langsung dan tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi insiden penyakit yang
ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera, disentri, typus, dan sebagainya. Efek tidak langsung dari pembuangan tinja berkaitan dengan komponen
sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi higiene lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dan mengurangi pencemaran tinja
manusia pada sumber air minum penduduk. Kusnoputranto, 1997. Hubungan penularan penyakit dari tinja ke manusia dalam hal ini dibagi dua,
yaitu : 1.
Hubungan langsung Hubungan ini terjadi melalui kontak langsung antara manusia dengan tinja.
Hal ini dapat terjadi apabila manusia menginjak tinjakotoran manusia yang
Universitas Sumatera Utara
mengandung larva cacing cacing tambang maka larva tersebutakan menembus kulit kaki dan masuk ke tubuh manusia kemudian akan tumbuh menjadi cacing dewasa
dalam tubuh manusia. 2.
Hubungan tidak langsung Hubungan ini terjadi melalui media perantara seperti : air, tangan, antropoda,
dan tanah sehingga mengkontaminasi makananminuman lalu masuk ke tubuh manusia yang sehat.
Penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.
Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia.
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain
air , tangan, seranggaa, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan arnstein dalam Wagner Lanoix, 1958 dalam buku M. Soeparman dan Suparmin
2002, terjadinya proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut : 1.
kuman penyebab penyakit; 2.
sumber infeksi reservoir dari kuman penyebab; 3.
cara keluar dari sumber; 4.
cara berpindah dari sumber ke inang host baru yang potensial; 5.
cara masuk ke inang yang baru; 6.
inang yang peka susceptible
Universitas Sumatera Utara
Menurut Depkes RI 2004, jalur penularan penyakit dari tinja atau kotoran manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit dapat
digambarkan sebagai berikut: 1.
Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari tangan, air,
tanah, atau dapat menempel pada lalat dan serangga lainnya yang menghinggapinya.
2. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya makanan
tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum oleh manusia. 3.
Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia selanjutnya dapat mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan, demikian juga yang
telah tercemar dapat langsung kontak dengan mulut. 4.
Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalatserangga kuman penyakit dapat
mencemari makanan yang kemudian dimakan oleh manusia. 5.
Melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap dimakanan yang kemudian dimakan oleh manusia.
6. Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak baiknya sarana
pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat di mana tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak langsung dengan
mulut manusia.
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis Penyakit yang disebabkan Melalui Tinja yaitu : 1.
Virus dalam Ekskreta Banyak sekali jenis virus yang dapat menginfeksi saluran pencernaan dan
keluar bersama-sama dengan tinja, yang kemudian dapat menginfeksi penderita lain baik melalui mulut maupun inhalasi.
Lima kelompok dari virus patogen adalah adenovirus, enterovirus termasuk poliovirus, Hepatitis A virus, Reovirus dan Virus penyebab diare terutama
Rotavirus. Infeksi dengan semua virus di atas terutama pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala klinis. Infeksi virus dapat menyerypai influenza ringan,
meningitis virus, atau paralytic poliomyelitis yang mungkin dapat mengakibatkan cacat atau kematian Hartoyo Kusnoputranto, 1997
2. Bakteri dala Ekskreta
Pada keadaan-keadaan tertentu beberapa jenis bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit seperti yang disebabkan oleh bakteri-bakteri patogen atau
potensial patogen antara lain E-coli patogen, salmonella typhis, shigella spp, vibrio cholerae, dan lain-lain. Pada umumnya bakteri-bakteri tersebut masuk ke penjamu
baru melalui mulut air, makanan, tangan, atau kotoran atau melalui mata setelah menggosok mata dengan tangan yang tinja dan hal ini memungkinkan penyebaran
infeksi ke penjamu. 3.
Protozoa dalam Ekskreta Berbagai macam spesies dari protozoa dapat menginfeksi manusia dan
menyebabkan penyakit. Beberapa spesies di antaranya yang terdapat di dalam saluran pencernaan dari manusia maupun hewan lainnya, dapat menyebabkan diare atau
Universitas Sumatera Utara
disentri. Bentuk infeksi dari protozoa seringkali melewai tinja dalam bentuk kista dan manusia dapat terinfeski bila menelannya. Hanya ada 3 spesies dari protozoa khusus
manusia yang sering kali bersifat patogen Tabel 2.1
Tabel 2.1. Protozoa dalam Tinja No
Protozoa Penyakit
Reservoir
1 Balantidium
Diare, disentri dan tukak colon
Manusia dan binatang babi dan tikus
2 Entamoeba histolityca Tukak colon, disentri amuba
dan abses hati Manusia
3 Giardia lamblia
Diare dan malabsorbsi Manusia dan binatang
Sumber Hartoyo Kusnoputranto, Air Limbah dan Ekskreta Manusi, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dep. P K, 1997
4.
Cacing dalam Tinja Berbagai macam spesies dari cacing mempunyai penjamu manusia, bebrapa di
antaranya dapat menyebabkan penyakit yang berat maupun pada umumnya gejala atau bila hanya ringan.
Tabel 2.2. Cacing Patogen dalam Tinja No
Cacing Penyakit
Transmisi Distribusi
1 Ancylostoma
duodenale Ancylostonilasis Manusia-tanah-
manusia Terutama
di iklim tropis dan
basah 2
Ascaris lumbricoides
Ascariasis Manusia-tanah-
manusia Di seluruh dunia
3 Schistosoma
japanicum Schistosomiasis
Manusia hewan siput-air-
manusia Asia tenggara
4 Taenia saginata
Taeniasis Manusia-sapi-
manusia Di seluruh dunia
5 Taenia solium
Taeniasis Manusia-babi-
manusia Di seluruh dunia
6 Trichuris trichuria
Trichuriasis Manusia-tanah
manusia Di seluruh dunia
Sumber Hartoyo Kusnoputranto, Air Limbah dan Ekskreta Manusi, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dep. P K, 1997
Universitas Sumatera Utara
Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempat, selain faktor fisiologis, juga budaya dan kepercayaan. Ada perbedaan dari sisi tinja yang
dihasilkan oleh sebagian kalangan masyarakat. Isi dan komposisi tinja tergantung tergantung dari beberapa faktor yaitu diet, iklim dan status kesehatan. Sukarni, 1994
Gambar 2.1 Transmisi penyakit melalui tinja
Sumber : H.M. Soeparman Suparmin, 2002 Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa sumber terjadinya penyakit
adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban
merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai penularan penyakit.
Tinja Sumber
Infeksi Air
Tangan
SeranggaTikus
Tanah Makanan,
Susu, Sayuran
Inang baru
Mati
Sakit
Cacat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Pemutusan Transmisi penyakit melalui tinja
Sumber : H.M. Soeparman Suparmin, 2002 1.
Akibat mata rantai penyakit oleh tinja perlu dilakukan tindakan pencegahan agar penyakit tidak menular. Pencegahan itu memutuskan mata rantai penyakit
menggunakan rintangan sanitasi dan mengisolasi tinja dengan jamban yang saniter. Rintangan sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber
infeksi pada air. Tangan dan serangga. Soemardji, 1999.
2.4. Diare 2.4.1. Pengertian Diare
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari 3 tiga kali atau lebih dari 1 satu hari Pusat Informasi Penyakit Infeksi 2007.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya 3 kali sehari disertai dengan perubahan konsistensi tinja
Tinja Sumber
Infeksi R
I N
T A
N G
A N
S A
N I
T A
S I
AIR
TANGAN
MAKANAN Pejamu
Terlindung
Universitas Sumatera Utara
menjadi cair atau lembek, dengan tanpa darah dan atau lendir Suraatmaja, 2010. Pada feses dapat dijumpai darah, lender atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual,
muntah, mulas, nyeri abdominal, demam dan tanda-tanda dehidrasi Zein, 2011. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Faktor-faktor risiko yang menimbulkan diare antara lain sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat, pembuangan tinja termasuk tinja bayi yang tidak memenuhi
syarat serta penggelolaan sampah yang merupakan tempat hidup mikroorganisme pathogen. Faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare DirjenPPMN-PLP, 2000.
2.4.2. Klasifikasi Diare
Menurut Suraatmaja 2010, penyakit diare dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu diare akut dan diare kronik
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14 hari .
b. Diare Kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih 14 hari, dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa
diare tersebut. Diare kronik kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain
1. Diare persisten , yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi.
Universitas Sumatera Utara
2. Protracted diare, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu 14 hari
dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari. 3.
Diare intraktabel, merupakan diare yang dalam waktu singkat misalnya 1-3 bulan dapat timbul berulang kali.
4. Prolonged diare, adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
5. Chronic non Spesific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu
tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorpsi.
Secara etiologi diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, alergi, reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah
adalah pembagian diare berdasarkan proses patofisiologis enteric infection, yaitu membagi diare atas mekanisme inflammatory, non inflammatory dan penetrating
Zein, 2011. 1.
Inflamatory diarrhea akibat invasi dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah sering disebut juga
Bloody diarrhea. Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mual sampai nyeri, mual, muntah, demam, serta gejala dan
tanda dehidrasi. Mikroorganisme penyebab diare ini seperti, E.histolytica, Shigella, Entero Invasive E.coli EIEC, C.difficile, dan C.jejuni.
2. Non Inlamatory diarrhea adalah kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal, proses diare addalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut watery
diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
Universitas Sumatera Utara
namun gejala dan tanda dehidrasi ceppat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Mikroorganisme penyebab adalah V.cholerae,
Enterotoxigenic.coli, salmonella. 3.
Penetrating diarrhea, lokasi pada bagian usus distal usus halus. Penyakit ini desebut juga Enteric fever, Chronic septicemia, dengan gejala klinis diare
disertai demam. Mikroorganisme penyebab adalah S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteriditis dan C.fetus.
Dari sudut pandang klinis praktis, diare dapat dibedakan menjadi 6 gejala klinik, yaitu :
1. Diare ringan diatasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri dari air,
glukosa dan elektrolit, sedangkan etiologi spesifik tidak terlalu penting dalam penatalaksanaan
2. Diare berdarah disentri disebabkan oleh mikroorganisme seperti shigella, E.coli
dan beberapa mikroorganisme tertentu. 3.
Diare persisten, berlangsung paling sedikit selama 14 hari 4.
Diare berat, seperti pada cholera 5.
Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus gastroenterides,
diare karena
toksin, seperti
yang disebabkan
oleh Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, atau Cl.perferingens, dan
6. Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung banyak darah tetapi tanpa
demam atau fekal lekositosis.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Gejala dan Tanda Diare
Menurut Zein 2011, penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.
a. Diare akibat infeksi
Diare infeksi dapat disebabkan oleh : 1. Virus
Virus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak 70 – 80 . Beberapa
virus penyebab diare adalah a
Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia. Serotype 3 dan 4 terdapat pada hewan dan manusia. Dan serotype 5, 6 dan 7 hanya didapati pada hewan.
b Norwalk virus ; dapat terdapat pada semua usia, umumnya akibat foodborne atau
waterborne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan dari orang ke orang. c
Astrovirus, dapat dijumpai pada anak-anak dan dewasa d
Adenovirus tipe 40, 41 e
Small bowel structured virus f
Cytomegalovirus 2. Bakteri
Beberapa bakteri penyebab diare adalah : a
Enterotoxigenic E.coli ETEC Bakteri ini mempunyai dua virulensi yang penting, yaitu faktor kolonisasai
yang menyebabkan bakteri ini melekat pada eritrosit pada usus halus, dan enterotoksin heat labile HL dan heat stabile ST yang menyebabkan sekresi cairan
Universitas Sumatera Utara
dan eletrolit yang menghailkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush border atau menginvasi mukosa.
b Enterophatogenic E.coli EPEC
Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan bakteri ini belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbs dan aktifitas disakaridase.
c Enteroaggregative E.coli EAggEC
Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Begaimana terjadinya diare oleh bakteri ini belum
jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan. d
Enteroinvasisve E.coli EIEC Bakteri ini secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella. Seperti
shigella, bakteri EIEC dapat melakukan penetrasi dan multifikasi di dalam sel epitel kolon.
e Enterohemorrhagic E.coli EHEC
EHEC mampu memroduksi verocytoxin VT 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang dapat menimbulkan edema dan pendarahan diffuse di kolon.
Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic syndrome. f
Shigella spp. Bakteri Shigella dapat menginvasi dan melakukan multifikasi di dalam sel
epitel kolon, sehingga menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Kuman Shigella jarang masuk kedalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk :
Universitas Sumatera Utara
smooth lipopolysaccharide sel wall antigen yang mempunyai aktivitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin Shiga toxin dan Shiga-like toxin yang
bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea. g
Campylobacter jajuni helicobacter jejuni Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan unggas, anjing,
kucing, domba dan babi atau dengan feses hewan melalui kontak makanan yang terkontaminasi seperi daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar
melalui kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang
dihasilkannya, yiatu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
h Vibrio cholera 01 dan V.cholerae 0139
Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat menularkan kolera. Penularan melalui orang ke orang jarang terjadi. V. cholera
melekat dan berkembangbiak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enteroktoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-
labile toxin LT dari ETEC. Terkahir ditemukan bahwa adanya enterotoksin yang lain yang memunyai karakterik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin
ACE dan zonular occludens toxin ZOT. Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.
i Salmonella non thypoi
Universitas Sumatera Utara
Bakteri salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotksin yang dihasilkan dapat menyebabkan diare bila terjadi kerusakan pada mukosa yang
menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea. 3. Protozoa
Ada beberapa jenis protozoa yang dapat menyebabkan diare, yaitu : a
Gradia lamblia Parasit ini dapat menginfeksi usus halus. Mekanisme patogenasisnya belum
jelas, tapi dipercayai memengaruhi absorbs dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host- parasit dipengaruhi oleh umur,
status nutrisi, endemisitas dan status imun. Di daerah dengan endemisitas yang tinggi, gradiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau malabsorbsi.
Di daerah dengan endemisitas yang rendah dapat terjadi wabah dalam 5-8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mula, nyeri epigastrik dan
anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan fatty stools, nyeri perut dan gembung.
b Entamoeba histolytica
Prevalensi disentri amoeba ini bervariasi, namun penyebarannya dapat terjadi di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur ,dan terutama
pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90 infeksi asimtomatik yang disebabkan E.histolytica non patogenik E.dispar. Amebiasis yang simtomatik dapat berupa
diare yang ringan dan persisten samapai disentri yang fulminant. c
Cryptosporidium
Universitas Sumatera Utara
Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis terjadi 5-15 dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan pada anakyang lebih besar
serta dewasa gejalanya bersifat asimtomatik. Gejala klinis berupa diare akut dengantipe watery diarrhea ringan dan biasanya self-llimited. Pada penderita dengan
gangguan system kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis disease merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten
terhadap beberapa jenis antibiotic. d
Microsporidium spp e
Isospora belli f
Cyclospora cayatanensis
2.4.4. Pencegahan Diare
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare. Faktor pendorong tersebut terdiri dari faktor agent
penjamu, faktor lingkungan dan faktor perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare tersebut diantaranya adalah tidak
mendapatkan ASI selama dua tahun pada balita, kurang gizi, penyakit campak dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan dan perilaku yang paling dominan dapat
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap diare diantaranya adalah tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, pembuangan tinja tidak
higenis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya Depkes, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare yang sudah dipaparkan di atas, berikut ini
pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI 2006 :
1. Pemberian ASI