9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare 2.1.1 Definisi Diare
Diare adalah gangguan buang air besarBAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan
atau lendir Riskesdas, 2013. Dalam buku ajar Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita 2013,
dituliskan pengertian diare sebagai pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefenisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali buang air besar. Ketika diare, pada feses balita dapat dijumpai darah, lendir atau pus.
Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, mulas, nyeri abdominal, demam dan tanda-tanda dehidrasi Zein, 2011.
2.1.2 Penyebab Diare
Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh organisme renik seperti bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter,
Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada anak. Kolera merupakan salah satu contoh kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan penyebabkan kematian utama pada
Universitas Sumatera Utara
anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang disebabkan oleh kolera terjadi pada orang dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar.
Diare cair pada anak sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus , V. cholera dan E.coli. Diare berdarah paling sering disebabkan oleh Shigella WHO,
2009. Sedangkan diare cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak disebabkan oleh infeksi rotavirus.
Selain itu, diare juga dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologi Dewi, 2013.
1. Infeksi
a. Eteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utama terjadinya diare. Infeksi eteral meliputi: - Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. - Infeksi Virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis,
adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya. - Infeksi Parasit : cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan Strongylodies,
protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas hominis, serta jamur Candida albicans.
b. Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Malabsorbsi a. Karbohidrat : disakarida intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa serta
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
b. Lemak. c. Protein.
3. Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi. 4. Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas.
Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan diare, yaitu defisiensi imunitas, measles, malnutrisi, dan pemberian ASI eksklusif yang
singkat serta tidak memadainya penyedian air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik Subagyo, 2012.
Menurut Suharyono 2008 faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya diare, yaitu:
1. Faktor gizi
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami.
2. Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih.
Penggunaan botol susu pada anak-anak usia 6-24 bulan juga dapat menyebabkan penyakit diare. Meneruskan pemberian ASI, menghindari
pemberian susu botol, perhatian penuh terhadap hygiene makanan anak dapat
Universitas Sumatera Utara
mencegah serangan diare pada anak. Serangan diare pada usia ini berpengaruh sangat buruk pada pertumbuhan anak dan dapat menyebabkan
malnutrisi, walaupun demikian anak-anak yang minum ASI juga dapat terserang diare. Hal ini dapat disebabkan oleh karena puting susu ibu yang
tidak bersih, untuk itu ibu yang masih menyusui perlu menjaga kebersihan puting susu.
3. Faktor sosial ekonomi
Hal ini mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari
keluarga dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan,
pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu, faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare. 4.
Faktor lingkungan Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap terjadinya
diare. Interaksi antara agent penyakit, tuan rumah manusia dan faktor- faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam
penanggulangan diare. Peranan faktor lingkungan air, makanan, lalat dan serangga lain, enterobakteri, parasit usus, virus, jamur dan beberapa zat
kimia secara klasik telah dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pembagian Diare