cukup untuk mencuci botol susu balita dengan air yang mengalir dan sabun serta mensterilkan botol susu dengan air panas sebelum digunakan.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Nurfadhila 2014 tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hiegene Ibu dengan Kejadian Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Kota Palembang Tahun 2014 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistic antara
kebiasaan penggunaan botol susu dengan kejadian diare pada balita p = 0,031. Mencuci dan mensterilkan botol susu penting dilakukan untuk membunuh
semua kuman yang ada. Dalam satu hari kuman bias mencapai jumlah jutaan dalam susu yang tidak steril sehingga dapat membahayakan kesehatan
Suryabudhi, 2000.
5.3.4 Hubungan antara Kebersihan Peralatan Makanan dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan chi square diperoleh nilai p = 0,915 lebih besar dari nilai
∝
= 0,05, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan peralatan makanan dengan kejadian penyakit diare.
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden mencuci peralatan makanan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Sebagian besar responden
mencuci peralatan makanan dengan air yang mengalir. Namun ada beberapa responden yang mencuci peralatan makanan dengan menggunakan air yang tidak
mengalir yaitu air yang ditampung diember. Lebih dari setengah responden peralatan makanan yang sudah bersih disimpan tidak disimpan di tempat yang
Universitas Sumatera Utara
tertutup, sehingga memungkinkan kontaminasi peralatan makanan dengan kuman patogen yang dapat menyebabkan diare pada balita.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Nurfadhila 2014 tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hiegene Ibu dengan Kejadian Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Hilir Kota Palembang Tahun 2014 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
kebiasaan mencuci peralatan makanan dengan kejadian diare pada balita p = 0,024.
Setiap peralatan makanan harus dicuci dengan air yang mengalir dan menggunakan detergen atau bila menggunakan ember harus sering diganti airnya,
peralatan yang sudah bersih harus disimpan ditempat yang tertutup dan tidak memungkinkan terjadinya pencemaran, dan demikian pula lap harus sering diganti
agar tidak terjadi pencemaran ulang lap yang kotor pada peralatan yang sudah bersih Depkes RI, 2006.
5.3.5 Hubungan antara Kebersihan Bahan Makanan dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan chi square diperoleh nilai p = 0,668 lebih besar dari nilai
∝
= 0,05, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan bahan makanan dengan kejadian penyakit diare.
Berdasarkan hasil penelitian seluruh responden mempunyai kebiasaan yang baik untuk mencuci bahan makanan dengan menggunakan air bersih
sebelum diolah dan dikonsumsi dan bahan makanan yang sudah bersih disimpan di tempat yang tertutup, seperti di dalam lemari pendingin.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurfadhila 2014 tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hiegene Ibu dengan Kejadian Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Kota Palembang Tahun 2014 yang menunjukkan terdapat tidak hubungan yang bermakna secara statistik antara
kebiasaan mencuci bahan makanan dengan kejadian diare pada balita p = 0,263 dengan OR = 2,23.
Buah dan sayur serta bahan makanan lain yang dikonsumsi oleh balita dapat terkontaminasi oleh salmonella typhi karena kemungkinan dipupuk oleh
kotoran manusia. Sebelum diolah bahan makanan seperti daging, ikan, sayur dan buah harus dicuci terlebih dahulu.Lebih-lebih pada makanan yang langsung
dikonsumsi atau mentah. Bahan-bahan hewani seringkali mengandung kuman pathogen sedangkan buah dan sayur seringkali mengandung pestisida atau pupuk
James, 2006.
Universitas Sumatera Utara
109
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Balita yang mengalami kejadian diare dalam satu bulan terakhir di
Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga tahun 2016 sebanyak 71,4.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sarana air bersih p = 0,016,
jamban keluarga p = 0,004, sarana pembuangan sampah p = 0,018, sarana pembuangan air limbah p = 0,009 dan kebersihan tangan p =
0,017 dengan kejadian diare karena pada balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga
Tahun 2016. 3.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku p = 0,357, kebersihan botol susu p = 0,068, kebersihan peralatan makanan
p =0,915, kebersihan bahan makanan p = 0,668 dengan kejadian diare karena pada balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir
Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016. 4.
Responden yang rumahnya memiliki kepadatan lalat kategori rendah sebanyak 91,44, kategori sedang sebanyak 5,7, dan kategori tinggi
sebanyak 2,9.
6.2 Saran
1. Responden
Universitas Sumatera Utara