Mencuci Tangan Menggunakan Jamban Membuang Tinja Bayi Yang Benar Pemberian Imunisasi Campak

d. Minum air yang sudah matang dimasak sampai mendidih. e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.

4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47.

5. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. b. Bersihkan jamban secara teratur. c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar. Universitas Sumatera Utara

6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga: a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya. c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.

7. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. 2.2 Sanitasi Lingkungan 2.2.1 Definisi Sanitasi Lingkungan Sanitasi lingkungan berasal dari kata sanitasi dan lingkungan. Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang diartikan sebagai penjagaan kesehatan Echols, 2003. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, Slamet 2009 mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sedangkan pengertian lingkungan adalah salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya baik berupa benda hidup, benda tak hidup, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam Slamet, 2009. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum pula Widyati, 2005 Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia tinja, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor air limbah, rumah hewan ternak kandang dan sebagainya Anwar, 2004. Slamet 2009 mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan dan pengendalian kontrol pada faktor lingkungan manusia seperti: a. Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan sehat. b. Pembuangan kotoran manusia, air buangan dan sampah. Universitas Sumatera Utara c. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih. d. Makanan susu menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat. e. Anthropoda binatang pengerat dan lain-lain. f. Kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan manusia. g. Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahaya-bahaya kepada masyarakat sekitar.

2.2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkugan

Menurut UU No.36 Tahun 2009, ruang lingkup kesehatan lingkungan adalah: a. Limbah cair. b. Limbah padat. c. Limbah gas. d. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah. e. Binatang pembawa penyakit. f. Zat kimia yang berbahaya. g. Kebisingan yang melebihi ambang batas. h. Radiasi sinar pengion dan non pengion. i. Air yang tercemar. j. Udara yang tercemar, dan makan yang tekontaminasi. Namun yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan penyakit diare adalah kondisi sanitasi dasar yang terdapat disekitar lingkungan penduduk. Upaya Universitas Sumatera Utara sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah Depkes RI, 2005.

2.2.2.1 Sarana Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, sekitar ¾ bagian tubuh kita terdiri atas air, tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4 - 5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga di pergunakan untuk memasak, mandi, mencuci, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian , pemadam kebakaran, tempat rekreasi, tranportasi, dan lain - lain. Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan melalui air. Kondisi tersebut dapat menimbulkan penyakit dimana - dimana Mubarak, 2009. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas dapat memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata- rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standart kehidupan, dan kebiasaan masyarakat Chandra, 2007. a Transmisi Penyakit Melalui Air Menurut Chandra 2007, Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat: Universitas Sumatera Utara 1. Waterborne mechanism Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomyelitis. 2. Waterwashed mechanism Mekanisme penularan berkaitan dengan kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat-alat dapur dan alat makan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu: a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma. c. Penularan melalui binatang pengerat, seperti leptospirosis. 3. Water-based mechanism Penyakit ini ditularkan dengan mekanisme yang memiliki agent penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculucmedinensis. 4. Water-related insect vector mechanism Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan sepert ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever. Universitas Sumatera Utara b Syarat Air Bersih yang Sehat Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas Depkes RI, 2005. a. Syarat Kuantitas Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 literoranghari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33.3 liter Slamet, 2009. b. Syarat Kualitas Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikrobiologis dan radioaktivitas yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 416MenkesPerIX1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air. Selain itu, menurut Depkes RI 2007, cara menjaga kebersihan sumber air bersih adalah: 1. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah minimal 10 meter. 2. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar. Universitas Sumatera Utara 3. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi tutup. 4. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air, tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantaidinding sumur. Embergayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai embergayung digantung di tiang sumur. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain Mubarak, 2009 : - Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. - Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. - Tidak berasa dan tidak berbau. - Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. - Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. Persyaratan tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990.

2.2.2.2 Sarana Jamban Keluarga

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman Depkes RI, 2004. Universitas Sumatera Utara a Transmisi Penyakit Melalui Tinja Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia feces dapat melalui berbagai macam cara Soeparman, 2002. Penyakit menular seperti diare, disentri, polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana jamban atau sarana jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan Soeparman,2002. b Syarat Jamban yang Sehat Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu : 1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum. 2. Konstruksi kuat. 3. Cukup luas dan landaimiring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya. 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya. 5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan. Minimal 100 lux Kepmenkes RI No.519 Tahun 2008. 7. Lantai kedap air. Universitas Sumatera Utara 8. Ventilasi cukup baik minimal 10 dari luas lantai. 9. Tersedia air dan alat pembersih. Selain itu, menurut Notoatmodjo 2007, suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : 1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut. 2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya. 3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya. 4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya. 5. Tidak menimbulkan bau. 6. Mudah digunakan dan dipelihara. 7. Sederhana desainnya. 8. Murah. 9. Dapat diterima oleh pemakainya.

2.2.2.3 Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Menurut Enjang 2000, air limbah sewage adalah excreta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi, dari W.C., dari perusahaan-perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan tanah dan air hujan. Sewage ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Domestic sewage, yaitu sewage yang berasal dari rumah-rumah. 2. Industrial sewage, yaitu sewage yang berasal dari sisa-sisa proses industri. Maksud pengaturan pembuangan air limbah adalah Enjang,2000 : 1. Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga. 2. Menjaga makanan kita , misalnya: sayuran yang dicuci dengan air permukaan. 3. Perlindungan terhadap ikan yang hidup di dalam kolam ataupun di kali. 4. Menghindari pengotoran tanah permukaan. 5. Perlindungan air untuk ternak. 6. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit-bibit penyakit cacing dan sebagainya dan vektor penyebab penyakit nyamuk, lalat, dan sebagainya. 7. Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tidak sedap. a Transmisi Penyakit Melalui Air Limbah Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air waterborne disease. Selain itu, di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi mahluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain. b Syarat SPAL yang Memenuhi Syarat Kesehatan Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan Universitas Sumatera Utara air yang menjadi sarang serangganyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup, dan lancar Depkes RI, 1993.

2.2.2.4 Sarana Pembuangan Sampah

Sampah adalah semua zatbenda yang sudah tidak terpakai lagi baik berasal dari rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industri Enjang, 2000. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak di pakai lagi oleh manusia, atau benda yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang Slamet, 2009. Sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindahpenyebar penyakit vektor. a Jenis-Jenis Sampah Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu: 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi : a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logambesi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya. b. Sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar Universitas Sumatera Utara a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya. b. Sampah yang tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan sebagainya. 3. Berdasarkan karakteristik sampah Chandra, 2007 : a. Garbage, yaitu terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. b. Rubbish, terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Yang mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, seperti kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya. 2. Yang tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, seperti kaca, kaleng, dan sebagainya. c. Ashes abu, adalah semua sisa pembakaran dari industri. d. Street sweeping sampah jalanan, adalah sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia. e. Sampah industri, adalah sampah yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri. f. Dead animal bangkai binatang, adalah segala jenis bangkai binatang besar anjing, kucing, dan sebagainya yang mati akibat kecelakaan atau secara alami. Universitas Sumatera Utara g. Abandoned vehicle bangkai kendaraan, adalah sampah yang berasal dari bangkai kendaraan. h. House hold refuse, adalah jenis sampah campuran misalnya, garbage, ashes, rubbish yang berasal dari perumahan. i. Demolision waste, sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu. j. Santage solid, adalah sampah yang terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair. k. Sampah khusus, adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif. b Transmisi Penyakit Melalui Sampah Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat di kelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lainnya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus. Seperti kita Universitas Sumatera Utara ketahui, lalat adalah vektor berbagai penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pest Slamet, 2009. Menurut Kusnoputranto 2000, beberapa jenis pengaruh sampah yang tidak dikelola dengan baik terhadap kesehatan adalah: 1. Penyakit-penyakit saluran pencernaan diare, cholera, thypus, dan lain- lain dapat meningkatkan angka kesakitannya karena banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di lingkungan, terutama di tempat-tempat sampah. 2. Penyakit demam berdarah haemorhagic fever meningkat insidennya karena banyanya vektor penyakit tersebut aedes aegipty yang hidup berkembang biak di lingkungan yang pengelolaan sampah kurang baik banyak kaleng-kaleng dengan genangan-genangan air dan lain-lain. 3. Banyaknya insiden penyakit jamur penyakit kulit atau parasit yang lain di masyarakat yang penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pengumpulan dan pembuangan sampah yang kurang baik. Baik penularannya melalui kontak langsung ataupun melalui udara. 4. Adapun penyakit-penyakit yan ditularkan melalui binatang, misalnya taenia cacing pita. Hal ini dapat terjadi bila sampah untuk makanan ternak tidak melalui pengolahan yang telah ditentukan, sehingga sisa-sisa makananpotongan garbage yang masih mengandung bibit penyakit ikut terus dalam mata rantai penularan sapi,babi. Universitas Sumatera Utara 5. Potongan besi, kaleng, seng serta pecahan-pecahan beling dapat menyebabkan kasus kecelakaan pada pekerja atau masyarakat. c Syarat Tempat Sampah Yang Sehat Syarat-syarat tempat sampah antara lain : 1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kedap air dan tidak mudah rusak. 2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan. 3. Mudah diangkut oleh satu orang.

2.2.2.5 Angka Kepadatan Lalat a Kepadatan Lalat

Cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menentukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat dan bisa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat. Tujuan dari pengukuran angka kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat, sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat, dan jenis-jenis lalat Depkes RI, 1992. Lalat merupakan serangga dari Ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat bisa berperan sebagai alat penular penyakit badan, bulu pada tangan dan kaki, feces, dan muntahannya. Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi lalat rumah Widyati, dan Universitas Sumatera Utara Yuliarsih, 2002. Saat ini terdapat sekitar ±60.000-100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua spesies perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat Santi, 2001. Menurut Sembel 2009, selain dapat mengganggu ketenteraman dalam rumah, lalat juga dapat menularkan sekitar 100 jenis patogen yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia atau hewan. Di antaranya adalah diare, tipoid, kolera, disentri, tuberculosis, antraks, berbagai jenis cacing, dan patogen- patogen penyakit lainnya. Patogen penyakit biasanya terbawa oleh lalat dari berbagai sumber seperti sisa-sisa kotoran, tempat pembuangan sampah, pembuangan kotoran manusia, dan sumber-sumber kotoran yang lain, kemudian patogen-patogen yang melekat pada mulut dan bagian-bagian tubuh lainnya dipindahkan ke makanan manusia. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat dan upaya pengendalian populasi lalat. Dalam pengukuran angka kepadatan lalat, sangat penting untuk menentukan lokasi pengukuran. Lokasi pengukuran kepadatan lalat adalah yang berdekatan dengan kehidupan kegiatan manusia karena berhubungan dengan kesehatan manusia, antara lain Depkes RI, 1992: a. Pemukiman penduduk b. Tempat-tempat umum pasar, terminal, rumah makan, hotel, dan sebagainya. c. Lokasi sekitar Tempat Pembuangan Sementara TPS sampah yang berdekatan dengan pemukiman. Universitas Sumatera Utara d. Lokasi sekitar Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah yang berdekatan dengan pemukiman. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengukur tingkat kepadatan lalat antara lain Depkes RI, 1992: 1. Scudder grille Scudder grille dapat dipakai untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dengan cara diletakkan diatas umpan, misalnya sampah atau kotoran hewan, lalu dihitung jumlah lalat yang hinggap diatas scudder grille itu dengan menggunakan hand counter alat penghitung. 2. Sticky trap Pemasangan sticky trap dilakukan untuk menjebak lalat dalam pemantauan populasi dan keberadaan lalat di lapangan. Pemasangan sticky trap dilakukan selama 24 jam. Populasi lalat yang tertangkap pada sticky trap dihitung dengan menggunakan hand counter alat penghitung. 3. Fly Grill Fly Grill dipakai apabila lalat yang dijumpai pada daerah yang disurvei secara alamiah tertarik untuk hinggap pada alat tersebut. Jadi pemakaian fly grill ini didasarkan pada sifat lalat yang cenderung hinggap pada tepi-tepi alat tersebut yang bersudut tajam. Fly grill ini dapat dibuat dari bilahan kayu yang lebarnya 2 cm dan tebalnya 1 cm, dengan panjang masing-masing 80 cm sebanyak 16-24 buah. Bilahan-bilahan kayu tersebut hendaknya di cat berwarna putih. Bilahan-bilahan yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 1-2 cm pada kerangka kayu yang telah Universitas Sumatera Utara disiapkan dan sebaiknya pemasangan bilahan pada kerangkanya mempergunakan kayu sekrup sehingga dapat dibongkar pasang setelah dipakai. Cara pengoperasian fly grill adalah sebagai berikut : a. Letakkan fly grill di tempat yang akan dihitung kepadatan lalatnya. b. Dipersiapkan stopwatch untuk menentukan waktu perhitungan selama 30 detik. c. Dihitung banyaknya lalat yang hinggap selama 30 detik dengan menggunakan counter. Lalat yang terbang dan hinggap lagi dalam waktu 30 detik tetap dihitung. d. Jumlah lalat yang hinggap dicatat. e. Lakukan perhitungan secara berulang sampai 10 kali dengan cara yang sama. f. Dari lima kali perhitungan yang mendapatkan nilai tertinggi dihitung rata ratanya, maka diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut. Menurut Depkes RI 2001, penghitungan kepadatan lalat menggunakan fly grill sudah mempunyai angka recommendation control yaitu : 0-2 : Tidak menjadi masalah rendah. 3-5 : Perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berkembangbiak lalat seperti tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain sedang. 6-20 : Populasi padat dan perlu pengamatan lalat dan bila mungkin direncanakan tindakan pengendaliannya tinggi. 21 : Populasi sangat padat dan perlu diadakan pengamanan terhadap tempat berkembangbiaknya lalat dan tindakan pengendalian sangat tinggisangat padat. Universitas Sumatera Utara b Bionomik Lalat 1. Tempat Perindukan Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organik, sampah basah, kotoran manusia, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, dan kotoran yang menumpuk secara kumulatif di kandang Santi,2001. 2. Jarak Terbang Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia. Jarak terbang efektif adalah 450-900 meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km Depkes RI, 1992. 3. Kebiasaan Makan Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan ,darah serta bangkai binatang. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasahi oleh lidahnya terlebih dahulu baru dihisap air merupakan hal yang penting dalam hidupnya, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari Santi, 2001. Universitas Sumatera Utara 4. Tempat Istirahat Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-rumput dan tempat sejuk, juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian kurang dari 5 meter Santi, 2001. 5. Lama Hidup Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperature. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari Depkes RI, 1992. 6. Temperatur dan Kelembaban Lalat mulai terbang pada temperatur 15°C dan aktivitas optimumnya pada temperatur 21°C. Pada temperatur dibawah 7,5°C tidak aktif dan di atas 45°C terjadi kematian pada lalat. Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Dimana kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim hujan lebih banyak daripada musim panas. Lalat sensitif terhadap angin kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makan waktu kecepatan Universitas Sumatera Utara angin tinggi Depkes RI, 1992. 7. Fluktuasi Jumlah Lalat Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban. jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20 º C – 25 º C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur 10 º C atau 49 º C serta kelembaban yang optimum 90 Depkes RI, 1992. 8. Warna dan Aroma Lalat tertarik pada cahaya terang seperti warna putih, lalat juga takut pada warna biru. Lalat tertarik pada bau-baun yang busuk, termasuk bau busuk dan esen buah. Bau sangat berpengaruh pada alat indra penciuman, yang mana bau merupakan stimulus utama yang menuntun serangga dalam mencari makanannya, terutama bau yang menyengat. Organ komoreseptor terletak pada antena, maka serangga dapat menemukan arah datangnya bau Depkes RI, 1992.

2.3 Personal Hygiene

2.3.1 Definisi Personal Hygiene

Personal Hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri Direja, 2011. Universitas Sumatera Utara Menurut Perry 2005, personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

2.3.2 Pemeliharaan dalam Personal Hygiene

Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan Perry, 2005. Personal hygiene meliputi:

1. Kebersihan Kulit

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013

5 74 107

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG.

0 5 13

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

0 0 15

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

1 3 8

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

0 0 55

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

3 14 6

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016

0 0 53

4. Nelayan 5. Pedagang 6. Ibu Rumah Tangga 7. Lain-lain - Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahu

0 0 33

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH NELAYAN DENGAN KELUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI LINGKUNGAN PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 16