Diet Stroke IIA Kesesuaian Pemberian Diet Stroke pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

berturut-turut adalah 990 kkal – 1650 kkal; 50,4 g – 61,6 g; 30,6 g – 37,4 g dan 189,9 g – 232,1 g. Penelitian lain menurut Tianingsih 2010, membenarkan bahwa diet stroke I yang diberikan tepat baik dalam hal frekuensi, jumlah dan bentuk makanan berupa makanan cair kental serta kandungan zat gizinya, maka diet yang diberikan sangat bermanfaat bagi tingkat kesembuhan pasien stroke yang mengalami kejadian dekubitus yang dirawat di Yayasan Stroke Sarno Klaten. Menurut Tianingsih 2010, malnutrisi adalah masalah umum yang sering dijumpai pada kebanyakan pasien stroke yang masuk ke rumah sakit. Malnutrisi merupakan kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrisi, gangguan metabolisme nutrisi, atau kelebihan nutrisi. Sebanyak 40 pasien dewasa yang menderita stroke berat menderita malnutrisi yang cukup serius yang dijumpai pada saat mereka tiba di rumah sakit dan 23 dari semua pasien mengalami perburukan status nutrisi selama mereka dirawat di rumah sakit. Untuk pasien kritis yang dirawat di ICU Intensif Care Unit sering kali menerima diet yang tidak adekuat akibat keterlambatan memulai pemberian diet, sehingga sangat dibutuhkan pemberian diet yang tepat dan sesuai dengan standar yang saharusnya.

5.2.2. Diet Stroke IIA

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti kepada 1 satu orang pasien stroke fase pemulihan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul, diet stroke IIA diberikan dalam bentuk makanan saring. Hal ini sudah tepat diberikan, karena keadaan pasien yang masih dalam keaadan pemulihan. Keadaan pemulihan tersebut dibenarkan oleh penelitian Mutaqqin 2008, yang Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa pasien yang baru sadar dari keadaan tidak sadarkan diri, atau pasien yang tidak lagi mengalami penurunan kesadaran, haruslah dilihat kemampuan pasien dalam menerima makanan. Menurut Almatsier 2006, diet stroke IIA ini diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet stroke I. Makanan yang diberikan adalah makanan cair + bubur saring dengan 1700 kkal. Kandungan zat gizi dalam diet stroke IIA meliputi energi, protein, dan lemak yang disediakan oleh bagian instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul tidak sesuai atau masih kurang. Kandungan zat gizi energi, protein, lemak dan karbohidrat yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul kepada 1 satu orang pasien stroke fase pemulihan rawat inap dengan perawatan selama 3 tiga hari adalah 1089,66 kkal; 53,2 g; 29,96 g dan 146,46 g. Kandungan zat gizi masih sangat jauh dari standar, dimana menurut Almatsier 2006, kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat untuk diet stroke IIA berturut-turut adalah 1530 kkal – 1870 kkal; 62,1 g – 75,9 g; 36,9 g – 45,1 g dan 244,8 g – 299,2 g. Penelitian Widyanto 2010 mengatakan selain terapi rehabilitasi stroke berupa program latihan gerak, diet yang tepat juga sangat bermanfaat untuk memperbaiki tingkat kecacatan yang ada. Dia membenarkan bahwa pemberian diet yang diberikan tepat kepada pasien stroke baik pasien yang sedang mengalami stroke akut atau kronis atau pasien pasca stroke maka tingkat keparahan penyakit akan lambat laun berkurang dan akan mengalami tingkat kesembuhan yang cukup cepat, Universitas Sumatera Utara dan meminimalkan resiko tinggi terjadinya penyakit tambahan seperti infeksi nasokomial.

5.2.3. Diet Stroke IIB