dan meminimalkan resiko tinggi terjadinya penyakit tambahan seperti infeksi nasokomial.
5.2.3. Diet Stroke IIB
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti kepada 1 satu orang pasien stroke fase pemulihan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Doloksanggul, diet stroke IIB diberikan dalam bentuk makanan lunak. Diet stroke IIB diberikan sebagai makanan perpindahan dari makanan saring ke makanan lunak.
Sudah tepat diberikan, karena keadaan pasien yang masih dalam keaadan pemulihan. Pemberian diet stroke IIB ini ditentukan berdasarkan kemampuan pasien
dalam menerima makanan. Pemberian diet stroke IIB tersebut ditentukan oleh penilaian petugas gizi yaitu oleh petugas ahli gizi Kusumadiani, 2010.
Petugas gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dalam menentukan diet stoke IIB ini adalah dengan menanyakan langsung kepada keluarga pasien,
apakah si pasien sudah mampu memakan makanan lunak. Setelah petugas gizi menanyakan kepada keluarga pasien, diet pun diberikan sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh kelurga si pasien. Padahal menurut Tianingsih 2010, penentuan diet haruslah sesuai dengan
kategori yang ditentukan, dimana petugas gizi dalam hal ini adalah ahli gizi rumah sakit harus berkolaborasi dengan melakukan penilaian secara langsung terhadap
status gizi pasien berupa pemeriksaan, anamnesis dan menentukan diet yang tepat diberikan kepada pasien, serta mengevaluasi perkembangan gizi pasien dan
melakukan pengawasan asupan makanan pasien.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian yan peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul, kandungan zat gizi diet stroke IIB meliputi energi, protein,
lemak, dan karbohidrat disediakan oleh pihak instalasi gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul tidak sesuai dengan standar yang seharusnya atau masih
kurang. Kandungan zat gizi energi, protein, lemak dan karbohidrat yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul kepada 1 satu orang pasien stroke
fase pemulihan rawat inap dengan perawatan selama 3 tiga hari adalah 1108,3 kkal; 54,3 g; 30,3 g dan 146,16 g.
Kandungan zat gizi masih sangat jauh dari standar, dimana menurut Almatsier 2006, kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat untuk diet stroke IIB
berturut-turut adalah 1710 kkal – 2090 kkal; 65,7 g – 80,3 g; 46,8 g – 57,2 g dan 263,7 g – 322,3 g.
Penelitian Tuti 2009, membenarkan pemberian diet dalam bentuk makanan lunak pada pasien stroke rawat inap apabila diberikan tepat baik dalam hal jumlah,
frekuensi dan kandungan zat gizinya sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien yang optimal.
5.2.4. Diet Stroke IIC