Pengembangan Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

commit to user 21 Pengaruh seorang manajer puncak dalam pengungkapan bergantung pada: 1 luas tindakan manajer sebagai seorang agen yang berlawanan dengan seorang individu yang memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda 2 Pilihan seorang manajer terhadap kebijakan yang dipilih Bamber et al., 2010; Hambrick, 2007. Penelitian dalam bidang psikologi menyimpulkan bahwa sesorang mengembangkan gaya komunikasi yang berbeda-beda Pennebaker dan King, 1999 dalam Bamber et al., 2010. Jika seorang manajer memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda, seperti keterbukaan pikiran dan transparansi, hal tersebut tentu akan mempengaruhi karakteristik pengungkapan sebuah organisasi Bamber et al., 2010.

B. Pengembangan Hipotesis

Dearbon dan Simon 1958 menemukan bahwa ketika sebuah kelompok eksekutif dari beberapa area fungsional diberikan sebuah masalah yang sama dan diminta untuk menyelesaikannya dalam perspektif yang luas, mereka mendefinisikan masalah secara garis besar sesuai dengan aktivitas dan tujuan dari area mereka. Penelitian empiris menegaskan bahwa manajer mengejar strategi yang sesuai dengan keahlian fungsional mereka misalnya, Smith dan White, 1987; Thomas et al., 1991; Jensen dan Zajac, 2004. Bamber et al. 2010 menyatakan bahwa manajer yang berasal dari keuangan mendukung anggaran yang lebih detail dan teliti, yang menunjukkan bahwa manajer yang memiliki latar belakang keuangan atau akuntansi dapat mengembangkan gaya pengungkapan yang lebih tepat. Milne dan Patten 2002 menyatakan bahwa seorang individu commit to user 22 yang memiliki pengalaman dalam bidang akuntansibisnis lebih mungkin untuk memahami praktik pelaporan keuangan dan informasi akuntansi yang terkandung dalam annual report. Mandasari 2010 menjelaskan bahwa kepala daerah yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomiakuntansi berpengaruh terhadap pemenuhan pengungkapan wajib LKPD. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H 1 = Latar belakang pendidikan ekonomiakuntansi kepala daerah berpengaruh berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. Upper echelons theory menyatakan bahwa usia seorang manajer secara positif berhubungan dengan kecenderungan untuk melihat lebih banyak informasi, mengevaluasi informasi dengan lebih akurat, dan lebih lama dalam mengambil keputusan Hambrick dan Mason, 1984. Bamber et al. 2010 berargumen bahwa eksekutif lahir sebelum Perang Dunia II dapat mengembangkan gaya komunikasi yang lebih konservatif dan lebih tepat dalam melakukan pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H 2 = Umur kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. Dalam literatur upper echelons, level pendidikan dihubungkan dengan keterbukaan pikiran, toleran terhadap ambiguitas, dan kemampuan untuk commit to user 23 memproses informasi yang kompleks. Level pendidikan dari seorang manajer puncak telah menjadi subjek dari berbagai macam penelitian. Hitt dan Taylor 1991 penelitian menemukan bahwa eksekutif yang memiliki level pendidikan yang lebih tinggi memiliki kognitif yang lebih kompleks. Eksekutif yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung lebih lebih dalam melakukan pengungkapan karena memiliki kognitif yang lebih baik Hambrick dan Mason, 1984. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H 3 = Level pendidikan kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. Masa jabatan didefinisikan sebagai lama waktu seseorang menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Terdapat beberapa penelitian yang menggunakan masa jabatan seorang eksekutif untuk memprediksi outcome sebuah organisasi Thomas et al., 1991; Hambrick dan Mason, 1984; Ellis dan Child, 1973; Wiersema dan Bantel, 1992; Bantel dan Jackson, 1989. Ellis dan Child 1973 berpendapat bahwa semakin lama masa jabatan berhubungan dengan konservatisme dan penghindaran risiko. Salancik 1977 dalam Finkelstein dan Hambrick 1990 menyatakan bahwa ketika seorang manajer mencapai kesuksesan dalam sebuah organisasi, mereka cenderung untuk mempertahankan cara-cara untuk mencapai kesuksesan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. commit to user 24 H 4 = Masa jabatan kepala daerah berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. Rasio likuiditascurrent ratio merupakan perbandingan antara jumlah harta lancar pemerintah daerah dengan jumlah hutang lancar yang dimiliki pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban lancar pemerintah dengan harta lancar yang dimiliki pemerintah daerah. Angka current ratio yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai jumlah harta lancar yang mencukupi untuk menjamin hutang lancar dan kegiatan operasional dalam rangka memberikan pelayanan bagi publik. Cooke 1989 menjelaskan bahwa tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Disatu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan entitas. Entitas semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa entitas tersebut kredibel. Wallace et al. 1994 menyatakan bahwa likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, entitas dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen. Penelitian tentang hubungan antara rasio likuiditas dengan kelengkapan pengungkapan telah dikemukakan oleh Fitriani 2001. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio likuiditas mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Kondisi entitas yang sehat, yang antara lain commit to user 25 ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan pengungkapan yang lebih lengkap. Pemerintah daerah yang kondisi keuangannya kuat akan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap karena ingin menunjukkan kepada pihak ekstern bahwa entitas tersebut kredibel. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H 5 = Current ratio berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang. Cohen 2006 membagi leverage menjadi dua macam rasio, yaitu debt to equity ratio dan long terms liabilities to total assets. Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah total hutang dengan jumlah total ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan jaminan bagi seluruh total hutang dengan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Menurut Schipper 1981 tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditor. Oleh karena itu entitas dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditor jangka panjang, Sehingga entitas akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Naim dan Rakhman 2000 membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai commit to user 26 hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Botosan 1997 juga meregresikan tingkat pengungkapan dengan ukuran perusahaan, leverage, dan status listing perusahaan. Hasilnya hanya ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Pemerintah daerah akan memberikan informasi yang komprehensif dalam laporan keuangannya untuk menghilangkan keragu-raguan kreditor terhadap pemenuhan hak-haknya. H 6 = Debt to equity ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. Cohen 2006 membagi rasio kinerja menjadi 3 macam, yaitu, assets turnover ratio AT, o perating revenues to total revenues ORTR, operating revenues to operating expenses OROE. Asset turnover ratio AT merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah asset pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan daerah dalam menggunakan jumlah aset daerah yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan asli daerah PAD. O perating revenues to total revenues ORTR merupakan perbandingan jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah total pendapatan daerah. Rasio ini memberi penggambaran tentang kontribusi PAD terhadap jumlah total pendapatan pemerintah daerah. Operating revenues to operating expenses OROE merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah untuk memperoleh pendapatan asli daerah tersebut. Angka OROE ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah commit to user 27 dalam memperoleh pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah yang terjadi dalam suatu periode anggaran. Kinerja pemerintah daerah diukur melalui 3 aspek, yaitu ekonomi, efisisensi, dan efektivitas Mardiasmo, 2007 . Pemerintah daerah dengan angka rasio kinerja AT, ORTR, dan OROE yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah tersebut mempunyai kemampuan yang baik dalam mengoptimalkan pendapatan asli daerah PAD sehingga lebih lengkap dalam melakukan pengungkapan karena ingin menunjukkan bahwa pemerintah derah tersebut efektif, efisien, dan ekonomis dalam menjalankan operasinya. Atas dasar hasil penelitian dan logika teori ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H 7 = Assets turnover ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. H 8 = Operating revenues to total revenues ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD. H 9 = O perating revenues to operating expenses ratio berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dalam LKPD.

C. Kerangka Pemikiran