Aktivitas Belajar Kerangka Teoritis .1 Pengertian Belajar

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan:uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif 2. 2.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Istilah pembelajaran kooperatif dalam wacana Indonesia dikenal dengan pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat juga diartikan sebagai suatu motif kerjasama, dimana setiap individu dihadapkan pada pilihan yang harus diikuti apakah memilih kerjasama, berkompetensi, atau individualistis Zulkifli,2009. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif sangat berbeda dengan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan pembelajaran dalam diskusi kelompok. Ada unsur-unsur dasar dalam kelompok kooperatif yang membedakannya dengan diskusi kelompok. Roger dan Johnson dalam Lie 2007 menyatakan bahwa ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu: a. Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Oleh karena itu, beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan ide-idenya. Mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan sebahagian ide mereka. b. Tanggung Jawab Perseorangan Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntunnya untuk melaksakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. c. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk diberi bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari kinerja ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Komunikasi Antar Anggota Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ada kalanya siswa perlu diberitahukan secara