Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita
34 Kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu soal, bila dilihat dari
segi positifnya bermanfaat untuk mendeteksi maupun mengatasi kesulitan dalam pembelajaran.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan dan menjawab soal dapat dilihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menjawab soal. Hal ini
dikemukakan oleh Soedjadi 2007:24 bahwa: “kesulitan merupakan penyebab
terjadinya kesalahan .” Sebaliknya Wahyudi 2009:141 menyatakan bahwa:
“kesulitan belajar ini terlihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada waktu m
engerjakan soal metematika.” Hal ini berarti bahwa kesalahan menyelesaikan persoalan matematika tidak dapat dipisahkan dari kesulitan belajar
matematika. Tujuan pembalajaran bentuk soal cerita menurut Hawa dalam Ahmad,
2002 yakni melatih siswa agar berpikir secara deduktif membiasakan melatih siswa melihat hubungan kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan matematika
dan memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep matematika tertentu.Menurut Pramono http:Toritorialkuliah. blogspot.com Menyelesaikan Soal-Cerita
accesed 09 Juni 2012 bahwa : “Soal bentuk cerita atau soal uraian merupakan bentuk aplikasi dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Walau dalam bentuk cerita sederhana, hakikat soal uraian adalah pemecahan masalah. Ketidakmampuan atau
miskonsepsi kesalahan konsep dalam memecahkan masalah yang dilakukan siswa.”
Selanjutnya kesulitan dalam memahami masalah verbal terletak pada kemampuan siswa untuk memahami kalimat yang ada dalam soal berbentuk cerita
bentuk verbal. Fahinu 1998 : 23 menjelaskan agar siswa dapat menyelesaikan soal terapan diferensial yang umumnya berbentuk soal cerita, maka siswa dituntut
untuk membaca dengan cermat dan mengerti isi serta makna kata-kata simbol- simbol dalam soal cerita.
Memecahkan soal berbentuk cerita berarti menerapkan pengetahuan yang dimiliki secara teoritis untuk memecahkan persoalan nyata atau keadaan sehari-
hari. Keberhasilan dalam memecahkan persoalan berbentuk cerita tergantung
35 kemampuan pemahaman cerita, yaitu kemampuan memahami soal berbentuk
cerita dan kemampuan mengubah soal cerita menjadi model matematika, biasanya dalam bentuk persamaan serta kesesuaian pengamatan siswa dengan situasi yang
diceritakan dalam soal. Beberapa sebab siswa sulit memecahkan soal berbentuk cerita.
a. Tidak mengerti apa yang dibaca, akibat kurang pengetahuan siswa tentang konsep atau beberapa istilah yang tidak diketahui. Untuk mengecek kebenaran
dugaan ini, setelah membaca soal, guru dapat meminta siswa untuk menyatakan pendapatnya dengan menggunakan bahasanya sendiri. Guru dapat
mengecek apakah ada istilah-istilah yang mungkin belum diketahui atau dilupakan. Selain itu juga perlu dipahami, apa yang diketahui dan apa yang
dinyatakan serta rumus-rumus apa yang diperlukan. b. Siswa tidak mengubah soal berbentuk cerita menjadi model matematika dan
hubungannya. Jadi yang harus dilakukan guru adalah mengkaji kesulitan yang terjadi
pada siswa dan menetukan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah yang tepat yang dilakukan guru sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa
tersebut guna perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran matematika. Agar dapat menyelesaikan soal uraian dengan baik dan benar, O‟Neil
dalam Pramono, 2009 secara rinci mengemukakan empat langkah utama, yakni : 1.
Kemampuan untuk memahami konteks bahasa atau masalah verbal. 2.
Kemampuan untuk menyusun model yang relevan 3.
Kemampuan untuk memodifikasi atau memanipulasi dan menyelesaikan model, dan
4. Kemampuan untuk menarik kesimpulan secara kontekstual.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran matematika dengan pemberian evaluasi pembelajaran soal uraian berbentuk cerita akan sangat
bermanfaat, karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis dari siswa yang pada akhirnya akan sangat mendukung penguasaan
konsep-konsep matematika.
36