Pembelajaran Matematika. Kerangka Teoritis 1. Karakteristik Matematika
16 jenis kehidupannya. Manusia sebagai makhluk yang unik, melakukan kegiatan
belajar dengan cara dan sistem yang unik pula. Ada banyak pendapat yang mengemukakan tentang pengertian belajar.
Slameto 1995: 2 menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Gagne Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10 menyatakan belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Dari berbagai pengertian di atas, belajar adalah suatu aktivitas yang
menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap menuju ke arah yang lebih baik yang bersifat relatif
konstan sebagai hasil dari latihan dan pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian dapatlah dikatakan seorang belajar
matematika, apabila pada diri orang tersebut terjadi suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.
Misalnya terjadi perubahan dari tidak mengetahui langkah –langkah penyelesaian
soal program linier menjadi tahu dan mampu lebih menyederhanakan langkah –
langkah tersebut serta mampu menggunakan dalam mempelajari materi lanjut atau dalam kehidupan sehari
–hari. Matematika sekolah adalah pelajaran yang diberikan pada jenjang
persekolahan, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan sekolah menengah Depdikbud, 1993 : 1. Sejalan dengan uraian tentang belajar, dapatlah dikatakan
belajar matematika sekolah merupakan suatu proses yang mengakibatkan seseorang mengalami perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman atau
latihannya mengenai materi matematika di jenjang sekolah. Tujuan umum diberikan matematika di jenjang pendidikan dasar dan
menengah dinyatakan dalam GBPP kurikulum menengah umum Depdikbud, 1993: 1 yaitu :
17 1.
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, krisis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker
matematika dalam kehidupan sehari –hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan. Pada umumnya, penyajian konsep atau ide matematika yang baru harus
didasarkan pada pengalaman sebelumnya. Menurut Ausubel dalam Sihombing, 1997 belajar dikatakan menjadi bermakna meaningful bila informasi yang akan
dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur yang dimiliki siswa itu sehingga siswa itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Sejalan dengan Ausubel, Thorndike dalam Hudojo,1988 mengatakan didalam menyelesaikan masalah ada unsur
–unsur dalam masalah yang identik dengan unsur
–unsur pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga unsur
–unsur yang identik itu saling berasosiasi dan hal ini memungkinkan untuk penyelesaian masalah tersebut.
Menurut Piaget dalam Hudojo,1988 struktur kognitif yang dimiliki seseorang itu karena proses asimilasidan akomodasi. Asimilasi adalah proses
mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Akomodasi adalah proses
menstruktur kembali mental sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru. Dari uraian ini, dapat dikatakan bahwa belajar tidak hanya menerima
informasi dan pengalaman baru saja, tetapi juga terjadi penstrukturan kembali informasi dan pengalaman untuk mengakomodasi informasi dan pengalaman baru.
Pembelajaran matematika didasari pada kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan bekerja sama. Kemampuan ini dapat dikembangkan
terus melalui belajar matematika dan sangat diperlukan untuk keperluan modern yang kompetitif.
Menurut Bruner da lam Suherman, 2003, ”belajar matematika akan lebih
berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur- struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan
yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-str uktur.” Dengan mengenal
18 konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak
akan memahami materi yang harus dikuasainya tersebut. Hal ini senada dengan teori Dienes dalam Suherman, 2003:49 yang
menyatakan bahwa ”pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-
struktur.” Itu artinya bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika dapat disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami anak dengan baik.
Mengingat bahwa konsep-konsep matematika saling berkaitan, dengan demikian dalam pembelajaran matematika kemampuan prasyarat yang dibutuhkan
untuk bahan ajar berikutnya sangat diperlukan. Hal ini dapat diungkapkan karena bahan ajar matematika bersifat hirarkis. Artinya bahwa bahan ajar sebelumnya
dengan bahan ajar yang diajarkan saling berkaitan. Hudojo 1998:3 mengatakan bahwa “ Memahami konsep B seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A,
tanpa konsep A tidak mungkin orang tersebut dapat memahami konsep B”. Ini
berarti mempelajari matematika harus bertahap dan berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu.
Pembelajaran matematika yang efektif memerlukan pemahaman apa yang siswa ketahui dan diperlukan untuk dipelajari, kemudian memberikan tantangan
dan dukungan kepada mereka agar mereka siswa dapat belajar dengan baik. Siswa belajar melalui pengalaman dan guru memberikan pengalaman
tersebut. Jadi, pemahaman siswa terhadap matematika, kemampuan mereka menggunakannya untuk memecahkan masalah, serta kepercayaan mereka
terhadap matematika semuanya dibentuk oleh pembelajaran yang mereka hadapi di sekolah. Perbaikan pendidikan matematika untuk semua siswa memerlukan
pembelajaran matematika yang efektif di semua kelas. Pembelajaran matematika yang baik merupakan usaha yang kompleks dan tidak ada resep yang yang paling
mudah untuk membantu semua siswa untuk belajar atau membantu semua guru menjadi efektif.
Seperti yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, untuk mempelajari program linier sangat diperlukan beberapa materi matematika lama materi
prasyarat yang telah diterima siswa sebelum belajar program linear yang
19 berkaitan langsung dengan program linear, telah diungkapkan bahwa siswa masih
berkemampuan kurang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa SMK mendapat kesulitan dalam belajar program linear.