53 Setelah tahap observasi atau pengamatan ini, langkah selanjutnya adalah
pemberian tes untuk melihat letak kesulitan dan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelaesaikan soal cerita materi Program Linier.
3.6.2. Tes
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa Nana Sudjana, 2005:35. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes uraian bentuk cerita. Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa serta penguasaan konsep atau materi yang telah disampaikan. Alasan peneliti
menggunakan tes sebagai alat pengumpul data adalah sesuai dengan pendapat Indrakusuma dalam Arikunto 2009:32 bahwa : “Tes adalah alat atau prosedur
yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan- keterangan yang didinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh
dikatakan tepat dan cepat”. Dalam penelitian ini peneliti ingin mendiagnosa kesulitan siswa
menyelesaikan soal cerita pada Program Linier, maka peneliti menggunakan tes diagnostik dalam instrumen penelitian. Tes diagnostik merupakan tes yang
diberikan sesudah materi pembelajaran disajikan, tujuannya ialah untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan peserta didik pada materi tersebut.
Aspek-aspek yang didiagnosa adalah letak kesulitan siswa yang mungkin terjadi dalam menyelesaikan suatu soal uraian, yaitu kesulitan memahami soal,
kesulitan membuat model matematika, kesulitan menyelesaikan model matematika ataupun kesulitan menarik kesimpulan. Hasil kerja siswa akan
dianalisis sehingga dapat diketahui kesulitan dan letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal.
Menurut Nasution dalam Sugiyono, 2010:308 “dalam penelitian kualitatif yang menggunakan tes atau angket, respon yang aneh, yang menyimpang justru
diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman
mengenai aspek yang diteliti.”
54 Dari hasil tes, peneliti dapat melihat kesulitan-kesulitan yang dilakukan oleh
siswa dalam menyelesaikan masalah tentang materi Program Linier. Namun untuk mengetahui penyebabnya, hasil tes belum cukup sehingga dilanjutkan ke tahap
wawancara.
3.6.3. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui penyebab-penyebab kesulitan siswa dalam menerjemahkan dan menyelesaikan soal cerita ke dalam model
matematika serta altenatif penanggulangannya. Pedoman wawancara yang digunakan penulis adalah:
1. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang salah mengerjakan sehingga
dengan mewawancarainya akan diketahui penyebab kesulitannya. 2.
Pertanyaan yang diajukan terhadap siswa adalah sesuai dengan kesulitan yang dialaminya dalam mengerjakan soal tersebut yang berhubungan dengan
memahami, menerjemahkan dan menyelesaikan soal cerita ke dalam model matematika dan menyimpulkan jawaban akhir pada materi Program Linier.
3. Wawancara tidak dilakukan terhadap semua siswa yang melakukan tes
tertulis tetapi beberapa subjek yang dipilih berdasarkan banyak, variasi, dan keunikan kesulitan. Subjek wawancara tersebut dipilih karena dianggap dapat
memberikan lebih banyak informasi yang dibutuhkan peneliti bila dibandingkan siswa yang tidak dipilih sebagai sampel.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara bersifat terbuka openended. Jenis wawancara ini dikemukakan oleh Moleong 2006:188 yaitu,
urutan materi yang ditanyakan dan cara penyajian sama untuk setiap responden, sehingga keluwesan pertanyaan pendalaman terbatas dan bergantung pada situasi
dan kecakapan pewawancara. Kegiatan wawancara ini, dilakukan terhadap siswa bertujuan untuk menjaring data kualitatif. Untuk menjaring data yang sesuai
dengan yang diinginkan, peneliti membuat catatan hasil wawancara dan merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung. Untuk menghindari kecemasan dan