B. Asas – Asas Hukum Perjanjian
Dalam hukum kontrak atau perjanjian dikenal beberapa asas, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari isi Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, dinyatakan bahwa: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
21
Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas
dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya:
22
a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak;
b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian;
c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian;
d. Bebas menentukan bentuk perjanjian;
e. Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin
kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas dari sifat Buku III KUH Perdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para
pihak dapat menyimpanginya mengesampingkannya, kecuali terhadap pasal- pasal tertentu yang sifatnya memaksa.
2. Asas Konsensualisme
21
Salim H.S., Op.Cit. Hal 9.
22
Ahmadi Miru., Op.Cit. Hal 4.
Universitas Sumatera Utara
Asas konsensualisme termuat dalam Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan bahwa, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
a. Kesepakatan dari mereka yang mengikatkan dirinya de toestemming;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan de bekwaamheid;
c. Suatu hal tertentu een bepald onderwerp; dan
d. Suatu sebab yang legal een geoorloofde oorzaak.
Pasal tersebut menetapkan bahwa harus ada kesepakatan antara para pihak yang mengikatkan diri atau terdapat “konsensus”. Sebagaimana diketahui bahwa
tidak ada suatu formalitas tertentu yang menyatakan suatu perjanjian harus tertulis atau tidak, bahkan suatu perjanjian bisa tercapai secara verbal, hanya dengan lisan
saja. Asas konsensual menganut paham dasar bahwa suatu perjanjian itu sudah lahir sejak tercapainya kata sepakat. Pada detik tercapainya kesepakatan, lahirlah
suatu perjanjian.
23
3. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas pacta sunt servandaberkaitan dengan akibat dari perjanjian bagi para pihak yang membuatnya. Asas pacta sunt servanda ditentukan dalam Pasal 1338
KUH Perdata, dinyatakan bahwa: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Sebagai suatu
perikatan yang dikehendaki oleh para pihak, berarti para pihak juga menyepakati untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah disanggupinya dalam suatu
perjanjian. Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, maka pihak yang merasa dirugikan dapat memaksakan pelaksanaannya melalui
23
I.G. Rai Widjaya, Op.Cit. Hal 35.
Universitas Sumatera Utara
mekanisme hukum yang berlaku. Artinya, suatu kontrak mengandung janji-janji yang mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.
24
4. Asas Itikad Baik
Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, dinyatakan bahwa: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Menurut
asas ini pihak kreditur dan debiturharus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak.Walaupun itikad baik para pihak dalam perjanjian atau kontrak sangat ditekankan pada tahap praperjanjian, secara umum itikad baik harus selalu ada
pada setiap tahap perjanjian sehingga kepentingan pihak yang satu selalu dapat diperhatikan oleh pihak lainnya.
5. Asas Kepribadian Personalitas
Asas kepribadian merupakan asas yang menetukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dilihat dalam Pasal 1315 KUH Perdata, dinyatakan bahwa: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian selain untuk dirinya sendiri”. Pada dasarnya asas ini menunjukkan bahwa suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya selaku
24
H. Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana, Op.Cit. Hal 95.
Universitas Sumatera Utara
individu maupun sebagai subjek hukum pribadi naturlijke persoon, hanya berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.
25
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman di dalam Lokakarya Hukum Perikatan yang diselenggarakan pada tanggal 17-19 Desember
1985, telah berhasil merumuskan delapan asas hukum perikatan nasional. Kedelapan asas itu adalah asas kepercayaan. asas persamaan hukum,
keseimbangan, kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, asas kebiasaan, dan asas perlindungan.
26
C. Syarat – Syarat Perjanjian