H. Pengaturan Hukum Tentang Kontrak Konstruksi
Penyelengaraan pengadaan bidang konstruksi di Indonesia telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi. Dari segi substansinya, kecuali mengenai segi-segi hukum kontrak, undang-undang ini cukup lengkap mangatur pengadaan jasa konstruksi.
47
Undang-undang ini dibuat pada masa reformasi. Latar belakang lahirnya undang-undang ini karena berbagai peraturan perunang-undangan yang berlaku
belum berorientasi pada pengembangan jasa konstruksi yang sesuai dengan karakteristiknya. Hal ini mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha yang
mendukung peningkatan daya saing secara optimal maupun bagi kepentingan masyarakat. UUJK ditetapkan pada tanggal 7 Mei 1999 . ketentuan terdiri atas 12
bab dan 47 pasal.
48
Pengaturan lebih lanjut dari undang-undang ini tertuang dalam tiga peraturan pemerintah yaitu : Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang
Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi PP No. 282000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2000 PP
No. 42010, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi PP No. 292000 sebagaiman telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2010 Perpres No. 592010, dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi PP No. 302000.
49
47
Y. Sogar Simamora., Op.Cit. Hal 213.
48
Salim H.S., Op.Cit. Hal 91-92
49
Y. Sogar Simamora., Op.Cit. Hal 214.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kaitannya dengan pengadaan jasa konstruksi, tata cara dan prosedur pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan instansi Pemeritah, telah diatur
dalam Keputusan Presiden Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah yang telah disempurnakan
melalui Peraturan Presiden Perpres No. 54 Tahun 2010. Kemudian Perpres No. 54 Tahun 2010 diubah melalui Peraturan Presiden Perpres No. 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Selain itu, terkait dengan izin usaha konstruksi dalam hal
ini terdapat Peraturan Daerah Perda Kota Medan Nomor 23 Tahun 2002 dan Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 35 Tahun 2008 tentang Retribusi
Izin Usaha Jasa Konstruksi.
I. Peserta Dalam Kontrak Konstruksi
Para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak konstruksi, adalah
sebagai berikut :
1. Pihak Pengguna Jasa,
Pihak pengguna jasa sering juga disebut sebagai pemeberi tugas, yang memborongkan, pemimpin proyek, dan lain-lain. Pengguna jasa adalah
pereseorangan atau badan pemberi tugas atau pemilik pekerjaanproyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
50
a orang perorang;
Pengguna jasa mempunyai hubungan dengan para perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas
konstruksi. Yang dimaksud dengan Pengguna jasa adalah:
50
Salim H.S., Op.Cit. Hal 95.
Universitas Sumatera Utara
b badan usaha, baik badan hukum maupun tidak berbadan hukum; dan
c badan yang bukan badan usaha tapi berbadan hukum, yaitu pemerintah dan
atau lembaga negara dimana pemerintah dan atau lembaga negara dengan menggunakan anggaran yang telah ditentukan baik dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
2. Pihak Penyedia Jasa
Pihak penyedia jasa sering juga disebut sebagai kontraktor, pemborong, rekanan, dan lain-lain. Dengan berlakunya UUJK, maka telah dirumuskan
pengertian jasa konstruksi. Pengertian jasa konstruksi senagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 1 UU Jasa Konstruksi tersebut , menunjukkan
bahwa hubungan hukum yang diatur dan diakui oleh Negara ada tiga yaitu perencanaan, pelaksanaan pekerjaan, dan pengawasan.
Dalam hal kontrak pengadaan jasa konstruksi, khususnya yang dilakukan oleh Pemerintah telah diatur dalam ketentuan Peraturan Presiden No. 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Adapun pihak-pihak atau peserta yang terlibat dalam Pengadaan BarangJasa oleh Pemerintah berdasarkan
Pasal 7 dan 19 Perpres No. 54 Tahun 2013 adalah sebagai berikut : a.
PAKPA Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran KementrianLembagaSatuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada institusi lain Pengguna
APBNAPBD. Sedangkan Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
disebut KPAadalah Pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapka oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD
b. PPK
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang ditetapkan PAKPA untuk bertanggung jawab atas pelaksanaan
Pengadaan BarangJasa. c.
ULP Pejabat Pengadaan Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi
pemerintah yang berfungi melaksanakan Pengadaan BarangJasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.
Sedangkan Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan BarangJasa yang melaksanakan pengadaan barangjasa.
d. Panitia Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Panitia Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitiapejabat yang ditetapkan oleh PAKPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan. e.
Penyedia BarangJasa Penyedia BarangJasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan BarangPekerjaan KonstruksiJasa KonsultasiJasa Lainnya.
J. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Kontrak Konstruksi