Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Kontrak dan Upaya Penyelesaiannya.

D. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Kontrak dan Upaya Penyelesaiannya.

1. Hambatan hambatan Dalam Pelaksanaan Kontrak

Dalam setiap perjanjian mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi pihak-pihak yang terkait didalamnya. Dengan kata lain, pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor harus mentaati kalusul-klausul yang ada dalam kontrak konstruksi tersebut. Namun dalam pembangunan suatu proyek yang dituangkan dalam perjanjian tentu tidak selamanya dapat tercapai seperti apa yang telah direncanakan dalam kontrak. Banyak hal yang mempengaruhinya baik yang dipengaruhi oleh kehendak manusia atau diluar kehendak manusia, sehingga dapat menyebabkan proyek pembangunan tersebut terhambat atau bahkan harus dibatalkan sama sekali. Berkaitan dengan hal tersebut ada 2 dua macam hambatan dalam pelaksanaan kontrak yaitu hambatan oleh kelalaian manusia dan hambatan yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia. Dalam kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa yang menjadi hambatan yang diakibatkan diluar kekuasaan manusia disebut dengan keadaan kahar. Keadaan kahar yang dimaksud adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi, meliputi : a. Bencana alam; b. Bencana non alam; c. Bencana social; Universitas Sumatera Utara d. Pemogokan; e. Kebakaran, danatau f. Gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri Keuangan dan Menteri teknis terkait. Dalam hal terjadinya keadaan kahar tersebut, pemberi tugas atau PPK memberikan toleransi kepada pihak kontraktor atau penyedia dan mendiskusikan kembali kontrak konstruksi tersebut apakah pekerjaan tetap dilaksanakan atau dihentikan. Tanggung jawab atas kerugian yang timbul tidak dapat dijatuhkan kepada pihak penyedia sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi tersebut. Hambatan yang diakibatkan karena kelalaian manusia antara lain adalah wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penyedia. Wanperstasi tersebut terjadi karena penyedia lalai dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Wanprestasi dapat berupa pelaksanaan pekerjaan yang tida sesuai atau sebagaimana mestinya, atau terlambat dalam penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan. Apabila terjadi wanprestasi tersebut maka pihak pengguna jasa atau PPK dapat melakukan pemutusan kontrak. Namun sebelum melakukan pemutusan kontrak pihak pengguna jasa terlebih dahulu memberikan sanski berupa peringatan tertulis samapi tiga kali. Apabila setelah tiga kali berturut-turut diberikan surat peringatan namun pihak kontraktor belum juga memperbaiki pekerjaannya maka pihak Universitas Sumatera Utara pengguna jasa atau PPK akan melakukan pemutusan kontrak. 69 1 Jaminan pelaksanaan dicairkan; Terkait pemutusan kontrak yang dilakukan PPK karena kesalahan dari pihak penyedia maka : 2 Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang muka dicairkan; 3 Penyedia membayar denda; 4 Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam. Jika pihak kontraktor tidak melaksanakan tangung jawabnya sebagaimanayang tercantum dalam kontrak sehingga mengakibatkan kegagalanproyek maka dikenai sanksi administratif ataupun sanksi pidana. Sanksiadministratif yang dapat dikenakan kepada pihak kontraktor sebagai penyediajasa, menurut pasal 42 ayat 1 UU No 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksiberupa: a Peringatan tertulis b Penghentian sementara pekerjaan konstruksi c Pembatasan kekgiatan usaha dan atau profesi d Pembekuan izin usaha dan atau profesi Selanjutnya dalam pasal 43 ayat 2 disebutkan “Barang siapa yangmelakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuaidengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalanbangunan dikenakan pidana paling lama 5 lima tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5 dari nilai kontrak”. 69 Wawancara dengan Bapak Harry Naldo Tambunan, SE selaku mewakili Pejabat Pembuat Komitemen DISPERINDAG Kab. Asahan. Universitas Sumatera Utara Dalam pelaksanaan kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa hambatan dalam pembangunan proyek timbul dari pihak lain. Hal ini terkait bahwa proyek tersebut merupakan pembangunan pasar yang sebelumnya telah menjadi tempat distribusi perdagangan, sehingga untuk membangun kembali pasar tersebut pedagang-pedagang yang sebelumnya berdagang dipasar tersebut harus dialokasikan sementara. Pada awalnya banyak pedagang yang menolak untuk dialokasikan sementara. Namun setelah pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan memberikan penjelasan atau sosialisasi mengenai tujuan pembangunan pasar tersebut, akhirnya para pedagang mengerti dan bersedia dipindahkan untuk sementara. Selain itu masalah pembebasan lahan oleh masyarakat sekitar juga sempat menjadi masalah namun hal tersebut dapat selesaikan dengan baik dan damai, sehingga tidak begitu menghambat jalannya proyek pembangunan pasar tersebut. 70 Pada umumnya, dalam pelaksanaan proyek-proyek yang dilaksanakan oleh PT. Menara Kharisma Internusa, hal-hal yang sering menjadi faktor penghambat antara lain bencana alam, pengaruh musim ataupun cuaca serta perubahan harga barang. Hal-hal tersebut yang sering sekali menyebabkan pengerjaan proyek pembangunan tertunda. Namun hal-hal tersebut terjadi diluar kekuasaan atau khendak manusia, sehingga apabila terjadi maka pihak pengguna jasa wajib memberikan toleransi dan para pihak kembali mendiskusikan kelanjutan dari pelaksanaan kontrak. 70 Wawancara dengan Bapak Harry Naldo Tambunan, SE yang bertindak atas nama DISPERINDAG Kab. Asahan. Universitas Sumatera Utara

2. Upaya-Upaya Yang Ditempuh Para Pihak Dalam Penyelesaian Perselisihan.

Dalam pelaksanaan suatu kontrak sering terjadi sengketa atau perselisihan antara para pihak. Perselisihan tersebut biasanya terjadi apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban atau prestasinya sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam kontrak atau biasa disebut dengan perbuatan wanprestasi. Menurut Pasal 36 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang JasaKonstruksi disebutkan bahwa : a. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. b. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana diatur dalam KUH Pidana c. Jika dipilih penyelesaian sengketa diluar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa. Selanjutnya dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999disebutkan apabila: 1 Penyelesaian sengketa jasa konstruksi diluar pengadilan dapat ditempuh untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan bangunan. Universitas Sumatera Utara 2 Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menggunakan pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak. 3 Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat jasa konstruksi. Secara yuridis pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi tigamacam, yaitu melalui pengadilan, Alternatif penyelesaian sengketa dan Musyawarah. Dalam pelaksanaan kontrak antara Disperindag Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa Medan, ditentukan bahwa penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam kontrak dapat dilakukan melalui musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila terjadi perselisihan, pihak PPK atau pemberi tugas dengan penyedia akan berupaya terlebih dahulu untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara damai atau musyawarah. 71 Jika dengan jalan musyawarah tidak tercapai kata sepakat maka akan dibentuk panitia Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak pertama dan seorang wakil dari pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya penyelesaian perselisihan tersebut akan diteruskan melalui pengadilan, apabila melalui cara tersebut diatas tidak tercapai penyelesaian. 72 Sejauh ini dalam pelaksanaan kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa Medan dalam proyek pembangunan Pasar Kartini Kisaran tidak terjadi perselisihan atau persengketaan 71 Wawancara dengan pihak PT. Menara Kharisma Internusa Medan. 72 Sri Soedewi. Mascjcun Sofwan., Hukum Bangunan Yogyakarta : Liberty, 1982. Hal 82 Universitas Sumatera Utara yang menharuskan untuk diselesaikan sampai melalui jalur pengadilan. Pelaksanaan kontrak berjalan dengan baik sampai waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak dan hasil pekerjaan yang diterima oleh pengguna jasa telah sesuai dengan perjanjian. Hal ini dikarenakan pihak pengguna jasa atau PPK telah memberikan peringatan terlebih dahulu pada pihak penyedia atau kontraktor untuk melengkapi dan memperbaiki kekurangan pekerjaan sebagaimana yang diisyaratkan dalam kontrak. Artinya para pihak selalu berupaya dengan sungguh- sungguh untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka dalam pelaksanaan kontrak dengan jalan damai atau musyawarah. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan