30
3.5.1 Pembuatan Simplisia
Simplisia daun sirih merah dibuat di laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU dengan menggunakan lemari pengering dan blender pembuat
serbuk. Daun sirih merah segar dilakukan sortasi basah, untuk memisahkan bagian
tumbuhan yang tidak digunakan maupun benda asing, meliputi tangkai daun, serangga dan kotoran lainnya. Daun yang telah disortasi dicuci dan ditiriskan,
kemudian dimasukkan ke dalam lemari pengering sampai kering, ditandai dengan bunyi rapuh bila dipatahkan. Selanjutnya diserbuk menggunakan blender. Serbuk
disimpan dalam plastik putih tertutup rapat.
3.5.2 Pembuatan Ekstrak Etanol
Ekstrak etanol dibuat dengan melakukan ekstraksi metode remaserasi. Prosedur pelaksanaan; sebanyak 823,5 g serbuk kering dimaserasi dengan etanol
70 dalam wadah tertutup rapat dan dibiarkan pada suhu kamar selama 2 hari terlindung dari cahaya dan sering diaduk, kemudian dipisahkan, ampas dimaserasi
kembali dengan pelarut etanol 70 baru dan dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas sampai diperoleh maserat yang jernih.
Semua maserat digabung menjadi satu lalu diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak etanol kental, kemudian ekstrak
dikeringkan di freeze dryer -20
o
C hingga diperoleh ekstrak kering daun sirih merah.
3.5.3 Susut Pengeringan
Pemeriksaan kadar air dilakukan berdasarkan metode susut pengeringan yang terdapat di Materia Medika Indonesia terhadap crude ekstrak. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
31 bobot kehilangan konstan selama pengeringan di dalam oven suhu 105 - 110
C selama 3 jam atau sampai diperoleh berat konstan Ditjen POM, 1979.
3.5.4 Analisis Fitokimia Daun Sirih Merah Harbone, 1987 3.5.4.1 Uji Alkaloid
Sebanyak 2 g simplisia dihaluskan, ditambahkan 10 mL kloroform dan beberapa tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 10
tetes H
2
SO
4
2M. Fraksi asam diambil kemudian ditambahkan pereaksi Dagendorf, Meyer, dan Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih
oleh pereaksi Meyer, endapan merah oleh pereaksi Dragendorf, dan endapan coklat oleh pereaksi Wegner.
3.5.4.2 Uji Saponin
Sebanyak 1 g simplisia ditambah air secukupnya dan dipanaskan pada air mendidih selama 5 menit. Larutan tersebut didinginkan kemudian dikocok.
Timbulnya busa yang bertahan lebih dari 10 menit menunjukkan adanya saponin.
3.5.4.3 Uji Flavonoid dan Fenolik
Sebanyak 1 g simplisia ditambah metanol 30 sampai terendam lalu dipanaskan. Filtratnya ditaruh kedalam spot plate papan uji dan kemudian
ditambahkan NaOH 10 bv atau H
2
SO
4
pekat. Terbentuknya warna merah karena penambahan NaOH menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon
sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H
2
SO
4
pekat menunjukkan adanya flavonoid.
3.5.4.4 Uji Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 2 g simplisia ditambah 25 ml etanol 30 lalu dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan kemudian ditambah eter. Lapisan eter dipipet dan
Universitas Sumatera Utara
32 diujikan pada spot plate dengan menambahkan pereaksi Liebermen Buchard 3
tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes H
2
SO
4
pekat. Warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.
3.5.4.5 Uji Tanin
Sebanyak 10 g simplisia ditambahkan air kemudian dididihkan selama beberapa menit, kemudian disaring. Filtratnya ditambah FeCl
3
1 bv. Warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin.
3.6 Identifikasi kandungan senyawa kimia ekstrak etanol sirih merah