HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor komoditas keramik di Indonesia

keramik ubinlantai di Indonesia m 2 ; PD harga keramik lantai domestik Rp m 2 ; PI harga keramik lantai impor RpKg; ER kurs atau nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing RpUS; dan GDP yaitu Produk Domestik Bruto Indonesiapendapatan nasional Indonesia miliar rupiah. Hasil estimasi model dan uji ekonometrika dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 16. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Lantai. Variabel Koefisisen Prob. t-statistic Ln β Konstanta -4.260582 0.7525 LnQ Produksi -2.397617 0.0076 LnPD Harga Domestik -2.150092 0.0183 LnPI Harga Impor 1.149520 0.0421 LnER Kurs -2.769155 0.0624 LnGDP Pendapatan 8.590384 0.0045 R-Squared 0.765641 Prob. F-statistic 0.010989 Uji Breusch-Godfrey Correlation LM Prob. ObsSquared 0.535271 Uji White Heteroskedasticity Prob. ObsSquared 0.797609 Catatan : Menggunakan taraf nyata 10 .

6.1.1. Estimasi Parameter Model

Pada model volume impor keramik lantai, nilai F-hitung sebesar 5.88 dengan probabilitas sebesar 0.01 yang signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. Pengujian autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM. Dari hasil estimasi menunjukan bahwa probabilitas ObsR-Squared adalah sebesar 0.53 yang nilainya melebihi taraf nyata yaitu 10 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroscedasticity . Dari hasil estimasi menunjukan bahwa probabilitas ObsR- Squared adalah sebesar 0.79 yang nilainya melebihi taraf nyata 10 persen. Dengan demikian hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung heteroskedastisitas. Tabel 17. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen Ln β LnPD LnPI LnER LnGDP Ln β 1.000000 -0.634454 0.024629 -0.051931 0.583999 LnPD -0.634454 1.000000 -0.061489 0.555281 0.189627 LnPI 0.024629 -0.061489 1.000000 0.446148 -0.271865 LnER -0.051931 0.555281 0.446148 1.000000 0.316059 LnGDP 0.583999 0.189627 -0.271865 0.316059 1.000000 Dari hasil perhitungan, model dalam penelitian ini tidak memiliki gejala multikolinearitas. Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa tidak ada korelasi antara variabel eksogen yang nilainya lebih besar dari ⎜0.8⎜. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada regresi model volume impor. Hasil pengujian normalitas menunjukan nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata α=10 yaitu 0.62. Berarti model OLS tidak memiliki masalah normalitas atau error term terdistribusi dengan normal. 6.1.2. Estimasi Model Hasil analisis regresi menunjukan bahwa persamaan ini memiliki daya penjelas yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R-Squared yang telah didapat yaitu sebesar 0.76. Artinya bahwa persamaan volume impor keramik lantai dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang terdapat didalam model tersebut sebesar 76 persen, sedangkan sisanya sebesar 23 persen dijelaskan oleh variabel lain didalam model. Pada persamaan volume impor, semua variabel bebas berpengaruh nyata pada taraf nyata sebesar 10 persen α=10. Dengan penjelasan sebagai berikut : 1 Variabel produksi Q berpengaruh negatif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar -2.39. Hal ini menunjukan bahwa bila produksi meningkat sebesar 1 persen, maka akan menurunkan volume impor sebesar 2.39 persen. Hubungan ini sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan bahwa produksi memiliki hubungan yang negatif dengan volume impor. Perubahan pada produksi suatu komoditi dapat menyebabkan perubahan pada impor komoditi tersebut. Peningkatan produksi keramik lantai di Indonesia dapat mengurangi permintaan konsumen akan produk keramik lantai impor. Peningkatan produksi selain untuk tetap menjaga tersedianya stokkebutuhan dalam negeri juga dapat meningkatkan ekspor keramik lantai ke pasar luar negeri. 2 Harga keramik lantai domestik PD berpengaruh negatif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar -2.15. Hal ini menunjukan bahwa bila harga keramik lantai domestik meningkat sebesar 1 persen, maka akan menurunkan volume impor sebesar 2.15 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan teori yang mengatakan bahwa kenaikan harga keramik lantai domestik akan meningkatkan volume impor, karena para pembeli dari luar maupun dalam negeri akan beralih ke barang-barang luar negeri impor yang harganya lebih murah dibandingkan barang-barang domestik. Penelitian ini memang belum dapat menjelaskan bahwa harga keramik lantai domestik berpengaruh negatif terhadap volume impor. Namun penelitian ini akan memberi gambaran tentang hubungan tersebut. Meskipun harga keramik lantai domestik mengalami kenaikan tetapi kualitas keramik lantai domestik tetap dapat bersaing dengan keramik lantai impor, sehingga tidak membuat konsumen meninggalkan keramik lantai domestik. Pada akhirnya konsumen mempunyai banyak pilihan untuk membeli produk keramik lantai baik dari dalam maupun luar negeri. 3 Variabel PI harga keramik lantai impor berpengaruh positif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar 1.14. Artinya peningkatan harga keramik lantai impor sebesar 1 persen akan menaikan volume impor sebesar 1.14 persen. Hasil ini berbeda dengan hipotesis awal dan juga teori ekonomi yang mengatakan bahwa harga impor memiliki hubungan yang negatif terhadap volume impor. Penelitian ini memang belum dapat menjelaskan bahwa harga keramik lantai impor berpengaruh positif terhadap volume impor. Namun penelitian ini akan memberi gambaran tentang hubungan tersebut. Bagi beberapa konsumen yang mengutamakan sebuah desain dan motif keramik, harga menjadi pertimbangan kedua dalam memilih produk keramik lantai. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ketua ASAKI Achmad Widjaya, bahwa alasan utama bagi konsumen tertentu dalam membeli sebuah produk keramik karena adanya keterlibatan emosional, baru kemudian mempertimbangkan harga. Sehingga kenaikan harga keramik lantai impor, belum tentu menurunkan permintaan konsumen terhadap produk tersebut 4 Variabel kursnilai tukar ER berpengaruh negatif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar -2.76. Artinya peningkatan nilai tukar sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor sebesar 2.76 persen. Sesuai dengan hipotesis awal dan teori ekonomi, hal ini terjadi karena tingginya nilai tukar rupiah terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang asing akan menyebabkan naiknya harga keramik lantai luar negeri impor dan menurunkan harga keramik domestik. Perubahan harga ini akan menyebabkan konsumen lebih banyak membeli keramik domestik sehingga volume impor akan menurun. 5 Variabel PDB Nasional GDP berpengaruh positif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar 8.59. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan GDP sebesar 1 persen akan meningkatkan volume impor sebesar 8.59 persen. Hubungan ini sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan bahwa GDP memiliki hubungan yang positif dengan volume impor. Semakin besar pendapatan masyarakat dinegara pengimpor Indonesia maka akan semakin besar permintaan konsumen akan produk keramik lantai impor. Dari hasil pendugaan seluruh variabel eksogen yang mempengaruhi volume impor keramik lantai, maka penelitian ini menunjukan bahwa beberapa perilaku impor keramik lantai tidak sesuai dengan teori ekonomi karena terdapat faktor- faktor lain yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk membeli produk keramik lantai. Adapun faktor-faktor eksternal tersebut adalah motif dan desain serta kualitas keramik lantai yang dapat mempengaruhi perasaan emosional konsumen dalam memilih produk keramik lantai. Dalam kondisi membanjirnya produk keramik impor, produksi keramik lantai Indonesia harus efisien sehingga dapat menghasilkan produk keramik lantai yang berkualitas dengan harga yang dapat bersaing dengan produk keramik impor. Loyalitas konsumen juga sangat berpengaruh dalam menghadapi persaingan dengan keramik lantai impor. 6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Keramik Tableware Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor VI keramik tableware TW pada penelitian ini menggunakan variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi volume impor keramik tersebut, diantaranya adalah Q produksi keramik TW di Indonesia Kg; PD harga keramik TW domestik Rp Kg; PI harga keramik TW impor RpKg; ER kurs atau nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing RpUS; dan GDP yaitu Produk Domestik Bruto Indonesiapendapatan nasional Indonesia miliar rupiah. Hasil estimasi model dan uji ekonometrika dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 18. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Tableware. Variabel Koefisisen Prob. t-statistic Ln β Konstanta -7.253959 0.2666 LnQ Produksi -0.188581 0.2123 LnPD Harga Domestik -0.344439 0.0430 LnPI Harga Impor -0.555299 0.0110 LnER Kurs -0.828979 0.0235 LnGDP Pendapatan 3.437677 0.0000 R-Squared 0.975325 Prob. F-statistic 0.000001 Uji Breusch-Godfrey Correlation LM Prob. ObsSquared 0.331996 Uji White Heteroskedasticity Prob. ObsSquared 0.724282 Catatan : Menggunakan taraf nyata 10 .

6.2.1. Estimasi Parameter Model

Pada model volume impor keramik TW, nilai F-hitung sebesar 71.14 dengan probabilitas sebesar 0.000001 yang signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. Pengujian autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM. Dari hasil estimasi menunjukan bahwa probabilitas ObsR-Squared adalah sebesar 0.33 yang nilainya melebihi taraf nyata yaitu 10 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroscedasticity . Dari hasil estimasi menunjukan bahwa probabilitas ObsR- Squared adalah sebesar 0.72 yang nilainya melebihi taraf nyata 10 persen. Dengan demikian hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung heteroskedastisitas. Tabel 19. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen Ln β LnPD LnPI LnER LnGDP Ln β 1.000000 -0.827186 -0.484965 0.239190 0.671616 LnPD -0.827186 1.000000 0.161248 0.049004 -0.416247 LnPI -0.484965 0.161248 1.000000 -0.273326 -0.762891 LnER 0.239190 0.049004 -0.273326 1.000000 0.316059 LnGDP 0.671616 -0.416247 -0.762891 0.316059 1.000000 Dari hasil perhitungan model, dalam penelitian ini memiliki gejala multikolinearitas. Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa ada korelasi antara variabel eksogen yang nilainya lebih besar dari ⎜0.8⎜, yaitu korelasi antar variabel harga domestik dengan variabel produksi dengan nilai sebesar –0.82. Masalah multikolinearitas dapat diatasi dengan menggunakan uji Klein. Apabila nilai korelasi antar variabel eksogen tersebut tidak lebih besar dari nilai R-Squared model maka gejala multikolinearitas dapat diabaikan. Pada model ini nilai R- Squared yang diperoleh sebesar 0.97, sedangkan nilai korelasi terbesar antar variabel eksogen sebesar –0.82. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada regresi model volume impor. Hasil pengujian normalitas menunjukan nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata α=10 yaitu 0.86. Berarti model OLS tidak memiliki masalah normalitas atau error term terdistribusi dengan normal.

6.2.2. Estimasi Model

Hasil analisis regresi menunjukan bahwa persamaan ini memiliki daya penjelas yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R- Squared yang telah didapat yaitu sebesar 0.97. Artinya bahwa persamaan volume impor keramik TW dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang terdapat didalam model tersebut sebesar 97 persen, sedangkan sisanya sebesar 2.46 persen dijelaskan oleh variabel lain didalam model. Pada persamaan volume impor semua variabel bebas berpengaruh nyata pada taraf nyata sebesar 10 persen α=10, kecuali produksi keramik TW Indonesia Q. Hasil pendugaan parameter volume impor menunjukan : 1 Variabel produksi Q tidak signifikan pada taraf nyata sebesar 10 persen, menunjukan bahwa produksi diduga tidak berpengaruh terhadap volume impor VI. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan teori ekonomi. Hal ini disebabkan karena meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini keramik TW terkena lonjakan impor, tetapi produksi keramik TW tetap meningkat. Dalam hal ini, volume impor yang semakin besar tidak dipengaruhi oleh produksi keramik TW domestik, peningkatan impor juga terjadi bukan untuk memenuhi kebutuhan keramik tableware domestik. 2 Harga keramik TW domestik PD berpengaruh negatif terhadap volume impor VI, dengan nilai koefisien sebesar -0.34. Artinya peningkatan harga keramik TW domestik sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor sebesar 0.34 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan teori yang mengatakan bahwa kenaikan harga barang-barang domestik akan meningkatkan volume impor, karena para pembeli dari luar maupun dalam negeri akan beralih ke barang-barang luar negeri impor yang harganya lebih murah dibandingkan barang-barang domestik. Penelitian ini akan memberi gambaran tentang hubungan negatif antara harga keramik TW domestik PD dengan volume impor VI. Dalam hipotesis ekonomi dasar disebutkan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta akan berhubungan secara negatif dengan faktor lain dianggap tetap cateris paribus. Berdasarkan teori tersebut, kenaikan harga keramik TW domestik menyebabkan permintaan keramik TW didalam negeri menurun, sehingga berakibat lesunya pasar keramik dalam negeri dan membuat para produsen luar negeriimportir mengurangi impor, karena tidak ingin menanggung kerugian akibat daya beli masyarakat yang sedang menurun. Hal ini juga didukung oleh literatur yang menyatakan bahwa pada masa krisis ekonomi terjadi penurunan daya beli masyarakat maupun pergeseran kualitas produk keramik yang diminta oleh konsumen. 3 Variabel harga keramik TW impor PI berpengaruh negatif terhadap volume impor VI, dengan nilai koefisien sebesar -0.55. Artinya peningkatan harga keramik TW impor sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor sebesar 0.55 persen. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal dan teori ekonomi bahwa kenaikan harga impor mengakibatkan konsumen dari dalam dan luar negeri akan beralih ke produk keramik dalam negeri yang lebih murah dibandingkan produk keramik impor, sehingga kenaikan harga impor akan menurunkan volume impor keramik TW ke Indonesia. 4 Variabel kursnilai tukar ER berpengaruh negatif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar -0.82. Artinya peningkatan nilai tukar sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor sebesar 0.82 persen. Sesuai dengan hipotesis awal dan teori ekonomi, hal ini terjadi karena tingginya nilai tukar rupiah terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang asing akan menyebabkan naiknya harga keramik TW luar negeri impor dan menurunkan harga keramik domestik. Perubahan harga ini akan menyebabkan konsumen lebih banyak membeli keramik domestik sehingga volume impor akan menurun. 5 Variabel PDB Nasional GDP berpengaruh positif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar 3.43. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan GDP sebesar 1 persen akan meningkatkan volume impor sebesar 3.43 persen. Hubungan ini sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan bahwa GDP memiliki hubungan yang positif dengan volume impor. Semakin besar pendapatan masyarakat di negara pengimpor Indonesia maka akan semakin besar permintaan konsumen akan produk keramik tableware impor. Dari hasil pendugaan seluruh variabel eksogen yang mempengaruhi impor keramik tableware, maka penelitian ini menunjukan bahwa untuk mengatasi peningkatan impor keramik diperlukan suatu instrumen kebijakan yang dapat membebani para produsen luar negeri dalam memasok keramik ke Indonesia. Peningkatan impor yang merugikan para produsen keramik TW, khususnya produk keramik dari China lebih mengutamakan kuantitas bukan kualitas sehingga keramik TW impor membanjiri pasar domestik dengan harga yang lebih murah. 6.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Keramik Saniter Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor VI keramik saniter pada penelitian ini menggunakan variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi volume impor keramik tersebut, diantaranya adalah Q produksi keramik saniter di Indonesia Kg; PD harga keramik saniter domestik Rp Kg; PI harga keramik saniter impor RpKg; ER kurs atau nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing RpUS; GDP yaitu Produk Domestik Bruto Indonesiapendapatan nasional Indonesia miliar rupiah; dan Dummy 0 sebelum dan 1 pada saat krisis ekonomi. Hasil estimasi model dan uji ekonometrika dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 20. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Saniter. Variabel Koefisisen Prob. t-statistic Ln β Konstanta 34.90837 0.0428 LnQ Produksi -0.729208 0.0327 LnPD Harga Domestik -1.435115 0.0083 LnPI Harga Impor 0.295524 0.5110 LnER Kurs -3.274900 0.0033 LnGDP Pendapatan 2.103576 0.1039 Dummy Dummy Krisis 1.970443 0.0143 R-Squared 0.910775 Prob. F-statistik 0.000820 Uji Breusch-Godfrey Correlation LM Prob. ObsSquared 0.247615 Uji White Heteroskedasticity Prob. ObsSquared 0.231586 Catatan : Menggunakan taraf nyata 10 .

6.3.1. Estimasi Parameter Model

Pada model volume impor keramik saniter, nilai F-hitung sebesar 13.61 dengan probabilitas sebesar 0.000820 yang signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. Pengujian autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM. Dari hasil estimasi menunjukan bahwa probabilitas ObsR-Squared adalah sebesar 0.24 yang nilainya melebihi taraf nyata yaitu 10 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroscedasticity . Dari hasil estimasi menunjukan bahwa probabilitas ObsR- Squared adalah sebesar 0.23 yang nilainya melebihi taraf nyata 10 persen. Dengan demikian hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung heteroskedastisitas. Tabel 21. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen Ln β LnPD LnPI LnER LnGDP Dummy Ln β 1.000000 -0.780433 -0.047922 0.037105 0.239485 -0.098989 LnPD -0.780433 1.000000 -0.211428 0.170731 0.114736 0.431827 LnPI -0.047922 -0.211428 1.000000 -0.045115 -0.845563 -0.778265 LnER 0.037105 0.170731 -0.045115 1.000000 0.316059 0.498627 LnGDP 0.239485 0.114736 -0.845563 0.316059 1.000000 0.820522 Dummy -0.098989 0.431827 -0.778265 0.498627 0.820522 1.000000 Dari hasil perhitungan model, dalam penelitian ini terdapat gejala multikolinearitas. Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa ada korelasi antar variabel eksogen yang nilainya lebih besar dari ⎜0.8⎜, yaitu korelasi antara variabel dummy dengan variabel GDP dengan nilai sebesar 0.82 dan korelasi antara variabel GDP dengan variabel harga impor dengan nilai sebesar –0.84. Masalah multikolinearitas dapat diatasi dengan menggunakan uji Klein. Apabila nilai korelasi antar variabel eksogen tersebut tidak lebih besar dari nilai R- Squared model maka gejala multikolinearitas dapat diabaikan. Pada model ini nilai R-Squared yang diperoleh sebesar 0.91, sedangkan nilai korelasi terbesar antar variabel eksogen sebesar 0.82 dan –0.84 maka dapat disimpulkan bahwa dalam hasil regresi pada penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hasil pengujian normalitas pada model regresi volume impor keramik saniter memperlihatkan bahwa nilai probabilitas Jarque-Bera yang diperoleh melebihi taraf nyata α=10 yaitu sebesar 0.22. Dengan demikian model ini tidak memiliki masalah normalitas atau error term terdistribusi dengan normal.

6.3.2. Estimasi Model

Hasil analisis regresi menunjukan bahwa persamaan ini memiliki daya penjelas yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R- Squared yang telah didapat yaitu sebesar 0.91. Artinya bahwa persamaan volume impor keramik saniter dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang terdapat didalam model tersebut sebesar 91 persen, sedangkan sisanya sebesar 8.99 persen dijelaskan oleh variabel lain didalam model. Pada persamaan volume impor semua variabel bebas berpengaruh nyata pada taraf nyata sebesar 10 persen α=10, kecuali harga keramik saniter impor PI dan PDB Nasional GDP. Dengan penjelasan sebagai berikut : 1 Variabel produksi Q berpengaruh negatif terhadap volume impor keramik saniter VI dengan nilai koefisien sebesar -0.72. Hal ini menunjukan bahwa bila produksi meningkat sebesar 1 persen, maka akan menurunkan volume impor sebesar 0.72 persen. Hubungan ini sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan produksi memiliki hubungan yang negatif dengan volume impor. Perubahan pada produksi suatu komoditi dapat menyebabkan perubahan pada impor komoditi tersebut. Peningkatan produksi keramik saniter di Indonesia dapat mengurangi permintaan konsumen akan produk keramik saniter impor. Peningkatan produksi selain untuk tetap menjaga tersedianya stokkebutuhan nasional juga dapat meningkatkan volume ekspor keramik saniter ke pasar luar negeri. 2 Harga keramik saniter domestik PD berpengaruh negatif terhadap volume impor VI, dengan nilai koefisien sebesar -1.43. Artinya peningkatan harga keramik saniter domestik sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor sebesar 1.43 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan teori yang mengatakan bahwa kenaikan harga-harga barang-barang domestik akan meningkatkan volume impor karena para pembeli dari luar maupun dalam negeri akan beralih ke barang-barang luar negeri impor yang harganya lebih murah dibandingkan barang-barang domestik. Penelitian ini akan memberi gambaran tentang hubungan negatif antara harga keramik saniter domestik dengan volume impor. Dalam hipotesis ekonomi dasar disebutkan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta akan berhubungan secara negatif dengan faktor lain dianggap tetap cateris paribus . Berdasarkan teori tersebut, kenaikan harga keramik saniter domestik menyebabkan permintaan keramik saniter di dalam negeri menurun, sehingga berakibat lesunya pasar keramik dalam negeri dan membuat para produsen luar negeriimportir mengurangi impor, karena tidak ingin menanggung kerugian akibat daya beli masyarakat yang sedang menurun. Hal ini juga didukung oleh literatur yang menyatakan bahwa pada masa krisis ekonomi terjadi penurunan daya beli masyarakat maupun pergeseran kualitas produk keramik yang diminta oleh konsumen. 3 Variabel PI harga keramik saniter impor tidak signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal ini menunjukan bahwa harga keramik saniter impor diduga tidak memiliki pengaruh terhadap volume impor VI. Hasil ini berbeda dengan hipotesis awal dan juga teori ekonomi yang mengatakan bahwa harga impor memiliki hubungan yang negatif terhadap volume impor. Penelitian ini memang belum dapat menjelaskan bahwa harga keramik saniter impor tidak berpengaruh terhadap volume impor. Namun penelitian ini akan memberi gambaran tentang hubungan tersebut. Hal ini terjadi karena selama ini keramik saniter yang ada di pasar domestik sebagian besar merupakan hasil produksi perusahaan PMA. Merek-merek yang beredar dipasaran pun merupakan merek-merek terkenal kelas internasional. Terlebih lagi konsumen pengguna keramik saniter umumnya berasal dari kalangan menengah atas yang cukup loyal setia terhadap produk-produk keramik saniter yang mewah dan harganya ekslusif. Sehingga harga keramik saniter impor baik tinggi maupun rendah tidak mempengaruhi permintaan konsumen yang lebih mengutamakan kualitas daripada harga. 4 Variabel kursnilai tukar ER berpengaruh negatif terhadap volume impor VI dengan nilai koefisien sebesar -3.27. Artinya peningkatan nilai tukar sebesar 1 persen akan menurunkan volume impor sebesar 3.27 persen. Sesuai dengan hipotesis awal dan teori ekonomi, hal ini terjadi karena tingginya nilai tukar rupiah terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang asing akan menyebabkan naiknya harga keramik saniter luar negeri impor dan menurunkan harga keramik domestik. Perubahan harga ini akan menyebabkan konsumen lebih banyak membeli keramik domestik sehingga volume impor akan menurun. 5 Variabel GDP tidak signifikan pada taraf nyata sebesar 10 persen, menunjukan bahwa GDP diduga tidak berpengaruh terhadap volume impor VI . Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan teori ekonomi, karena pendapatan masyarakat tidak mempengaruhi permintaan impor keramik saniter. Hal ini disebabkan karena konsumen pengguna keramik saniter mayoritas adalah masyarakat menengah atas karena produk keramik saniter yang ada di Indonesia saat ini masih diperuntukan bagi konsumen kalangan menengah atas seperti untuk perumahan mewah, perkantoran dan hotel berbintang, sehingga pendapatan tidak terlalu berpengaruh. 6 Variabel dummy yang signifikan pada taraf nyata 10 persen dengan nilai koefisien sebesar 1.97, menunjukan bahwa krisis ekonomi memiliki hubungan yang positif dengan volume impor keramik saniter. Hal ini disebabkan oleh karena pada masa krisis terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM yang memicu kenaikan harga sembako, biaya transportasi dan upah. Dimana kenaikan harga tersebut meningkatkan biaya produksi keramik, sehingga untuk memproduksi keramik diperlukan biaya yang sangat besar. Sehingga dari sisi produsen, adanya krisis ekonomi yang memicu kenaikan biaya produksi justru membuka peluang pasar bagi produk-produk keramik impor. Akan tetapi jika melihat dari sisi konsumen, daya beli masyarakat pada saat krisis justru menurun seharusnya menurunkan volume impor keramik. Akan tetapi masuknya produk keramik impor dengan harga murah dapat memnuhi kebutuhan masyarakat akan produk keramik dengan harga yang terjangkau. Selain itu masalah pasokan gas alam yang tidak stabil sehingga menyebabkan beberapa pabrik-pabrik keramik Indonesia terancam berhenti memproduksi keramik. Beberapa masalah yang menimpa industri keramik domestik tersebut yang memicu impor keramik meningkat selama krisis ekonomi terjadi. Dari hasil pendugaan seluruh variabel eksogen yang mempengaruhi impor keramik saniter, maka penelitian ini menunjukan bahwa untuk jenis keramik saniter di Indonesia dimana sebagian besar konsumennya berasal dari kalangan menengah atas, memiliki sikap loyalitas yang cukup besar terhadap merek-merek tertentu. Hal ini tentunya dapat dijadikan strategi bagi para produsen domestik dalam menghadapi persaingan dengan produsen luar negeri dalam menguasai pangsa pasar keramik saniter. Untuk masa yang akan datang perlu dipertimbangkan konsumen yang berasal dari kalangan menengah bawah, karena sebagai masyarakat yang memiliki tempat tinggal pasti akan membutuhkan produk keramik saniter yang sesuai dengan anggaran biaya yang tidak besar. Secara keseluruhan dari hasil pendugaan seluruh variabel eksogen dari masing-masing model volume impor keramik baik keramik lantai, tableware, maupun saniter maka dapat disimpulkan bahwa ketidaksesuaian variabel-variabel eksogen dengan teori dan hipotesis awal disebabkan karena suatu teori belum tentu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan. Banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain yang dapat membuat suatu teori menjadi tidak berlaku. Seperti halnya hubungan antara produksi Q dengan volume impor VI, hubungan antara harga domestik PD dengan VI, hubungan antara harga impor PI dengan VI dan juga hubungan antara GDP dengan VI. Pada akhirnya dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa beberapa perilaku komoditas keramik sesuai dengan teori ekonomi dan sementara perilaku lainnya menyimpang dari teori ekonomi. Hal ini dapat disebabkan karena data-data yang digunakan dalam perhitungan belum dapat merepsentasikan keadaan yang sebenarnya dan banyaknya faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi permintaan produk keramik impor dari konsumen di Indonesia. Faktor-faktor eksternal itu antara lain adalah selera, motif keramik, kesetiaan konsumen akan suatu merek produk keramik tertentu, dan fungsikegunaan produk keramik serta kualitasnya. Dari adanya penyimpangan perilaku komoditas keramik tersebut diperlukan kebijakan pemerintah yang fleksibel sesuai dengan kondisi pasar keramik baik didalam maupun diluar negeri dan kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan diindustri keramik diawali dengan mencari sumber permasalahan tersebut, sehingga kebijakan tersebut benar-benar dapat membangkitkan industri keramik nasional. Sumber permasalahannya yaitu pada aspek produksi dan bahan baku. Kebijakan tersebut dapat berupa peraturan pemerintah yang lebih konsisten dalam mengatur pasokan gas bagi industri keramik maupun kebijakan upah tenaga kerja. Model volume impor keramik pada penelitian ini hanya dapat memberikan gambaran yang menunjukan bagaimana impor keramik bisa terjadi dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta seberapa besar pengaruhnya secara umum.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Setelah mempelajari keragaan kegiatan impor komoditas keramik di Indonesia dapat disimpulkan : 1 Negara yang paling besar pasokan keramiknya ke Indonesia adalah China dan komoditi impor yang paling banyak adalah keramik tableware; 2 Produk keramik impor dapat menguasai pasar domestik dan menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat antar produsen domestik; 3 Untuk mengantisipasi maraknya impor keramik, pemerintah memberlakukan kebijakan tarif Bea Masuk BM mulai 1 Januari 2005 sebesar 20 persen untuk keramik lantai dan saniter, sedangkan untuk keramik tableware dikenakan tarif BM sebesar 30 persen juga tarif safeguard selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2006; 4 Adanya kebijakan pemerintah menaikan tarif impor justru memicu peningkatan jumlah keramik impor di dalam negeri; 5 Masih ada beberapa jenis bahan baku keramik yang harus diimpor dari luar negeri, karena belum tersedianya infrastruktur dan pengolahan bahan baku yang memadai di Indonesia, terjadinya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM, peraturan upah tenaga kerja yang tidak menguntungkan serta pasokan bahan baku yang terhambat mengakibatkan besarnya biaya produksi keramik di Indonesia. Sehingga menurunkan daya saing produk keramik dalam negeri dan menyebabkan maraknya produk keramik impor di Indonesia. 2. - Faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor keramik lantai adalah produksi keramik lantai Indonesia Q, harga keramik lantai domestik PD dan impor PI, nilai tukar rupiah ER, dan GDP. - Faktor-faktor yang memepengaruhi volume impor keramik tableware TW adalah harga keramik TW domestik PD dan impor PI, nilai tukar rupiah ER, dan GDP. - Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi volume keramik saniter adalah produksi keramik saniter Indonesia Q, harga keramik saniter domestikPD, nilai tukar rupiah ER, dan dummy krisis. Secara keseluruhan, semua variabel yang digunakan dalam model memiliki pengaruh terhadap peningkatan volume impor keramik di Indonesia. Meskipun untuk variabel produksi, harga keramik impor, dan GDP untuk jenis keramik tertentu tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan volume impor. 3. Dari hasil perhitungan model volume impor keramik menunjukan bahwa beberapa perilaku komoditas keramik sesuai dengan teori ekonomi dan sementara perilaku lainnya menyimpang dari teori ekonomi. Seperti halnya variabel harga keramik domestik dan harga keramik impor yang tidak sesuai dengan hipotesis awal dan teori, untuk ketiga jenis keramik. Sementara variabelperilaku keramik lainnya sesuai dengan teori seperti produksi, nilai tukar, dan GDP serta dummy. Hal ini dapat disebabkan karena data-data yang digunakan dalam perhitungan belum dapat merepsentasikan keadaan yang sebenarnya dan banyaknya faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap komoditas keramik impor di Indonesia.