Interpretasi dan Pembahasan 1. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

82

4. Pengaruh Jumlah Pembiayan Terhadap Perataan Laba

Total kredit total financing TF adalah jumlah pembiayaan syariah terhadap dan juga merupakan proxy untuk profil jumlah pembiayaan bank. Total pembiayaan dapat menunjukan adanya implementasi dynamic provisioning yang dilakukan oleh bank syariah. Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah pembiayaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan nilai signifikansi ini sebesar 0,148 di atas 0,05 5 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat tidak dapat diterima. Tidak berpengaruhnya Jumlah Pembiayaan terhadap tindakan perataan laba karena besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan belum dapat mencerminkan kinerja suatu perusahaan baik. Umumnya para pembaca keuangan akan menilai tingkat keuntungan yang didapatkan suatu perusahan.

F. Implikasi Penelitian

Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan perusahaan. Praktik perataan laba terkait erat dengan manajemen laba, yaitu praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen agent dan pemilik principal ketika semua pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. 83 Sasaran utamanya adalah untuk melunakan variabilitas laba setiap tahunnya, dengan mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ketahun yang buruk. Dalam hal ini pendapatan masa yang akan datang dapat dialihkan ketahun sekarang atau sebaliknya. Demikinan pula dengan biaya dapat dimodifikasi dengan mengalihkan beban atau kerugian dari periode ke periode. Ketatnya persaingan dalam dunia usaha atau bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik bagi perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan di pasar dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini dari empat variabel yang diteliti terdapat dua variabel yang terbukti positif signifikan terhadap perataan laba pada perbankan syariah di Indonesia yaitu variabel Profitabilitas yaitu NOM artinya bahwa kenaikan nilai variabel NOM akan mempengaruhi kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Sedangkan variabel NPF FDR,dan jumlah pembiayaan tidak berpengaruh signifikan. Walaupun dalam fatwa DSN MUI memperbolehkan perataan laba namun harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang berarti dalam keadaan yang diduga kuat akan menimbulkan risiko pengalihanpenarikan dana nasabah akibat tingkat kompetitif yang tidak wajar. Perataan Laba dapat merubah kandungan informasi atas laba yang dihasilkan perusahaan namun dapat dilakukan selama tidak bertentangan dengan 84 aturan pelaporan keuangan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum PABU, khususnya dalam standar akuntansi yaitu, dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan atau biaya. Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal disebut juga dengan financial fraud, dilakukan dengan cara-cara yang diperbolehkan oleh Pedoman Akuntansi Berterima Umum PABU, yaitu dengan cara melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah mark up atau mengurangi mark down nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi sehingga akan menghasilkan laba pada nilaitingkat tertentu yang dikehendaki. Perusahaan perbankan syariah seharusnya menjalankan sistem operasional yang sesuai dengan nilai-nilai syariah karena perbankan syariah tidak hanya profit oriented tapi juga falah oriented. Penyampaian laporan keuangan yang relevan dan reliable merupakan bagian dari bukti nilai amanah yang dijunjung tinggi dalam ajaran islam. Dalam perataan laba ini walaupun sudah sesuai dengan PABU akan tetapi dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap kondisi keuangan yang sebenarnya. Dan akan menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan ini dapat menimbulkan kerugian bagi pihak tertentu. Hal ini lah yang tidak dikehendaki oleh Islam karena tidak sesuai dengan prinsip adil dan saling menguntungkan yang terkandung dalam Q.S An- Nisa ayat 29.