59
Dimana : = standar deviasi laba
= rata-rata laba = standar deviasi penjualanpendapatan
= rata- rata penjualanpendapatan Adanya indikasi perataan laba yang dilakukan perbankan syariah akan
ditunjukan oleh CV atau sebaliknya untuk perusahaan yang tidak
melakukan tindak perataan laba. Data kategorial mengenai perusahaan perata laba atau bukan perata laba diberikan data dummy. Dengan skor 0 untuk bank
yang tidak melakukan perataan laba dan skor 1 untuk bank perata laba. Ashari dkk. dalam penelitian Frinta Pramitasari mengemukakan alasan
penggunaan indeks eckel untuk meneliti indikasi terjadinya praktik perataan laba yaitu :
45
1. Objektif dan berdasarkan pada statistic dan permisahan yang jelas antara perusahaan perata laba dan bukan perata laba.
2. Mengukur terjadinya praktik perataan laba tanpa memaksakan prediksi pendapatan, pembuatan model dari laba yang diharapkan pengujian biaya
atau pertimbangan yang subyektif.
45
Frinta Pramitasari, ― Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan
yang Terdaftar Di BEJ‖, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang 2009, hlm. 56.
60
3. Mengukur perataan laba dengan menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel perata laba yang potensial dan menyelidiki pola dari perilaku
perataan laba selama periode waktu tertentu.
1. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model logit logistic regression dianggap sesuai karena variabel dependennya berupa variabel dummy binary dependent
variable atau bersifat dikotomi. Model logit adalah model regresi non linear yang menghasilkan persamaan dimana variabel dependen bersifat kategorial.
Dalam pengujian multivariate yang menggunakan regresi logit tidak memerlukan uji normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model,
artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap group.
46
Kelebihan dari model logistik menurut Kuncoro dalam Ismed adalah lebih fleksibel
dibandingkan dengan teknik lain, yaitu :
47
a Model ini tidak memerlukan asumsi normalitas atas variabel independen yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus
memiliki distribusi normal, linear maupun memiliki varian yang sama dalam setiap kelompok. Seperti dinyatakan pula oleh Ghazali, dalam
analisis regresi logistik, asumsi multivariate normal distribution tidak
46
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006 h. 333.
47
Ismed Wijaya, ―Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia‖, tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Medan, 2011, h. 65.
61
dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu metric dan kategorikal non metrik. Dalam hal ini dapat
dianalisis dengan regresi logistic karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.
b Variabel independen dalam model logit bisa campuran dari variabel kontinu, diskrit atau dikotomi dummy.
c Regresi logistic amat bermanfaat digunakan apabila distribusi repon atas variabel dependen diharapkan non linear dengan satu atau lebih variabel
bebas. Berdasarkan jenis variabel dependennya, regresi logistik dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu binary logistic regression regresi logistic biner, dan multinomal logistic regression regresi logistic multinominal. Regresi logistic
biner digunakan jika hanya ada dua kemungkinan variabel respon Y, sedangkan regresi logistik multinominal digunakan ketika pada variabel
respon Y terdapat lebih dari 2 dua kategorisasi. Pada penelitian ini, hanya terdapat dua kemungkinan variabel respon Y yaitu melakukan perataan laba
dan tidak melakukan perataan laba. Dua kategori variabel dependen ini diwakili oleh angka 1 melakukan perataan laba dan 0 tidak melakukan
perataan laba sehingga model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistic biner.
62
2. Pengujian Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Pengujian yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan pengujian goodness of fit dan Hosmer and Lemeshow test. Uji goodness of fit dilakukan untuk mengetahui apakah
model cocok dengan data dan layak untuk digunakan dalam analisis penelitian atau tidak.. Pengujian yang dilakukan yaitu dengan menilai keseluruhan
model dilakukan dengan cara memperhatikan angka pada 2 Loglike hood - 2LL Block Number = 0 dan -2 LogLikehood -2LL Block Number = 0
kepada -2 log likelihood -2LL Block Number = 1. Jika terjadi penurunan angka dari -2 log likelihood
-2LL Block Number = 1 menunjukan model regresi yang baik. Log likelihood pada regresi logistic mirip dengan pengertian
“sum of squared error
‖ pada model regresi, sehingga penurunan log likelihood menunjukan model regresi yang baik.
Berikutnya adalah menilai kelayakan model regresi goodness of fit test yang menguji untuk melihat apakah data empiris cocok atau sesuai dengan
model dengan memakai uji hosmer dan lemeshow test. Untuk menguji apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model, maka digunakan hipotesis :
Ho : data empiris cocok dengan model Ha : data tidak cocok dengan model
63
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara probabilitas dengan 0.0. Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima
atau menolak hipotesis nol Ho di atas adalah sebagai berikut : Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.0 maka Ho ditolak dan Ha
diterima Jika nilai signifikansi lebih besar daripada 0.05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak. a. Model Summary Koefisien Determinasi
Model Summary dalam regresi logistic sama dengan pengujian R² pada regresi linear berganda. Pada regresi logistik Cox dan
Snell’s Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R² pada multiple
regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 satu sehingga sulit diinterpretasikan.
Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell R Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 nol sampai
1 satu. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R² pada
multiple regression.
48
b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Pengujian hipotesis secara simultan pada regresi logistik dilakukan dengan
melihat tabel omnibus test of coefficient. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas.
48
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, h. 341.
64
Ho : Seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Ha : Minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen.
Dengan tingkat signifikansi α sebesar 0.05, maka kesimpulan yang diambil adalah :
Jika p-value 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak. Jika p
—value 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Variabel Financing Deposit Ratio FDR, Jumlah Pembiayaan total financing,Risiko Pembiayaan NPF, Profitabilitas yang diukur melalui
NOM dilakukan pengujian terhadap parameter koefisien yang telah ada, apakah estimasi parameter dari masing-masing variabel independennya
layak untuk dimasukan kedalam persamaan tersebut atau tidak, statistik uji yang digunakan adalah Wald test. Uji hipotesisnya adalah sebagai berikut
: Ho : variabel independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen Ha : variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Dengan tingk
at signifikansi α sebesar 0.05, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :
65
Jika p-value 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika p-value 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian regresi logit dilakukan untuk melihat odds atau peluang perusahaan tersebut melakukan perataan laba atau tidak. Model logistic
regression yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Status=
b ₒ +b NPF+b FDR+b NOM+b JumlahPembiayaan
Dimana : Status : status perusahaan
0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba 1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba
NPF : Risiko Pembiayaan FDR : Financing Deposit Ratio
NOM : Net Operational Income Total Pembiayaan : Total Financing
Untuk melihat odds atau probabilitas perusahaan tersebut melakukan perataan laba, dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
49
49
Ibid, h. 335-336
66
Ln odds =
b ₒ +b NPF+b FDR+b NOM+b JumlahPembiayaan
Atau =b
ₒ +
b NPF+b FDR+b NOM+b JumlahPembiayan
Persamaan di atas ditransformasikan menjadi berikut : 1
Dimana : E : bilangan eksponensial
67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Indeks Eckel
Pada perhitungan Indek Eckel skala yang digunakan adalah skala nominal untuk menghitung suatu perusahaan melakukan perataan laba atau tidak tidak.
Indeks ini menggunakan coefficient variation CV. Dengan menggunakan data laba operasional dan pendapatan operasional laba operasional. Untuk mencari CV
∆ I terlebih dahulu harus mencari ∆ I yaitu selisih laba operasional yang didapat selama satu periode. Lalu setelah mendapatkan selisih laba operasional dalam satu
periode dapat dicari standar deviasi dalam tiap triwulan selama setahun. Setelah itu dicari rata-rata laba operasional per triwulan. Setelah mendapatkan nilai standar
deviasi laba operasional dan rata-rata laba operasional pertriwulan lalu untuk mendapatkan nilai CV ∆ I = nilai standar deviasi laba operasional dibagi dengan
rata – rata laba operasional.
Sedangkan untuk menghitung CV ∆ S terlebih dahulu harus dicari ∆ S
yaitu selisih pendapatan operasional yang didapat selama satu periode. Lalu setelah mendapatkan selisih pendapatan operasional dalam satu periode dapat
dicari standar deviasi dalam tiap triwulan selama setahun. Setelah itu dicari rata- rata pendapatan operasional per triwulan. Setelah itu dicari rata-rata pendapatan
operasional per triwulan. Setelah mendapatkan nilai standar deviasi pendapatan
66
68
operasional dan pendapatan operasional pertriwulan lalu untuk mendapatkan nilai CV ∆ I = nilai standar deviasi pendaptan operasional dibagi dengan rata–rata
pendapatan operasional. Apabila :
CV ∆ I CV ∆ S , maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba atau perata laba diberi dengan nilai 1
CV ∆ I CV ∆ S , maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang tidak melakukan perataan laba atau bukan perata laba diberi dengan nilai 0
Untuk menaksir koefisien variasi laba operasional dan pendapatan operasional digunakan laporan laba rugi bulanan periode 2011-2013.
B. Analisis Statistik Deskriptif
Variabel penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak lima 5 variabel, satu variabel dependen dan 4 variabel independen. Variabel
dependen dalam variabel ini adalah perataan laba sedangkan variabel independen dalam variabel ini adalah Non Performing Financing NPF, Financing Deposit
Ratio FDR, Profitabilitas NOM, dan Jumlah Pembiayaan. Tabel 4.1 berikut akan menunjukan statistik deskriptif dari kelima variabel tersebut.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Sum
Mean Std. Deviation
PerataanLaba 72
.000 1.000
42.000 .58333
.496466 NPF
72 .001
.101 1.926
.02675 .014984
FDR 72
.741 1.065
65.407 .90843
.085916 NOM
72 .026
.403 9.571
.13293 .082832
Jumlahpembiaya an
72 378444
54711700 1183553537
16438243.57 15653219.663
69
Valid N listwise 72
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Dari tabel 4.1 di atas maka data-data tersebut dideksriptifkan sebagai berikut : 1. Jumlah seluruh observasi pengamatan penelitian adalah 72 observasi
pengamatan, dengan empat 4 variabel independen dan satu 1 variabel dependen yaitu perataan laba.
2. Variabel independen pertama yaitu Non Performing Financing NPF memiliki nilai minimum sebesar 0,001 0,1 yang dimiliki oleh PT Bank
BCA Syariah pada periode 2012. Dan nilai maksimum sebesar 0,101 10,1 yang dimiliki oleh PT Bank BCA syariah pada periode desember 2013.
Sementara itu nilai rata-rata mean dari data Non Performing Financing NPF pada bank syariah adalah 0,02675
2,6. Dan penyimpangan rata-rata sebesar 0,014984
1,4. Dilihat dari nilai rata-rata sebesar 0,02675 2,6, dapat disimpulkan bahwa bank syariah pada umumnya memiliki NPF yang
cukup rendah dibawah ketentuan nilai maksimum NPF yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menilai tingkat kesehatan bank, yaitu 5 .
3. Variabel independen kedua adalah Financing Deposit Ratio FDR, yaitu memiliki nilai minimum sebesar 0,741 74,1 yang dimiliki oleh PT Bank
BCA Syariah pada Januari 2012. Dan nilai maksimum sebesar 1,065 106,5 yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia pada periode juni
2013. Sementara itu nilai penyimpangan rata-rata sebesar 0,085916 8,5916. Dilihat dari nilai rata-rata sebesar Financing Deposit Ratio FDR