Teori Keagenan Agency Theory

40 Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan dirinya sendiri, mengakibatkan agen memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Hal ini memicu agen untuk menggunakan asimetri informasi sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agen tersebut adalah yang disebut dengan praktek manajemen laba earnings management. F. Asimetri Informasi Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik pemegang saham. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat melalui pengungkapan informasi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenernya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi information asymetric. Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibandingkan pihak lain pemilik atau pemegang saham. 41 Menurut Scott dalam Wisnumurti terdapat dua macam bentuk asimetri informasi, yaitu adverse selection dan moral hazard. 26 a. Adverse Selection adalah jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha memiliki informasi lebih atas pihak lain. Adverse selection terjadi karena para manajer serta orang-orang dalam lainnya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan hal ini menjadi penyebab kemungkinan terdapat faktafakta yang tidak disampaikan kepada principal. b. Moral Hazard, adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha dapat mengamati tindakan- tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak lainnya tidak. Adverse selection memiliki kesamaan dengan moral hazard dalam hal unsur kesengajaan,namun berbeda dalam hal perencanaan.

G. Perataan Laba Income Smoothing

Menurut budhijono dalam ratnasari Perataan Laba Income Smoothing didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi 26 Adhika Wisnumurti, ― Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan Asimetri Informasi dengan Praktik Manajemen Laba Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI‖, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang 2010, h. 11. 42 fluktuasi income baik secara artificial atau ekonomi. 27 Hal ini berakibat investor tidak memiliki informasi akurat tentang laba. Sehingga investor gagal dalam menaksir risiko investor mereka. Pemilihan metode akuntansi yang menyajikan adanya laba yang rata dari tahun ketahun merupakan salah satu hal yang sangat disukai oleh manajemen dan para investor. Karena laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil. Teori Efficiency Market Hypotesis EMH menyebutkan bahwa laporan keuangan dapat mempengaruhi pasar saham. Ini berarti menunjukan betapa pentingnya peranan laporan keuangan,terutama pada laporan laba rugi. 28 Perhatian yang besar dari investor terhadap tingkat laba yang dihasilkan perusahaan menjadi salah satu alasan yang mendorong manajemen untuk melakukan beberapa tindakan dysfunctional behavior perilaku tidak semestinya, yaitu dengan melakukan manipulasi laba atau manajemen laba yang erat kaitannya dengan teori keagenan. Perataan laba dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu 1 artificial smoothing, yaitu perataan laba yang dilakukan melalui prosedur akuntansi yang diterapkan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu period ke periode lain, yaitu dengan mengubah kebijakan akuntansi. 2 real smoothing, 27 Dhiar, Ratnasari, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2010. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dipenogoro,Semarang. h. 35 28 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam Jakarta : Bumi Aksara, 2004 , hlm. 54 43 yaitu perataan laba real yang dimanipulasi melalui transaksi nyata, yaitu dengan mengatur menunda atau mempercepat transaksi. 29 Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba,diantaranya ialah : 30 a Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri accruals. b Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. c Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi dalam kategori yang berbeda. Menurut foster dalam Dwiatmini dan Nurkholis tujuan perataan laba adalah sebagai berikut : 31 1. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah. 29 Ni‘matus Sholihah, ― Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, PLAN dan Risiko Perusahaan Terhadap Perataan Laba pada Perbank an Syariah di Indonesia‖. Skripsi program studi keuangan islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2007, h. 31. 30 Sugiarto, Sopa. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VI Oktober, 2003. H. 350-359. 31 Dwiatmini S, Nurkholis, ―Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba : Kasus Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta,2001. Jurnal TEMA. Vol 2 1