Grin 2003 juga menyebutkan bahwa kecapakan berbahasa Mandarin

2015. Grin 2003 juga menyebutkan bahwa kecapakan berbahasa Mandarin

merupakan suatu hal yang penting dalam dunia bisnis di Asia. Seiring dengan pesatnya arus globalisasi, bahasa Mandarin kerap digunakan oleh etnis Cina dalam dunia ekonomi. Lubis 1999 menyebutkan bahwa etnis Cina di kota Medan telah berhasil menguasai industri, pertokoan, perbankan, dan perdagangan umum dan distribusi. Umumnya etnis ini dominan menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan sehari-hari seperti di rumah, dalam pergaulan, bisnis, dan sebagainya. Menurut Ostler 2005 banyak informasi ilmu pengetahuan, baik bidang teknik, ekonomi, psikologi bersumber dari buku-buku berbahasa Mandarin. Selain itu bahasa Mandarin saat ini berada pada urutan teratas dalam bahasa internasional dan paling banyak dipakai setelah bahasa Inggris. Belajar bahasa Mandarin tidaklah mudah mengingat bahasa Mandarin tidak lepas dari aspek pelafalan, tata bahasa, dan aksara Hanzi. Dalam bahasa Mandarin banyak pengucapan yang sama dan apabila intonasinya tidak baik maka makna yang disampaikan akan rancu. Hal ini membuat setiap siswa merasa kesulitan dalam belajar bahasa Mandarin. Berdasarkan kurikulum standar kompetensi lulusan SMA tujuan belajar bahasa Mandarin adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi meliputi menyimak, membaca, berbicara serta menulis. Kemampuan tersebut sangat berhubungan satu sama lain. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum menggunakan bahasa Mandarin untuk berkomunikasi dengan baik apalagi tidak semua dari etnis tersebut terbiasa dengan bahasa Mandarin. Universitas Sumatera Utara Salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum bahasa Mandarin di kota Medan adalah SMA Methodist 2 Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa menyebutkan bahwa tidak semua siswa memiliki kemampuan dalam berbahasa Mandarin. Berikut kutipan wawancara dari beberapa siswa di SMA Methodist 2 Medan: “Gak semua orang Cina itu bisa Mandarin kak, bahasa yang kami pelajari di rumah itu bahasa daerah yaitu Hokkien sama kayak orang Medan biasanya pake bahasa batak” Komunikasi Personal, Maret 2014 “Sebagian ada sih yang pintar kayak kakak saya dulu dipaksa belajar sama kakek, tapi saya gak terlalu paham Mandarin jadi di kelas nilai saya juga biasa aja bahkan teman saya yang Cina ada juga yang remedial.” Komunikasi Personal, Maret 2014 “Tapi sebagian ada juga yang memang fasih Mandarinnya tapi Hokkiennya gak bisa. Tergantung lah kak. “ Komunikasi Personal, Maret 2014 “ Belajar bahasa Mandarin sulit kak, susah untuk dipahami” Komunikasi Personal, Maret 2015 Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SMA Methodist 2 Medan mengakui sulitnya belajar bahasa Mandarin sehingga tidak banyak dari mereka mampu berbahasa Mandarin meskipun mayoritas siswanya merupakan etnis Cina. Dalam belajar bahasa Mandarin, keberhasilan siswa berkaitan dengan seberapa besar siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Sidi 2011 menyebutkan bahwa keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki siswa. Kata motivasi digunakan untuk menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan tugas-tugas Pintrinch, 2003. Dengan adanya motivasi juga akan menunjukkan arah perilaku, yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai Sardiman ,2007. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama berlangsungnya kelas bahasa Mandarin di SMA Methodist 2 Medan masih ada beberapa siswa yang mengobrol dengan temannya, tidak memperhatikan guru, dan kelas yang ribut saat pelajaran bahasa Mandarin. Hal ini menunjukkan kurangnya ketertarikan siswa pada pelajaran tersebut. Sardiman 2007 menyatakan bahwa motivasi yang ada dalam diri setiap individu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Tekun menghadapi tugas; 2 Ulet menghadapi kesulitan belajar tidak lekas putus asa; 3 Menunjukkan minat terhadap pelajaran; 4 Lebih senang bekerja mandiri; 5 cepat bosan dengan tugas rutin 6 Dapat mempertahankan pendapatnya; 7 Senang mencari dan memecahkan masalah; 8 Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini Ketika salah seorang siswa ditanya tentang ketertarikan untuk belajar bahasa Mandarin, siswa tersebut menjawab : “Aku tertarik ka belajar Mandarin karena aku bercita-cita mau melanjutkan studi ku nanti ke Cina di bidang seni. Disana program beasiswa cukup banyak apalagi sekolah ku memberikan cukup peluang kesana. Tapi disana gak semua pake bahasa Inggris harus bisa Mandarin juga sebagai prasyarat. Jadi aku harus raj in belajar Mandarin mulai sekarang.” Komunikasi personal, 16 Juni 2014 Hal ini menunjukkan bahwa siswa ini memiliki orientasi sehingga motivasi belajar bahasa Mandarinnya cukup tinggi, yang ditunjukkan dengan sikap positifnya seperti tekun mengerjakan tugas, rajin, dan semangat. Namun Universitas Sumatera Utara demikian, guru juga mengaku beberapa siswa menunjukkan sikap negatif, seperti kurang rajin dan tidak tekun mengerjakan tugas, bahkan lupa membawa perlengkapan belajar. Ini bisa menjadi salah satu indikator kurangnya motivasi belajar pada bidang ini. Penelitian yang berkenaan tentang motivasi belajar bahasa Mandarin dilakukan Tan Ooi 2010 yang menunjukkan 98,9 siswa setuju bahwa mereka belajar bahasa Mandarin karena mereka membutuhkannya untuk karir di masa depan, dan 94,8 siswa belajar bahasa Mandarin karena kemungkinan hal tersebut akan berguna untuk digunakan dalam memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Dengan demikian, untuk dapat mencapai keberhasilan dalam berbahasa Mandarin dengan baik sangat diperlukan motivasi. Dorney 2001 menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berperan dalam hasil belajar adalah motivasi belajar. Brown 2002 juga menambahkan bahwa motivasi adalah salah satu faktor yang memberikan kontribusi pada keberhasilan pembelajaran bahasa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Moore 2007 menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar akan memaksimalkan diri untuk sukses dalam hal akademis. Mereka akan belajar secara teratur, mencari bantuan bila diperlukan dan tepat waktu. Menurut Tileston 2004, motivasi belajar berkaitan dengan keinginan melakukan sesuatu, mencoba hal baru dan mendorong seseorang untuk mencoba lagi apabila dia gagal. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi lebih dikenal sebagai energi dalam diri siswa untuk mendorong kegiatan belajar dan Universitas Sumatera Utara memberikan arah tujuan belajar. Menurut Sardiman 2007 seseorang yang memiliki inteligensi tinggi boleh saja gagal karena kurangnya motivasi. Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu Nashar, 2004. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Methodist 2 Medan diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai pada pelajaran bahasa Mandarin cukup rendah dan hanya mencapai nilai standard KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. Pada tahun 2014 sekitar 35 siswa memiliki nilai dibawah KKM dan 20 siswa memiliki skor tinggi pada mata pelajaran ini. Dari hasil wawancara juga guru menambahkan bahwa antara etnis Cina dan bukan etnis Cina hasil belajarnya cukup bervariasi. Berikut kutipan wawancara dengan guru bahasa Mandarin di SMA Methodist 2 Medan: “ Sebagian Cina memang ada yang hasil belajar Mandarin nya bisa dikatakan masih minim padahal yang diujikan juga adalah hal-hal yang sederhana. Padahal jauh lebih mudah bagi mereka mempelajarinya. Sementara yang non- Cina juga demikian ada yang tinggi ada yang minim” Komunikasi Personal, Maret 2014 “ Bahasa sehari-hari yang paling banyak dipakai khususnya di Medan adalah Hokkien. Hokkien tidak punya struktur bahasa tertentu seperti Mandarin, juga tidak punya goresan tangan jadi lebih mudah belajar Hok kien dibandingkan Mandarin. “ Komunikasi Personal, Maret 2014 “Hokkien secara umum hampir sama dengan bahasa Mandarin perbedaannya ada pada cara lafal dan intonasinya serta sedikit dalam kosa katanya ” Dari pernyataan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Mandarin siswa cukup bervariasi. Richard 2001 menjelaskan bahwa motivasi Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu personal factor sifatnya sangat individual. Oleh karena itu, setiap pembelajar bahasa boleh jadi mempunyai motivasi yang berbeda walaupun mereka sama-sama sedang mempelajari bahasa yang sama. Untuk etnis bukan Cina yang belajar Mandarin di sekolahnya mengaku kalau bahasa Mandarin itu sulit, namun menyadari akan pentingnya bahasa Mandarin itu untuk kedepannya. Berikut kutipan wawancara dengan salah seorang siswa : “ Menurut saya Mandarin itu penting apalagi isuenya bakal jadi bahasa nomor 2, tapi lumayan sulit lah belajar Mandarin apalagi saya tidak terbiasa dengan bahasa itu ” Komunikasi Personal, Maret 2014 Mengacu pada beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan masih cukup rendah sehingga motivasi belajar sangat dibutuhkan, khususnya dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Mandarin. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran motivasi belajar bahasa Mandarin pada siswa tersebut. Universitas Sumatera Utara

B. RUMUSAN MASALAH