2. Metode Kepustakaan, adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber yang relevan serta mendukung penelitian.
3. Metode Data Online, yaitu dengan menjadikan data dari media online
sebagai salah satu referensi untuk mendukung kebutuhan akademis dalam bentuk data sekunder ataupun informasi yang mendukung
penelitian.
3.5 Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif digunakan untuk mempertegas kepercayaan suatu data, hal ini dikarenakan banyak hasil penelitian kualitatif
diragukan kebenarannya karena beberapa hal seperti subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang
sering diandalkan adalah wawancara dan observasi yang mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol dalam
observasi partisipasi, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa teknik keabsahan data, yaitu Bungin, 2007: 256, 259: 1.
Ketekunan Pengamat Derajat keabsahan yang tinggi diperoleh dengan jalan meningkatkan
ketekunan dalam pengamatan di lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan
pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan
ketekunan pengamat di lapangan, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.
2. Kecukupan Referensi
Keabsahan data hasil penelitian dapat dilakukan dengan memperbanyak hasil referensi yang dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang
telah dilakukan, baik referensi yang berasal dari orang lain maupun referensi yang diperoleh selama penelitian seperti gambarvideo
Presiden Joko Widodo, video rekaman wawancara, berita, dan buku- buku yang berkaitan dengan penelitian.
3. Uraian Rinci
Teknik ini memberi penjelasan kepada pembaca dengan menjelaskan hasil penelitian dengan serinci-rincinya. Suatu temuan yang baik akan
dapat diterima seseorang apabila dijelaskan dengan penjelasan yang terperinci, gamblang, logis, dan rasional.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif memiliki tujuan untuk menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang
tuntas terhadap proses tersebut, serta menganalisis makna yang terdapat di balik informasi, data, dan proses suatu fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan analisis semiotika. Semiotika merupakan suatu model yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar, dan disebut
dengan “tanda”. Dengan demikian, semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai
“kebohongan”, dimana di dalam tanda terdapat sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri Bungin, 2007: 162.
Salah satu cara untuk dapat membaca realitas yang ada budaya, sosial, media, dan sebagainya adalah dengan cara memahami konteksnya. Melalui
konteks, seseorang dapat memahami masalah yang ada, namun pemecahan masalah yang ditampilkan tidak berlaku untuk konteks yang lain. Peneliti
berusaha menganalisis komunikasi nonverbal yang terdapat pada Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, Joko Widodo atau Jokowi, dengan
memahami tanda dan konteks yang terdapat didalamnya dan citra yang terbentuk darinya dengan menggunakan teori mengenai tanda dari analisis semiotika, yaitu
teori “Semiologi dan Mitologi” dari Roland Barthes. Penelitian ini menitikberatkan pada pemaknaan komunikasi nonverbal,
yaitu berupa kinesik atau gerak tubuh, paralinguistik atau suara, proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial, dan artifaktual atau penampilan, serta
citra yang terbentuk dari Presiden Joko Widodo dengan bantuan penjabaran lima
kode dalam semiotika oleh Barthes, yang meliputi kode hermeneutik atau kode teka-teki yang berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan “kebenaran”,
kode semik atau kode konotatif dimana Barthes menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling “akhir”, kode simbolik yang merupakan
aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural, tepatnya menurut Barthes adalah pascastruktural, kode proaretik yang menerapkan beberapa prinsip
seleksi, dan kode gnomik, dimana realisme tradisional didefenisi oleh acuan yang telah diketahui Sobur, 2004: 65-66.
Pembacaan melalui lima kode yang dijabarkan oleh Barthes tersebut juga menggunakan konsep lexia dari Barthes, yaitu fragmen-fragmen teks sebagai
satuan-satuan pembacaan units of reading, yang bila diisolasikan akan berdampak atau memiliki fungsi yang khas dibandingkan dengan potongan-
potongan teks lain di sekitarnya. Satuan-satuan tersebut menunjukkan kesatuan makna common semantic feature, mulai dari sepatah kata, perkataan frase,
kalimat, serangkaian kalimat, bahkan paragraf panjang-pendeknya pun bervariasi Budiman, 2004: 35. Namun, karena dalam hal ini objek penelitian merupakan
komunikasi nonverbal yang terdapat dalam beberapa video, maka satuan-satuan pembacaan tersebut berupa gambar-gambar dalam beberapa sequence yang
dianggap memiliki makna. Sequence sama halnya seperti bab dalam sebuah buku, dimana sequence
merupakan sekelompok shot atau scene memiliki satu uraian besar tentang maksud dan tujuan. Dalam shot terdapat pengambilan angle secara rinci dan
spesifik serta bagian-bagian kegiatan, sedangkan scene atau adegan merupakan pengambilanshot dari suatu lokasi dan tindakanaction yang sama Sutisno, 1993:
71. Sequence tersebut dibagi berdasarkan inti cerita dari kumpulan shot atau scene yang terdapat dalam ketiga video yang telah dipilih oleh peneliti. Dalam
masing-masing sequence tersebut terdapat gambar-gambar yang akan diteliti, yaitu gambar-gambar yang menunjukkan komunikasi nonverbal berupa kinesik
atau gerak tubuh, paralinguistik atau suara, proksemik atau penggunaan ruang personal dan sosial, dan artifaktual atau penampilan dari subjek penelitian,
Presiden Joko Widodo Jokowi Budiman, 2004: 36.
Adapun inti cerita dari video pertama adalah Presiden Joko Widodo menandatangani berita acara pelantikan Presiden Republik Indonesia untuk
periode 2014-2019, Presiden Joko Widodo membaca sumpah dan pidato kepresidenan di Gedung DPRMPR, dan Presiden Joko Widodo menuju Istana
Merdeka. Inti cerita dari video kedua adalah Presiden Joko Widodo melakukan diskusi dengan warga Kampung Nelayan, Presiden Joko Widodo menuju Menara
Pos Pemantauan Perbatasan di Sebatik, Presiden Joko Widodo menjawab pertanyaan dari media massa, dan Presiden Joko Widodo menuju SMPN 1
Sebatik. Sedangkan dalam video ketiga, inti ceritanya adalah sesi pertama Presiden Joko Widodo menjawab pertanyaan dari media massa dan sesi kedua
Presiden Joko Widodo menjawab pertanyaan dari media massa.
3.7 Keterbatasan Penelitian