3. Penegakan Peraturan dan Penegakan sanksi administratif yang tegas
Dengan menerapkan peraturan yang tegas dan jelas adalah salah satu cara yang cukup ampuh dalam mencegah semakin meningkatnya kejahatan perusakan
hutan. Seperti yang tertulis di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan perusakan hutan dalam ketentuan umum
yaitu : a. Pasal 1Undang-undang No.18 Tahun 2013 tentang P3H :
Hutan adalah suatu sesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam kumunitas alam
lingkungannya yang tidak dpat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
b. Pasal 2 Undang-undang No.18 Tahun 2013 tentang P3H : Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
di pertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap c. Pasal 3 Undang-undang No.18 Tahun 2013 tentang P3H :
Perusakan hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan melalui kegiatan pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau
penggunaan izin yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian izin di dalam kawasan hutanyang telah ditetapkan, yang telah ditunjuk, ataupun
yang sedang diproses penetapannya oleh pemerintah. d. Pasal 4 Undang-undang No.18 Tahun 2013 tentang P3H :
Pembalakan liar adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi.
Universitas Sumatera Utara
e. Pasal 5Undang-undang No.18 Tahun 2013 tentang P3H : penggunaan kawasan hutan secara tidak sah adalah kegiatan terorganisasi yang
dilakukan di dalam kawasan hutan untuk perkebunan dan atau pertambangan tanpa izin menteri.
f. Pasal 6 Undang-undang No.18 Tahun 2013 tentang P3H : Terorganisasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompak yang
terstruktur, yang terdiri atas dua 2 atau lebih, dan yang bertindak secara bersama-sama pada waktu tertentu dengan tujuan melakukan perusakan hutan,
tidak termasuk kelompok masyarakat yang tinggal di dalam atau dikawasan sekitar hutan yang melakukan perladangan tradisional dan\atau melakukan
penebangan kayu untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan komersial.
26
Ada pula pendapat yang keliru seolah-oleh penegakan hukum adalah tanggung jawab aparat penegak hukum. Penegakan hokum adalah kewajiban dari
Dengan penerapan pasal-pasal ini akan membuat masyarakat mengerti, akan aturan dalam mengelola hutan dan agar tidak sembarangan dalam melakukan
pemanfaatan hasil hutan, dan tidak ada alasan bagi mereka untuk mengelak dari perbuatan yang sudah bertentangan. Pembuatan peraturan ini di sampaikan kepada
seluruh masyarakat agar semaunya tau tentang peraturan kehutanan. Ada suatu pendapat yang keliru, yang cukup meluas di berbagai kalangan,
yaitu penegakan hukum hanya melalui proses di pengadilan. Perlu di perhatikan bahwa penegakan hukum di laksanakan melalui berbagai jalur dengan berbagai
sanksinya, seperti sanksi administrative, sanksi perdata dan sanksi pidana.
26
Undang-Undang R.I. Nomor 18 Tahun 2013 tentang P3H .Pasal 1-6.
Universitas Sumatera Utara
seluruh masyarakat dan untuk ini pemahaman untuk hak dan kewajiban menjadi syarat mutlak. Masyarakat bukan penonton bagaimana hukum di tegakkan, akan
tetapi masyarakat aktif berperan dalam penegakan hokum, masyarakat yang tidak membuang sampah ke sungai ikut menegakkan hukum, karena membuang
sampah di sungai adalah pelanggaran. Keith Hawkins mengemukakan bahwa penegakan hukum dapat dilihat dari
dua system atau strategi, yang di sebut compliance dengan conciliatory style sebagai karakteristiknyadan sanctioning dengan penal style sebagai
karakteristiknya. Block, sebagaimana di kutip oleh Hawkins, menyatakan, bahwa conciliatory style itu remedial, suatu metode sosial repair and maintenance,
assitence of people in trouble, berkaitan dengan what is necessary to ameliorate a bad situation. Sedangkan penal control prohibits with punishment, sifatnya adalah
accusatory, hasilnya binary, yaitu : all or nothing, punishment or nothing Hawkins, 1984 : 3-4.
Di dalam Notitie handhaving milieurecht 1981 di negeri belanda, penegakan hukum di artikan sebagai het door controle en het toepassen of
dreigen daarme van administratiefrechtelijke, strafrechtelijke of
privaatrechtelijke middelin bereiken dat de algemeen en individueel geldende rechtsregels en voorschriften worden nageleefd. Dalam hubungan controle ini
termasuk pengawasan pemerintah atas peraturan, maupun penyidikan dari tindakan yang melanggar hukum.
Penyidikan serta pelaksanaan sanksi administrative atau sanksi pidana merupaka bagian akhir sluitstuk dari penegakan hukum. Yang perlu ada terlebih
Universitas Sumatera Utara
dahulu adalah penegakan preventif, yaitu pengawasan atas pelaksanaan praturan. Pengawasan preventif ini ditujukan kepada pemberian penerangan dan saran serta
upaya meyakinkan seseorang dengan bijaksana agar beralih dari suasana pelanggaran ke tahap pemenuhan ketentuan peraturan Milieurecht, 1990: 389-
399. Dari uraian tersebut diatas dapat di ambil kesimpulan , bahwa upaya yang
lebih dulu di lakukan adalah yang bersifat compliance, yaitu pemenuhan peraturan, atau penegakan preventif dengan pengawasan preventifnya,
27
Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPLH memungkinkan Gubernur atau bupati danatau walikota melakukan paksaan
pemerintah untuk mengawasi dan memaksakan penataan oleh pemilik kegiatan danatau usaha atas persyaratan lingkungan, baik yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh izin. Paksaan pemerintah yang dimaksud dapat berupa kepada pemilik kegiatan danatau usaha
untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran. Disamping paksaan Salah satu instrument atur dan awas yang sangat penting adalah
penjatuhan sanksi administrasi. Sanksi administrasi di sini harus dibedakan dengan putusan pengadilan tata usaha negara. Sanksi administrative didefinisakan
sebagai suatu tindakan hukum legal action yang diambil pejabat tata usaha negara yang bertanggung jawab atas pengelolaan lingkungan hidup atas
pelanggaran persyaratan lingkungan.
27
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Lingkunngan, Edisi VIII, Gajah Mada University Press, Yokyakarta 2005, Halaman. 398
Universitas Sumatera Utara
pemerintah, sanksi adminitratif bisa juga pencabuta izin khususnya pelanggaran tertentu.
Seperti diketahui bahwa penggunaan hukum adminitratif dalam penegakan hukum lingkungan mempunyai dua fungsi, yaitu preventif dan represif. Misalnya,
Pasal 25 UU No. 23 Tahun 1997 memungkinkan gubernur untuk mengeluarkan paksaan pemerintah untuk mencegah dan mengakhiri pelanggaran, untuk
menaggulangi akibat dan untuk melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan dan pemulihan.
Dalam rangka merangsang peran serta masyarakat public participation. UUPLH memungkinkan pihak ketiga yang berkepentingan mengajukan
permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan peksaan pemerintah. Provisi pasal 25 ayat 3 UUPLH ini merupakan ketentuan yang
mengakomodir control sisosal, oleh kerana itu , pejabat yang berwenang harus secara serius melaksanakan permohonan pihak kedua ini untuk menciptakan iklim
penegakan hukum yang efektif. Di samping paksaan pemerintah, upaya prevnetif lain yang dapat
dilakukan Pemerintah terhdapa kegiatan yang mempunyai potensi untuk merusak dan mencemarkan lingkungan adalah melalui audit lingkungan. MenurutPasal 28,
UUPLH pemerintah harus mendorong penanggung jawab usaha untuk melakukan audit lingkungan, atau dikenal juga sebagai volunteer environmental audit. Dalam
konteks ini, pemilik kegiatan melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang ada. Seandainya, pemilik kegiatan telah melanggar peraturan atau telah
menunjukkan ketidakpatuhannya pada undang-undang dan peraturan yang ada,
Universitas Sumatera Utara
maka pemerintah dapat mewajibkan pemilik kegiatan untuk melakukan audit lingkungan, yang sering di sebut dengan compulsory environmental audit Pasal
29 ayat 3 UUPLH. Tindakan represif yang dapat dilakukan pemerintah dalam rangka
penegakan hukum lingkungan di temukan dalam Pasal 25 ayat 5 UUPLH dan Pasal 27 ayat 2 UUPLH. Pemerintah dapat menetapkan uang paksa kepada
pencemar dan perusak lingkungan untuk kelalainnya melakukan tindakan penyelamatan, penaggulangan danatau pemulihan lingkungan. Pasal 27 ayat 1
UUPLH memberikan mandate kepada pemeritah untuk mencabut izin usaha danatau kegiatan yang menimbulkan pencemaran danatau perusakan lingkungan.
Untuk itu gubernur dapat mengajukan usul pencabutan izin usaha danatau kegiatan tersebut kepada pejabat yang berwenang.
28
Perizinan juga merupakan instrumen penting dan mempunyai fungsi prevnetif, yaitu untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hutan dan
juga pencemaran lingkungan. Melalui izin, pemerintah dapat menetapkan syarat- syarat lingkungan tertentun yang harus di penuhi oleh pemilik kegiatan. Ada
beberapa izin yang relavan untuk menceha terjadinya pencemaran dan perusakan hutan.
29
1. Setiap usaha danatau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai
Pasal 18 UUPLH menyatakan :
28
Sukanda Husni. S.H. LL.M. loc. cit Halaman. 101-102
29
Ibid. Halaman. 95
Universitas Sumatera Utara
dampak lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha danatau kegiatan.
2. Izin melakukan usaha danatau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
pertaran perundang-undangan yang berlaku. 3. Dalam izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dicamtumkan
persyaratan dan kewajiban untuk melakukan upaya usaha pengendalian dampak lingkungan.
Sehingga dengan adanaya izin ini dapat mengurangi terjdinya perusakan hutan. karena bagi meraka yang tidak mempunyai izin yang resmi dari pejabat
yang berwenang akan langsung ditindak tegas, dan tidak dapat sewenag-wenang. pejabat berwenang juga harus lebih hati-hati dalam mengeluarkan izin,
pemerintah harus tau betul kemana tujuan permintaan izin tersebut, tidak hanya asal mengelurkan izin saja dan di tuntut harus tegas, dan mempunyai kesadaran
akan kepentingan Negara ini, jangan hanya memikirkan kepentingan individu saja. Meliahat banyak pejabat menyelahgunakan wewenangnya.
30
30
Koesnadi Hardjosoemantri.op.cit. Halaman. 329
Selain itu pemerintah juga harus menyatakan Dalam izin tersbut seperti yang tercamtum dalam, Pertauran Pemerintah No. 13 Tahun 1987 Pasal 14 yaitu
perusahaan wajib : 1. Melaksanakan upaya keseimbangan, dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industry yang dilakukan;
Universitas Sumatera Utara
2. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkatannya, dan keselamatan kerja;
3. Melaksanakan upaya hubungan dan kerjasama antara pengusahan nasional untuk mewudkan keterkaitan yang saling menguntungkan.
31
Dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1987 yang berbunyi : izin pemanfaatan hasil kayu usaha yang diberikan oleh menteri untuk
memanfaatkan hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayangan, pemeliharaan, dan pemasaran.
32
Sistem peringatan dini sangat di perlukan baik unutk kegiatan pencegahan mauapun pemadam kebakaran hutan. System peringatan dini dikembangkan
antara lain melalui penilaian bahaya kebakaran fire danger rating system. Penilaian bahaya kebakaran hutan dapat dilakuakn dengan cara sederhana dan
dengan cara yang lebih canggih. Membatasi pengeluaran izin HPH bagi para peminta izin baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok, dengan mempertimbngkan pengeluaran izin ini juga dapat bermanfaat, bagi mereka yang meminta izin HPH harus
mempunyai tujuan yang jelas, dan pejabat yang berwenang juga harus bijaksana dalam memberikan izin.bila yang diberi izin belum mengetahui apa saja syarat-
syarat dalam memegang izin tersebut pejabat yang berwenang harus dapat menejelasakannya, dan hutan yang seperti yang dapat minfaatkan dan juga mana
yang tidak boleh untuk ganggu apalagi melakukan pembalakan.
4. Sistem Peringatan Dini