Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kajian Pustaka 1. Sosialisasi

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM mandiri perdesaan di Desa Purbadolok? 2. Siapa saja yang melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM mandiri perdesaan di Desa Purbadolok?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah Sudarwan Danim, 2002:91. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM mandiri perdesaan di Desa Purbadolok. 2. Untuk mengetahui aktor Pelaku sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM mandiri perdesaan di Desa Purbadolok. Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu sosiologi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan analisis peneliti sehingga memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Dan khususnya penelitian ini dapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan role theory, karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Dalam hal ini dengan adanya sosialisasi, masyarakat ditanamkan yang namanya nilai dan norma serta diajarkan peran-peran bagaimana dalam pemanfaatkan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM mandiri perdesaan. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer dalam keluarga dan sosialisasi sekunder dalam masyarakat. Kamanto Sunarto, 1993:23.

2.1.2. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi primer didefenisikan Peter L. Berger dan Luckman sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat keluarga. Dalam hal ini masyarakat perlu diberikan sosialisasi yang baik dan benar oleh pihak yang berkewajiban, apalagi program tersebut adalah salah satu program pertama kalinya didirikan di perdesaan sehingga secara bertahap masyarakat mampu dalam menerima bagaimana fasilitas program tersebut bisa Universitas Sumatera Utara didirikan. Oleh karena itu dengan adanya sosialisasi primer masyarakat mengetahui dengan sendirinya bagaimana pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat PNPM mandiri perdesaan. Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru yang selama ini mungkin tidak akan pernah dirasakan oleh masyarakat perdesaan dalam meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat baik dari segi pembangunan infrastruktur, ekonomi dan yang lainnya. Kamanto Sunarto, 1993:31.

2.1.3. Agen sosialisasi

Fuuler dan Jacobs dalam Kamanto Sunarto 1993;30-35 mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan system pendidikan. Dalam hal ini agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Namun dalam permasalahan ini pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri perdesaan adalah Tim Pelaksana Kegiatan TPK, Badan Pengawas Desa BPD, Kepala Desa Kades

2.1.4. Tipe Sosialisasi

Agar sosialisasi dapat berjalan dengan lancar tertib dan berlangsung terus menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu sosialisasi formal dan sosialisasi informal. Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang terbentuk melalui lembaga yang Universitas Sumatera Utara dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. Artinya adalah dalam menjalankan sebuah pembangunan perlu ada yang namanya lembaga yang memiliki aktor sebagai pensosialisasi terhadap masyarakat, dan aktor tersebut berfungsi untuk mengajarkan kepada masyarakat bagaimana dalam menjalankan nilai dan norma dalam pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, dan memberitahu kapada masyarakat seperti apa peranan dari pada pembangunan program tersebut. Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan. Artinya adalah bahwasanya sosialisasi informal ini bisa terjalin dalam sesama masyarakat, yang melakukan diskusi tentang bagaimana pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut. http:sharenexchange.blogspot.com201002sosialisasi-masyarakat8061.html diakses tanggal 21-02-2011 pukul 09.44

2.1.5. Pola Sosialisasi

Bronfrenbrenner, Kohn dan Jaeger dalam Kamanto Sunarto 1993;33 meyebutkan ada dua pola sosialisasi yaitu pola sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, menekankan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Dalam hal ini yang dimaksud dari pengertian tersebut adalah apabila masyarakat gagal dalam menjalankan pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut pasti akan mendapat yang namanya ganjaran misalnya seperti: dalam jangka waktu beberapa tahun kemudian masyarakat desa tersebut tidak akan mendapat bantuan dari Universitas Sumatera Utara pemerintah. Sosialisasi partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting. Artinya adalah apabila masyarakat yang menerima program PNPM mandiri tersebut berhasil dalam memanfaatkan fasilitas program tersebut secara otomatis akan mendapat yang namanya pembangunan yang berkelanjutan sustainable development dari pemerintah.

2.1.6. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan

Sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat dalam mewujudkan pembangunan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat perdesaan demi untuk menunjang kesejahteraan masyarakat untuk mengarah kepada tujuan yang lebih baik sesuai dengan keinginan pemerintah yaitu untuk mengentaskan kemiskinan secara struktural. Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan dalam mendorong bagaimana cara masyarakat perdesaan dalam menggunakan berbagai macam fasilitas program yang didirikan ditiap-tiap dusun, sehingga kegunaan atau manfaat dari fasilitas program tersebut benar-benar efektif di tengah-tengah masyarakat, mulai dari cara menggunakan Mandi Cuci Kakus MCK yang baik dan benar, penggunaan jalan dari rabat beton, pemanfaatan jembatan sebagai sarana penghubung, dan penggunaan irigasi persawahan. Universitas Sumatera Utara Pensosialisasian cara-cara tersebut sangat perlu di berikan kepada masyarakat perdesaan, karena tanpa adanya sosialisasi yang diberikan, secara otomatis program yang didirikan tidak akan benar-benar efektif penggunaannya di dalam masyarakat. Dan pastinya akan banyak mengalami kekurangan-kekurangan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat perdesaan tersebut akan tetap mengalami stagnan yang begitu susah untuk dirubah. Pada dasarnya masyarakat yang baru-baru mengenal yang namanya konsep pembangunan demi untuk mensejahterakan kehidupannya dengan cara memberikan bantuan dalam bentuk pendirian berbagai macam pembangunan seharusnya perlu diberikan sosialisasi yang baik serta mematangkan pola pemikiran masyarakat bagaimana caranya dalam menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tersebut. Karena dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar yang diberikan kepada masyarakat tentunya akan mendapatkan imbalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah selama ini. Sosialisasi yang tepat dan benar akan memacu pikiran masyarakat perdesaan untuk lebih kritis terhadap hal-hal yang baru yang sedang mereka alami dalam menggali lebih dalam seperti apa kegunaan dari fasilitas tersebut dan tujuan dari fasilitas yang didirikan, dan pastinya akan ada niat dalam masyarakat perdesaan untuk lebih mempertanggungjawabkan bahwasanya pembangunan fasilitas tersebut akan dapat dalam mengubah pola kehidupannya pada masa sebelum dan sesudah didirikannya fasilitas tersebut, dan bahkan mungkin lebih dari pada apa yang diharapkan pemerintah selama ini. Untuk itulah kegunaan dari pada sosialisasi itu sangat penting dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan dalam Universitas Sumatera Utara pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, sehingga pada akhirnya kegunaan dari pada fasilitas tersebut benar-benar efektif di dalam masyarakat perdesaan.

2.1.7. Teori Peran Role Theory

Sesuai dengan lanjutan teori sosialisasi, teori peran sangat berkaitan erat dengan yang namanya sosialisasi. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan role theory. Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannnya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton 1936, seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi social dalam terminology aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini masyarakat yang dibarengi dengan yang namanya pemahaman tentang peran-peran secara otomatis akan lebih paham dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, karena segala sesuatu yang diajarkan dengan peran adalah salah satu fakor utama dalam mencapai kepuasan tersendiri bagi individu untuk menjalankan sebuah fungsi. Hal ini dikaitkan dengan bagaimana seorang individu atau masyarakat memahami apa yang dilakukan oleh agen sosialisasi. Oleh karena itu diperlukan peran yang aktif dalam proses pensosialisasian atas individu atau masyarakat agar tercapai keinginan yang disepakati. Universitas Sumatera Utara

2.1.8. Teori Fungsional

Dengan adanya pemahaman tentang peranan dalam sebuah pembangunan akan saling melengkapai apabila dengan adanya konsep AGIL Suatu fungsi function adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system Rocher, 1975:40. Dengan menggunakan defenisi ini, Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua system Adaptation Penyesuaian A, Goal attainment pencapaian tujuan G, Integration penyatuan I, dan Latensi L atau pemeliharaan pola. Dengan adanya pola diatas dapat disimpulkan bahwa teori peran dalam konsep AGIL mendukung kajian tulisan peneliti melalui subbab sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM mandiri perdesaan.

2.1.9. Prinsip-prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan

Dalam pelaksanaannya, PNPM mandiri perdesaan menekankan prinsip-prinsip pokok, yang terdiri dari: 1. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administratif. 2. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya Universitas Sumatera Utara 3. Keberpihakan pada orang masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung. 4. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. 5. Partisipasi pelibatan masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan. 6. Prioritas usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. 7. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut. 8. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar- pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan. 9. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, 2008 : 4 Universitas Sumatera Utara

2.2. Defenisi Konsep

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

2 40 130

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 41 97

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76