4.2. Interpretasi Data 4.2.1. Latar Belakang PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan. PNPM
Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM mandiri perdesaan merupakan kelanjutan
Program Pengembangan Kecamatan PPK, yang selama ini dinilai berhasil. Diantara keberhasilan PPK adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok
rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat PTO PNPM mandiri, 2007.
Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Desa Purbadolok secara khusus selama ini merupakan permasalahan yang
sangat kompleks. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak bisa dilakukan oleh sepihak saja melainkan harus dengan adanya berbagai
macam bentuk bantuan yang berasal dari pemerintah dan pihak yang peduli dengan masyarakat perdesaan, salah satunya adalah program PNPM Mandiri Perdesaan.
Menurut Bapak AH. Purba 50 thn selaku Badan Pengawas Desa BPD, mengatakan bahwasanya PNPM Mandiri Perdesaan itu adalah sebagai berikut:
“……….menurut saya PNPM Mandiri Perdesaan itu adalah suatu program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melakukan pembangunan fasilitas di desa, dan membuat masyarakat desa menjadi lebih
berpotensi misalnya di desa ini adalah daerah pertanian oleh karena itu masyarakat harus bisa lebih meningkatkan produktivitas hasil
pertanian mereka disebabkan karena sudah adanya program dari pemerintah………”
Sumber: Hasil Wawancara, April 2011
Universitas Sumatera Utara
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannnya, mampu mengakses sumber
daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Sedangkan misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah peningkatan
kapasitas masyarakat dan kelembagaannya, pelembagaan system pembangunan partisipatif, pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal, peningkatan kualitas
dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat, pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, salah satu strategi yang dikembangkan PNPM mandiri perdesaan adalah menentukan
masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, mengadakan sosialisasi yang baik serta terarah di dalam masyarakat, serta mengembangkan hubungan kerjasama yang baik di
desa. Berdasarkan visi, misi, dan startegi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya adanya sosialisasi antara Fasilitator
Kecamatan F-Kec, TPK, BPD, dan Kepala Desa kepada masyarakat sebagai pembelajaran sekaligus sebagai pendekatan terhadap masyarakat desa dalam
memanfaatkan fasilitas program PNPM Mandiri Perdesaan. Seperti yang di tuturkan oleh Bapak S. Purba 41 tahun selaku Fasilitator Kecamatan F-Kec yang berperan
sebagai memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan PNPM Mandiri Perdesaan pada tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Beliau mengatakan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“……… sosialisasi pertama dilakukan waktu Musyawarah Antar Desa MAD setelah menerima kesepakatan, baru di hari kedua kita
melakukan sosialisasi di setiap desa, dan sosialisasi hari kedua tersebut yang berada di desa kita sekalian mengajarkan atau memberitahu
bagaimana dan seperti apa kegunaan dan manfaat dari pada fasilitas tersebut serta bagiaman caranya dalam memanfaatkan fasilitas PNPM
Mandiri Perdesaan tersebut apabila sudah benar-benar didirikan nantinya. Dalam musyawarah yang terjadi di desa, masyarakat desa
memilih siapa yang pantas diangkat sebagai TPK, BPD, TPU dan tim pengawas fasilitas pemeliharaan setiap bulannya dan yang lainnya.
Dalam sosialisasi tersebut materi yang di berikan adalah tentang perencanaan, pemeliharaan, sampai kepada pelaksanaan
kegiatan……….”
Sumber: Hasil Wawancara, April 2011
Adapun hal-hal yang dilakukan oleh fasilitator kecamatan dalam mensosialisasikan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok yang
sekaligus masyarakat desa dipercayakan dalam memilih siapa yang pantas diangkat sebagai TPK, BPD, TPU, dan kelompok lainnya adalah karena kondisi masyarakat
yang berada pada posisi kemiskinan dan jauh dari tingkat kesejahteraan, dan juga Fasilitator Kecamatan beranggapan bahwasanya dengan mereka memilih siapa yang
pantas diangkat sebagai pengurus dalam program PNPM Mandiri Perdesaan nantinya mungkin lebih memacu semangat masyarakat dalam menghadiri berbagai rapat atau
musyawarah, menjaga fasilitas yang telah didirikan nantinya serta mempermudah masyarakatnya dalam mengangkut hasil pertanian mereka untuk dipasarkan.
Mengingat bahwasanya keadaan masyarakat Desa Purbadolok yang masih sederhana seperti masih banyak rumah yang terdiri dari rumah panggung, jalanan
menuju rumah masih terbuat dari tanah, alat komunikasi yang tidak memadai, baik transportasi serta sebahagian rumah yang masih terdapat tidak memiliki kamar mandi
dan toilet, pendapatan masih rendah serta hal yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Namun pada kenyataannya seperti apa yang penulis temukan dilapangan baik dengan melakukan wawancara, ketika dilakukan sosialisasi masyarakat masih banyak
untuk memilih pergi ke ladang masing-masing dan memiliki pendapat hanya orang yang memiliki kepentingan tersendirilah yang mengikuti musyawarah tersebut selain
itu juga masyarakat Desa Purbadolok masih banyak yang memiliki jiwa yang tidak mau tahu akan hal-hal baru yang ingin didirikan di desanya sendiri dan juga masih
terdapat masyarakatnya yang berjiwa keras artinya adalah ketika dilakukan musyawarah masyarakat masih memilih untuk nongkrong di kedai dari pada ikut
serta dalam musyawarah tersebut. Sesuai dengan konsep pembangunan fasilitas program PNPM Mandiri
Perdesaan di Desa Purbadolok yaitu Tapature Ma Hutatta yang mengarah pada Local
Economic Development Pembangunan Economic Local, yang mana artinya adalah mari kita sama-sama membangun desa kita sendiri dengan memanfaatkan sumber
daya alam yang kita miliki demi untuk menuju desa yang mandiri dan sejahtera. Pada saat fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan didirikan, banyak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan atau tidak selayaknya fasilitas tersebut diperlakukan seperti itu. Dimana seperti yang kita ketahui fasilitas yang telah didirikan di Desa Purbadolok
adalah diantaranya: jembatan, Mandi Cucui Kakus MCK, sekdam Bendungan atau dam pengendali yang bertujuan untuk mencegah erosi, pembangunan jalan dari rabat
beton, dan irigasi pertanian. Sangat banyak mengalami kerusakan dan sebagian penduduk tidak memanfaatkan samasekali salah satu dari fasilitas tersebut, seperti
didusun III apa yang diutarakan oleh Bapak B.Purba 45 thn mengatakan:
Universitas Sumatera Utara
“………keberadaan MCK ini sebenarnya tidak begitu bermanfaat bagi kami karena didusun kami ini sudah rata-rata punya kamar mandi
lengkap dengan PAM nya. Itu didirikan lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat desa lain yang kebetulan berdekatan dengan lokasi
pendirian fasilitas. Sementara kalau masyarakat kami sendiri sebagai dusun III palingan memanfaatkannya pada saat bekerja disawah
kebetulan lokasinya berdekatan dengan sawah milik masyarakat dusun III, dan itu pun dimanfaatkan hanya dengan mencuci kaki dan basahan
dari bekas lumpur sawah, selainnya tidak ada. Dan yang paling penting sebenarnya bagi kami adalah irigasi pertanian dan seandainya
daerah aliran sungai baik hasil produksi pertanian kami pasti lebih baik, dohot denggan……….”
Sumber: Hasil Wawancara, April 2011
Sedangkan dalam fasilitas MCK yang terletak di dusun II, meskipun berdekatan dengan rumah penduduk, masih tetap mengalami yang namanya kurang
efektifitas dalam memanfaatkannya. Seperti yang penulis temukan dilapangan keadaan MCK tersebut sangat memprihatinkan dimana kran dari PAM nya
mengalami kerusakan, dinding dari bangunan ditumbuhi jamur, kotoran manusia berserakan dan bau yang tak sedap. Sementara bangunan dari pada MCK tersebut
masih bagus dan utuh serta dilengkapi dengan atap yang terbuat dari seng dan memiliki teras tersendiri. Seperti yang dituturkan oleh Bapak M. Purba 32 thn
mengatakan: “………..sebenarnya dengan didirikannya MCK tersebut, kebutuhan
masyarakat sangat tertolong, apalagi fasilitas tersebut didirikan berdekatan dengan pasar hitam, namun karena tidak adanya
pemeliharaan dan pengawasan yang ketat fasilitas tersebut menjadi buta dimasyarakat seperti kran air diobok-obok, pintu dibanting, gabe
sodiatturehon akka jolmai be………” Sumber: Hasil Wawancara, April 2011
Berbeda halnya dengan fasilitas irigasi pertanian, dimana pendirian dari pada fasilitas ini berbarengan dengan musim masyarakat bekerja di sawah yang sibuk
dengan mengurus persawahan masing-masing. Dimana seperti yang kita ketahui
Universitas Sumatera Utara
bahwasanya irigasi tersebut sangatlah di butuhkan oleh masyarakat Desa Purbadolok, mengingat lahan pertanian masyarakat yang sebahagian besar merupakan lahan
kering yang mengharapkan adanya air adalah karena turunnya air hujan selain itu masyarakat sangat sulit dalam mengolah pertanian pada saat musim kering. Namun
pada kenyataannya berbeda dengan apa yang penulis temukan dilapangan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh masyarakat terhadap fasilitas tersebut mengingat
bahwasanya fasilitas itu sangat begitu berguna untuk masyarakat justru menjadi sebaliknya. Seperti apa yang dituturkan oleh Bapak A. Situmorang 50 thn
mengatakan: “…………itu didirikan berbarengan dengan masyarakat lagi musim-
musimnya bekerja disawah, dan pada saat itu masyarakat tidak mau tahu hal dan seperti apa yang mau didirikan, dan saya sendiri juga
tidak mengetahui apa dari kegunaan dari pada fasilitas tersebut, dan hal itu juga terbukti dari apa yang kita lihat dilapangan. Banyak
teman-teman yang lainnya bagaimana mendapatkan air lebih cepat dengan melakukan cara yang tidak sepantasnya seperti melobangi
drainase air, membuat pipa tersendiri untuk mendapatkan air kesawahnya, mengorek dinding drainase dengan
tujuan menghilangkan rerumputan yang tumbuh disekitar sawah pada hal
perbuatan ini sangat mempermudah terjadinya kerusakan pada aliran drainase, massam-massam ma di bahen akka jolmai boha asa hatop
dapot aek…………” Sumber: Hasil Wawancara, April 2011
Intinya adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat terhadap fasilitas dari pada PNPM Mandiri Perdesaan yang dapat membuat dari pada
penggunaan fasilitas tersebut tidak begitu terjadi keefektivitasannya adalah karena masyarakat itu sendiri lebih mementingkan urusan pertanian dari pada mengikuti
berbagai macam musyawarah yang pada intinya berguna bagi kepentingan masyarakat pada hal rapat tersebut tidak begitu dilakukan secara intens, masih
Universitas Sumatera Utara
membawa sifat primitive yang membuat masyarakat enggan untuk mengeluarkan pendapat dan memberikan saran kepada tim pengelola kegiatan. Sehingga apa yang
kita dapat dilapangan tidak sesuai antara harapan dan kenyataan das sollen dan das sain.
4.2.2. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM-MP di Desa Purbadolok.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan role theory, karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu. Begitu juga halnya dengan yang dilakukan oleh Fasilitator Kecamatan F-Kec yang menangani program PNPM-MP di Desa Purbadolok,
dimana yang pertama dilakukan adalah membuat Musyawarah Antar Desa MAD, dalam musyawarah ini masyarakat diberi kebebasan dalam memilih siapa yang
sepantasnya diangkat menjadi TPK, BPD, dan pengawas lainnya. Tim Pelaksana Kegiatan melakukan fungsinya sebagai actor dalam
mengajarkan berbagai hal bagaimana dalam memanfaatkan fasilitas PNPM-MP di Desa Purbadolok apabila sudah didirikan nantinya, baik dari segi perawatan,
pengawasan, dan pemeliharaan demi untuk menjaga yang namanya ketahanan suatu fasilitas. Hal ini sagat jelas seperti apa yang diucapkan oleh bapak M. Purba selaku
ketua TPK sesuai dengan hasil wawncara sebagi berikut: “…………saya sebagai ketua TPK dan mewakili teman-teman saya sebagai
pengurus pada waktu musyawarah kami diberi kesempatan oleh fasilitator kecamatan dan waktu dalam memberikan berbagai materi tentang bagaimana
Universitas Sumatera Utara
dalam pemanfaatan fasilitas PNPM-MP tersebut kepada masyarakat sehingga nantinya tidak ada peran-peran masyarakat yang mengalami kekurangan
dalam hal tersebut………” Sumber: Hasil Wawancara, April 2011
Pernyataan tersebut di dapat melalui wawancara dari Bapak M. Purba yang sedang berada di kedai sambil minum kopi bersama teman-teman yang lainnya.
Namun karena masyarakat Desa Purbadolok sebahagian besar yang lebih disibukkan oleh kegiatan pertaniannya sehingga membuat hasil pemaparan tersebut hanya di
dengarkan sebahagian kecil masyarakat yang mengikuti musyawarah yang mungkin saja dapat menimbulkan kekurangpuasan tersendiri bagi actor yang memberi materi
dan hal ini akan sangat jelas berpengaruh dengan kenyataan dilapangan nantinya.
4.2.3. Sosilasisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder Pemanfaatan Fasilitas PNPM-MP di Desa Purbadolok.
Masyarakat Desa Purbadolok merupakan masyarakat yang memiliki sumber daya manusia yang cukup rendah dan bisa dikatakan masih dibawah rata-rata
termasuk dalam hal pengetahuan tentang program dari pemerintah, oleh karena keterbatasan tersebut masyarakat Desa Purbadolok perlu mendapat apa yang namanya
sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder demi untuk membelajarkan sekaligus mengarahkan dan mengenalkan seperti apa pendirian dan bagaimana pemanfaatan
fasilitas program tersebut. Dalam hal ini masyarakat perlu diberikan sosialisasi yang baik dan benar oleh pihak yang berkewajiban, apalagi program tersebut merupakan
salah satu program pertama kalinya didirikan di perdesaan sehingga secara bertahap masyarakat mampu dalam menerima berbagai fasilitas program tersebut bisa
Universitas Sumatera Utara
didirikan. Dalam berbagai macam program secara otomatis akan terlebih dahulu di perkenalkan kepada masyarakat seperti apa manfaat dan kegunaan daripada program
tersebut. Dalam hal ini sejalan dengan sosialisai yang dilakukan oleh TPK maka sepantasnya perlu adanya strategi pengenalan kepada masyarakat hal dan seperti apa
program yang akan didirikan sehingga nantinya masyarakat tidak merasa canggung dalam menggunakan fasilitas tersebut, sama seperti apa yang dipaparkan oleh Bapak
Fasilitator Kecamatan F-Kec mengatakan: “………..sebelum program ini didirikan di perdesaan kami sudah melakukan
berbagai macam kunjungan dengan masyarakat antar desa, disana kami melakukan musyawarah berbentuk pemaparan serta membahas adanya
program dari pemerintah yang sasarannya adalah masyarakat perdesaan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat perdesaan dari berbagai macam
masalah kemiskinan dan program tersebut akan didirikan sesuai dengan keinginan masyarakat dalam segi sarana dan prasarana..………..”
Sumber : Hasil Wawancara, April 2011
Hal tersebut diatas diakui oleh Bapak S. Purba sangat penting dilakukan agar nantinya masyarakat tidak buta sama sekali dalam menggunakan fasilitas tersebut,
dan kiranya apa yang diharapkan pemerintah pada saat ini benar-benar terlaksana di dalam masyarakat perdesaan, serta masyarakat sangat perlu mendapatkan penanaman
nilai dan norma dalam memanfaatkan berbagai bentuk program pemberdayaan.
4.2.4. Agen Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM-MP di Desa Purbadolok
Agen sosialisasi dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok merupakan hal yang terpenting demi untuk
menentukan arah dan tujuan didirikannya sebuah program. Dan agen tersebut harus mampu menguasai keadaan masyarakat karena hal tersebut sangat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
bagaimana kepekaan masyarakat terhadap keberadaan sebuah program yang ingin didirikan demi untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini sangat jelas
terlihat bahwasanya PNPM-MP di Desa Purbadolok bisa berjalan dengan baik harus didikung dengan yang namanya agen atau aktor yang penuh pemahaman yang benar-
benar bisa membuat masyarakat yakin dan percaya bahwasanya apa yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah menjadi sumber pemacu semangat kepada
masyarakat perdesaan khusunya masyarakat Desa Purbadolok dalam melakukan kerjasama kegotong royongan dalam mewujudkan pemanfaatan fasilitas program
semaksimal mungkin. Seperti halnya dengan apa yang diutarakan oleh Bapak AH. Purba mengatakan hal dibawah ini:
“…………..dari perangkat pengurus PNPM-MP yang diangkat masyarakat Desa Purbadolok pada saat musyawarah, itu semuanya memberikan arahan
apa yang sepantasnya dibagikan kepada masyarakat sesuai dengan buku pedoman yang diberikan kepada setiap pengurus dalam menjalankan tugasnya
sebagai anggota dari pada tim pelaksana kegiatan, dan bagian tersebut memiliki sesi pemaparan………….”
Sumber: Hasil Wawancara, April 2011 Pernyataan diatas benar-benar diucapkan oleh Bapak AH. Purba sebagai salah
seorang agen atau aktor yang memberikan arahan atau sosialisasi kepada masyarakat Desa Purbadolok dalam memanfaatkan fasilitas PNPM-MP. Dan beliau juga sangat
setuju dengan adanya aktor atau pihak yang memberikan sosialisasi kepada masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas PNPM-MP tersebut pasti akan
mendapatkan hasil yang lebih baik di tengah-tengah masyarakat dan yang lebih memungkinkan adalah manfaat dari pada fasilitas tersebut akan benar-benar
dirasakan oleh masyarakat Desa Purbadolok.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Pola Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM-MP di Desa Purbadolok.
Sejalan dengan adanya agen sosialisasi dalam menerapkan hal seperti apa yang perlu dalam memanfaatkan fasilitas PNPM-MP tentu akan ada pula yang
namanya pola sosialisasi, dimana pola ini memiliki dua berbentuk yang kedua- duanya sama-sama memiliki tekanan yang berat bagi masyarakat sasaran terlebih
kepada masyarakat Desa Purbadolok. Kedua bentuk pola tersebut adalah represif dan partisipatoris. Dimana represif merupakan penekanan pada penggunaan hukuman
terhadap kesalahan, dan mnekankan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Sedangkan dalam partisipatoris adalah merupakan pola yang diberi imbalan
kepada masyarakat apabila masyarakat benar-benar mempergunakan fasilitas tersebut tanpa adanya sedikitpun kejanggalan yang terjadi dilapangan. Seperti yang diliput
melalui wawancara dengan mengatakan: “………….sebenarnya program ini tergantung kepada masyarakat sini nya,
karena dengan adanya kesuksesan yang diberikan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitasnya secara otomatis pastinya masyarakat bahkan akan
menerima bantuan yang lebih dari pemerintah sesuai dengan apa yang disebut pembangunan yang berkelanjutan, sehingga masyarakat pasti bisa terhapus
dari yang namanya ketertinggalan, dan sebaliknya apabila masyarakat berperilaku tidak senonoh dengan fasilitas ini maka percaya aja, masyarakat
Desa Purbadolok akan tetap dalam keadaan semula yaitu jauh dari transportasi, komunikasi, dan peningkatan produktivitas pertanian………”
Sumber: Hasil Wawncara, April 2011
Hal tersebut sangat transparan diucapkan oleh Bapak Kepala Desa Purbadolok ketika penulis melakukan wawancara dan tidak ada merasa ditutup-tutupi dengan
keadaan penduduk desanya tersebut. Dengan berjalannya fungsi keseluruhan aspek tersebut mulai dari
pensosialisasian, agen pensosialisasi, tipe, dan pola sosialisasi hingga peran
Universitas Sumatera Utara
pensosialisasi maka apa yang disebut dengan konsep AGIL suatu fungsi function adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau
kebutuhan system Rocher, 1975:40. Dengan menggunakan defenisi ini, Parson yakin dengan empat fungsi penting yaitu Adaptation Penyesuaian A, dimana dalam
menjalankan sebuah program terhadap masyarakat perdesaan harus ada terlebih dahulu pengadaptasian atau penyesuaian antara masyarakat sasaran dengan program
yang akan didirikan misalnya seperti pihak yang akan mendirikan fasilitas program akan terlebih dahulu mengetahui kondisi masyarakat perdesaannnya seperti apa dan
hal apa yang sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut. Begitu juga halnya dengan masyarakat Desa Purbadolok dengan kondisi masyarakat yang pada umumnya
bermata pencaharian sebagai petani sehingga memungkinkan pendirian daripada fasilitas programnya harus lebih berpihak kepada konsep pertanian. Hal inilah yang
disebut dengan fungsi adaptasi atau penyesuaian. Dengan adanya konsep pengadaptasian atau penyesuaian terhadap program
yang akan didirikan didalam masyarakat Desa Purbadolok tentu harus didukung dengan yang namanya Integrasi Penyatuan I, dimana apabila dalam menjalankan
sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentu tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya kesatuan dalam masyarakat
sasaran program oleh karena itu fungsi integrasi sangat berguna dalam masyarakat Desa Purbadolok demi untuk mendukung sekaligus menjaga hal dan fasilitas apa
yang akan didirikan nantinya. Selain itu juga fungsi kesatuan merupakan tolok ukur dalam masyarakat demi untuk mengetahui sejauh mana ketahanan dari pada
keberadaan fasilitas program di tengah-tengah masyarakat Desa Purbadolok.
Universitas Sumatera Utara
Latensi Pemeliharaan Pola L, merupakan kesinambungan dari fungsi integrasi dimana dengan berjalannya fungsi kesatuan yang baik dan utuh secara
otomatis pemeliharaan terhadap pola yang sudah didirikan akan benar-banar dilakukan oleh masyarakat Desa Purbadolok dan akan saling mempercayai atas
tanggung jawab dan kinerja sesama masyarakat demi untuk kepentingan bersama. Dan besar kemungkinan dengan tanggungjawab masyarakat yang maksimal keadaan
fasilitas program tersebut akan bisa bertahan hingga beberapa periode kedepannya. Goal attainment Pencapaian tujuan G, merupakan inti dari konsep AGIL yang
menggambarkan hasil daripada fungsi tersebut seperti apa, dan pencapaian tujuan ini menceritakan apabila fungsi tersebut berjalan dengan baik seperti adaptasi, integrasi,
latensi, maka besar kemungkinan hasil atau manfaat yang diperoleh oleh masyarakat sekaligus pemerintah akan memberikan nilai lebih tersendiri. Begitu juga halnya
dengan pendirian fasilitas program PNPM-MP di Desa Purbadolok dimana apabila pihak yang mendirikan fasilitas program tersebut benar-benar mengetahui keadaan
masyarakat dan menjalankan konsep pengadaptasian, integrasai, pemeliharaan dan apabila fungsi tersebut sudah berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat Desa
Purbadolok besar kemungkinan pemanfaatan daripada fasilitas program tersebut akan membuahkan hasil yang baik sekaligus manfaat yang sangat besar bagi masyarakat
Desa Purbadolok sesuai dengan apa yang tercantum dalam visi PNPM-MP tersebut yaitu tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan.
Dimana kesejahteraan tersebut berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Sedangkan kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk
memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber
Universitas Sumatera Utara
daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dan dengan besarnya harapan tersebut sebagai pegangan dan
pedoman dalam berperilaku serta hayalan masyarakat untuk hari yang akan datang, Sehingga yang namanya ke efektivitasan dalam penggunaan fasilitas program PNPM-
Mandiri Perdesaan tersebut benar-benar kelihatan di tengah-tengah masyarakat. Demi untuk mendukung terjadinya kelancaran dan keefektivitasan dalam pemanfaatan
fasilitas sekaligus pendirian program PNPM-MP di Desa Purbadolok diperlukan beberapa prinsip penting.
4.3. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok