Diagram Mekanisme Sumber Teori Dasar Mekanisme Sumber Gempa

49 Gambar 2.26 Proyeksi bola pusat gempa ke bidang equatorial Sebelum membuat diagram mekanisme sumber gempa, perlu ditentukan lebih dahulu bagaimana cara menginterpretasikannya. Gambar 2.26 menunjukkan cara memproyeksikan dari bola sumber gempa ke diagram pusat gempa. Pada model kopel ganda pola radiasi gelombang seismik simetri dengan hiposenter, sehingga yang dapat diproyeksikan hanya setengah bola sumber 50 gempa. Bola sumber gempa dibelah menjadi dua bagian atas dan bagian bawah oleh bidang horizontal yang melalui hiposenter. Polaritas data S kompresi atau dilatasi pada belahan bola bagian bawah diproyeksikan pada titik pada diagram. Polaritas data pada belahan bola bagian atas simetri dengan data yang ada dibelahan bola bagian bawah. Dua bidang nodal dinyatakan pada diagram sebagai dua garis. Karena dua bidang tersebut tegak lurus satu sama lain, maka masing-masing bidang saling berpotongan melalui sumbernya atau pusatnya. Pusat atau sumber ini merupakan vektor yang tegak lurus bidang. Arah vektor yang menjauhi hiposenter ditandai dengan titik potong antara vektor dan bola sumber gempa yang dinyatakan titik pada diagram. Gambar 2.27 Orthogonalitas Dua Bidang Nodal Dua garis nodal membagi diagram kedalam empat kuadran kompresi dan dilatasi gelombang seismik. Kuadran kompresi biasanya dinyatakan dengan gambar arsiran. Pada diagram dapat dibaca parameter bidang nodal yan terdiri 51 dari sudut strike, dip, dan rake slip. Penting untuk diketahui bahwa salah satu dari bidang nodal merupakan sesar atau patahan gempa . Gambar 2.28 Bidang Proyeksi Luasan Sama Bidang Stereografis Gambar 2.28 digunakan untuk menentukan parameter bidang sesarpatahan dari diagram mekanisme sumber gempa. Bagian kanan gambar tersebut digunakan untuk menentukan azimuth dan sudut busur pada garis nodal. Garis horizontal digunakan untuk menentukan sudut atau bidang nodal yang diukur dari garis vertikal. Prosedur untuk menentukan parameter bidang sesar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Untuk menentukan strike, posisis hanging wall di sebelah kanan arah strike dan diukur searah jarum jam dari arah utara Gambar 2.29.. 2. Dip diukur dengan menggunakan setengah lingkaran bagian kanan Gambar 2.29 52 Gambar 2.29 Pengukuran Sudut Strike Dan Dip Pada Diagram Dan Penampang 3. Sumbu tekanan P dan sumbu tarikan T terletak pada titik 45 dari dua titik A dan B Gambar 2.30. Sumbu P di kuadran dilatasi dan sumbu T di kuadran kompresi dengan gambar arsiran. Perpotongan antara dua garis nodal disebut sumbu N null yang merupakan arah stress nol. Sumbu P, T, dan N ditentukan oleh azimuth diukur searah jarum jam dari arah utara dan plunge diukur ke arah bawah dari horizontal. Kedua sudut tersebut diukur dengan menggunakan kertas stereografis. Tekanan dan tarikan menunjukkan arah gaya yang bekerja pada hiposenter, sedangkan kompresi dan dilatasi merupakan arah gerakan awal gelombang P seismograf. Jika, pusat diagram hiposenter berada di kuadran kompresi arsiran maka sesar gempa disebut reverse fault dan jika berada di kuadran dilatasi, maka disebut normal fault. Dengan kata lain bila sumbu T berada pada satu kuadran dengan pusat diagram akan diperoleh reverse 53 fault . Sebaliknya bila sumbu P berada dalam kuadran yang sama dengan hiposenter, maka akan dihasilkan normal fault. Jika, pusat diagram berada pada atau dekat dua garis nodal maka akan dihasilkan strike slip fault . 4. Vektor slip untuk satu bidang nodal tegak lurus pada bidang nodal lainnya, sehingga vektor slip untuk bidang nodal berhubungan dengan kutub vektor bidang nodal lainnya. Gambar 2.30 Penentuan Sumbu P Dan T Dari Kutub Pada Garis Nodal Rake dari vektor slip didefinisikan dengan sudut antara arah strike dan vector slip kutub vektor, atau dengan kata lain : 1 Untuk normal fault, rake dari bidang nodal ditandai dengan – sudut antara strike bidang dan kutub bidang yang lain 2 Untuk reverse fault, rake bidang nodal diperoleh dengan 180 – sudut antara strike bidang dan kutub bidang yang lain Sudut rake diukur menggunakan setengah lingkaran bagian gambar stereografis. Sudut rake negatif untuk normal fault, karena sudut rake negatif 54 menunjukan bahwa hanging wall block bergerak turun, secara relatif terhadap footwall block . Untuk reverse fault, bila vektor slip menunjuk ke arah atas dan diukur sudut antara arah strike dan kutub pada setengah lingkaran bagian atas. Untuk membuat diagram mekanisme sumber gempa bumi digunakan setengah bola bagian bawah kemudian mengkonversi sudut yang telah diukur pada setengah bola bagian bawah ke sudut rake, dengan mengurangkan sudut tersebut dari 180 . Gambar 2.31 Penentuan Sudut Rake Pada Reverse Fault Dan Normal Fault 55 Gambar 2.32 Penentuan Tipe Sesar Dengan Sudut Rake

2.8 Pola Tektonik Daerah Sulawesi

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai tingkat kegempaan yang tinggi, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik benua, yaitu: Lempeng Asia bergerak dari utara ke selatan tenggara, lempeng Samudera Hindia-Australia bergerak dari selatan menuju utara dan lempeng Pasifik yang bergerak dari timur ke barat. Akibat dari gerakan ketiga lempeng ini menimbulkan unsur-unsur tektonik lainnya seperti sesar, patahan lokal, lipatan, tanah turun dan sebagainya. Kondisi ini menjadikan wilayah Indonesia sebagai daerah tektonik aktif dengan tingkat seismisitas atau kegempaan yang tinggi. Wilayah Indonesia Bagian Timur merupakan zona geodinamika yang kompleks sebagai akibat dari tumbukan dan konvergensi tiga lempeng utama yang ada di bumi triple junction, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, 56 dan Lempeng Pasifik. Pada level micro plate yang lebih detail lagi kita dapat melihat adanya tumbukan antara blok sunda bagian tenggara dengan blok sula yang membentuk pulau Sulawesi sekarang ini. Akomodasi tumbukan diantaranya adalah Sesar Palu Koro pada batas barat daya, Sesar Matano pada batas selatan, dan subduksi di bawah lengan utara Sulawesi Palung Sulawesi pada batas utara. Aktivitas tektonik regional ini menyebabkan terjadinya berbagai bahaya dan bencana alam seperti fenomena gempa bumi, erupsi vulkanik, tsunami, dan longsoran tanah yang merupakan fenomena destruktif bagi kehidupan manusia. Salah satunya termasuk di daerah Sulawesi Selatan . Wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya merupakan daerah yang rentan terhadap bencana alam gempabumi karena wilayah ini dilalui patahan Palu Koro yang memanjang dari Palu ke arah Selatan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian utara menuju ke selatan Kabupaten Bone sampai di laut Banda, patahan Saddang mulai dari Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian Tengah, Sulawesi Selatan bagian Selatan, Bulukumba menuju Pulau Selayar bagian Timur. Dimana keduanya juga di himpit oleh adanya pemekaran samudra di selat Makassar dan Selat Bone. 57 a b Gambar 2.33 a Kepulauan Sulawesi b Wilayah Sulawesi Selatan Kondisi geologi dan struktur geologi serta tatanan tektonik yang sangat rumit dan komplek. Akibat pengaruh gerak-gerak lempeng tektonik dari arah utara yang dicirikan oleh tunjaman parit Sulawesi dan gerakan-gerakan tektonik dari arah timur yaitu sesar Sangihe dan Tunjaman Molluca. Selain faktor tersebut diatas, perkembangan pembangunan di wilayah Sulawesi sangat pesat perkembangannya, perkembangan di sektor industri pariwisata sangat menonjol perkembangannya terlihat dari pembangunan hotel bertaraf internasional yang di ikuti oleh sektor industri lainnya. Dengan kondisi geologi seperti yang telah diuraikan diatas, derah ini diperkirakan sangat rentan terhadap bencana geologi seperti gempa bumi. Sementara dari sisi lain, proses pembangunan berjalan dengan pesat,