Penentuan Mekanisme Sumber Gempa Bumi Menggunakan Polaritas Gerakan Pertama Gelombang P

38 sistem gaya yang dapat menjelaskan polarisasi gerakan pertama gelombang P secara ilmiah.

2.5.3 Deskripsi Matematis Bidang Sesar dan Kemiringan Slip Vector

Bidang sesar dan kemiringan Slip Vektor dapat dideskripsikan secara matematis dengan ilustrasi bidang sesar berikut : Gambar 2.18 Orientasi bidang sesar yang terdiri dari strike, dip, dan rake Dalam sistem koordinat x, y, z = North, East, Down dengan nilai n sebagai berikut : n = − sin δ cos s + sin δcos s − cos δ 2.1 Sedangkan nilai strike-nya adalah: = cos s + sin 2.2 Vektor e adalah bidang vertikal antara dua bidang sesar yang saling berpotongan, terletak pada: = = cos δ sin s + cos δ cos s – sin δ 2.3 Vektor e dan c merupakan bidang sesar yang saling tegak lurus, sehingga nilai sudut rake ditentukan dengan: = + 2.4 39 Dari persamaan di atas diperoleh nilai vektor kemiringan slip antara dua bidang sesar yang saling tegak lurus sebagai berikut: = cos λ cos s + sin λ cos δ sin s + cos λ sin s – sin λ cos δ cos s − cos λ sin δ 2.5

2.6 Teori Pegas Elastis

Proses terjadinya gempa bumi tektonik dapat didefinisikan sebagai berikut. Misalkan dua lempeng yang saling bergerak relatif terhadap sesamanya, pergerakan ini menimbulkan gesekan di sepanjang bidang batas kedua lempeng tersebut. Gesekan kedua lempeng tersebut di asumsikan bersifat elastik, dapat menimbulkan suatu energi yang disebut energi elastik. Bila hal ini terjadi terus-menerus, maka terjadi akumulasi energi yang besar, pada saat kondisi tertentu dimana batuan tersebut tidak mampu menahan lagi stressgayatekanan yang ditimbulkan oleh gerakan relatif tersebut, energi elastik yang terakumulasi akan dilepaskan secara tiba-tiba dalam bentuk gelombang elastik yang menjalar ke segala arah, maka gempa bumi tersebut terjadi dan dirasakan sebagai suatu getaran. Terjadinya gempa bumi dapat dijelaskan dengan teori pegas elastis Elastic Rebound Theory pada Gambar 2.18 40 Gambar 2.19 Teori Pegas Elastis Garis tebal vertikal menunjukan pecahan atau sesar pada bagian bumi yang padat. Pada keadaan I menunjukan suatu lapisan yang belum terjadi perubahan bentuk geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus- menerus, maka akan terdapat stress yang lama kelamaan akan terakumulasi dan mampu merubah bentuk geologi dari lapisan batuan. Keadaan II menunjukan suatu lapisan batuan telah mendapat dan mengandung stress dimana telah terjadi perubahan bentuk geologi. Untuk daerah A mendapat stress ke atas, sedang daerah B mendapat stress ke bawah. Proses ini berjalan terus sampai stress yang terjadi di daerah ini cukup besar untuk merubahnya menjadi gesekan antara daerah A dan daerah B. Lama kelamaan karena lapisan batuan sudah tidak mampu lagi untuk menahan stress, maka akan terjadi suatu pergerakan atau perpindahan yang tiba-tiba sehingga terjadilah patahan. Peristiwa pergerakan secara tiba-tiba ini disebut gempa bumi. Pada keadaan III menunjukan lapisan batuan yang sudah patah, karena adanya pergerakkan yang tiba-tiba dari batuan tersebut. Gerakan perlahan-lahan sesar ini akan berjalan terus, sehingga seluruh proses di atas akan diulangi lagi