Pola Tektonik Daerah Sulawesi
57
a b
Gambar 2.33 a Kepulauan Sulawesi b Wilayah Sulawesi Selatan
Kondisi geologi dan struktur geologi serta tatanan tektonik yang sangat rumit dan komplek. Akibat pengaruh gerak-gerak lempeng tektonik dari arah
utara yang dicirikan oleh tunjaman parit Sulawesi dan gerakan-gerakan tektonik dari arah timur yaitu sesar Sangihe dan Tunjaman Molluca. Selain faktor tersebut
diatas, perkembangan pembangunan di wilayah Sulawesi sangat pesat perkembangannya, perkembangan di sektor industri pariwisata sangat menonjol
perkembangannya terlihat dari pembangunan hotel bertaraf internasional yang di ikuti oleh sektor industri lainnya.
Dengan kondisi geologi seperti yang telah diuraikan diatas, derah ini diperkirakan sangat rentan terhadap bencana geologi seperti gempa bumi.
Sementara dari sisi lain, proses pembangunan berjalan dengan pesat,
58
konsekuensinya perkembangan jumlah penduduk meningkat, sehingga apabila terjadi bencana alam geologi dapat menimbulkan kerugian harta benda dan korban
jiwa yang cukup besar resiko tinggi. Berdasarkan kajian bahaya dan resiko gempa bumi daerah telitian dibagi
atas tiga daerah kerentanan bencana gempa bumi, yakni kerentanan bencana gempabumi tinggi, sedang dan rendah. Pola kerentanan bencana gempa bumi di
daerah telitian memiliki pola memanjang dengan arah relatif utara-selatan. Zona kerentanan bencana gempabumi tinggi mencakup kurang lebih 20 meliputi
daerah Wori, Wenang, Malalayang, Pineleng, Tomohon, Sonder, Kawangkoan, Kakas, Langowan
dan Ratahan. Zona kerentanan bencana gempabumi sedang mencakup kurang lebih 40 meliputi Amurang, Tanawangko, Tareran,
Tombantu, Tatelu, Airmandidi, Tondano, Romboken, Bitung dan bitung selatan di
P. Lembeh . Zona kerentanan gempa bumi rendah mencakup kurang lebih 40
meliputi Timpaan, Ranoketangtua, Likupang, Kauditan hingga Kombi. Dari adanya sesar – sesar dan pemekaran selat Makassar dan selat Bone di
Sulawesi Selatan pernah terjadi gempabumi besar yang merusak diantaranya : 1
Gempa Bulukumba Tanggal 29 Desember 1828
, dengan intensitas VIII – IX MMI 2
Gempa Tinambung Tanggal 11 April 1967
, Jam 13:09:11 WITA , Epicenter : 3,3747 LS – 119,115 BT, Depth: 33 Km Magnitudo: 5,3 S
3 Gempa Majene
59
Tanggal 23 Februari 1969, Jam 08:36:56,6 WITA Epicenter: 3,118 LS
– 118,8711 BT, Depth: 13 Km. Magnitudo: 6,9 SR 4
Gempa Mamuju Tanggal 6 September 1972,
Jam 16:00:25,3 WITA Epicenter: 2,4697 LS – 119,1239 BT, Depth: 36 Km. Magnitudo: 5,8 SR
5 Gempa Mamuju
Tanggal 8 Januari 1984, Jam 23:24:13,5 WITA Epicenter: 2,8228 LS
– 118,8061 BT Depth: 33 Km Magnitudo: 6,6 SR 6
Gempa Ulaweng Tanggal 8 April 1993,
Jam 20:49:28,7 WITA Epicenter: 4,4089 LS – 120,1239 BT Depth: 31 Km, Magnitudo: 5,3 SR
7 Gempa Pinrang
Tanggal 28 September 1997, Jam 09:38:28,8 WITA Epicenter: 03,9 LS
– 119,7 BT Depth: 33 Km Magnitudo: 6 SR Setiap gempabumi akan berulang kembali pada daerah yang sama. Seperti
halnya untuk gempa bumi Ulaweng dan Pinrang. Kondisi seismotektonik sangat mempengaruhi aktifitas kegempaan dan berpengaruh besar terhadap intensitas
gempabumi yang dirasakan di daerah Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Menurut peta seismotektonik dari W. Hamilton, 1979. Di Sulawesi Selatan terdapat
beberapa sesar atau patahan yang mengakibatkan aktifitas gempabumi di daerah ini, Patahan-patahan tersebut adalah :
1 Patahan Palukoro :
60
Sesar ini memanjang dengan arah utara – selatan melewati kota Palu ke arah Selatan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian
Utara menuju ke selatan Bone sampai di laut Banda. Daerah – daerah yang cukup rawan akibat aktivitas sesar ini adalah
Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Donggala bagian barat, serta seluruh kota Palu.
2 Patahan Saddang :
Memanjang dari pesisir pantai Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi
Selatan bagian selatan, Bulukumba menuju ke Pulau Selayar bagian Timur.
Keaktifan Sesar Saddang dipengaruhi karena adanya pengaruh aktifitas tektonik lain di wilayah Sulawesi Selatan diantaranya :
a. Pemekaran dasar laut di sekitar selat Makassar bergerak
kearah timur menekan sesar Saddang. b.
Adanya penyusupan subduksi skala lokal di sekitar danau Tempe dan Sidenreng sebelah timur Saddang Fault yang
menyusup ke arah Tenggara sampai Timur. c.
Pemekaran dasar laut di teluk Bone bergerak ke arah barat menekan sesar Saddang. Dari uraian peristiwa tektonik diatas
dapatlah dikatakan bahwa zona sesar Saddang merupakan Zona tertekan Depresi dengan demikian ada kecenderungan
61
bahwa daerah di sekitar sesar Saddang aktifitas seismiknya akan meningkat.
3 Pemekaran-pemekaran :
Pemekaran selat Makassar dan Pemekaran selat Bone. 4
Sesar Matano : Sesar ini memanjang dari bagian tengah pulau Sulawesi sekitar
batas Kabupateb Poso sampai Kabupaten Donggala hingga perairan teluk Tolo sampai teluk Banda. Sesar ini melewati
kabupaten Poso bagian selatan dan kabupaten Morowali bagian selatan. Ada indikasi bahwa aktivitas sesar ini lebih besar
dibanding aktivitas sesar Palu-Koro. 5
Beberapa anak patahan baik yang berada di darat maupun di laut.